νo. 5

3.7K 247 7
                                    

"Ambil rudal itu sekarang H, bawa saja armada tiga. Roket pengintai sudah terpasang" Taehyung memainkan ujung pisau lipat dengan jarinya.

Hoseok mengangguk, langkah kakinya melenggang pergi dari sana. Tidak lama datanglah S yang tidak lain ialah Kim Seokjin, salah satu dari Tujuh bagian inti VO. Peretas seluruh informasi.

"Tae, Namjoon mendapat keuntungan besar dari Amerika, dan kurasa saat senjata - senjata itu di masukan di perbatasan busan, pria tua bangka dari mentri keamanan itu menyadari, Kai mengatakan padaku bahwa dia kewalahan, cerewet sekali dia menyuruhku mengatakan semua ini" Seokjin menghela nafas, menyandarkan bahunya pada sofa abu disudut ruangan.

Pintu diketuk pelan. "Permisi Presdir, kendala pengiriman lapisan baja tertunda, dan sepertinya mereka tidak bertanggung jawab" Seokjin melirik wanita itu sekilas.

"Ya" Gumam Taehyung, malas sekali jika berhadapan dengan tidak kedisiplinan seperti ini. Taehyung menggerakkan tangannya pelan, hingga wanita itu pergi.

Sambungan terhubung, suara tegas terdengar menggema.

"Hoseok, seret seluruh mentri keamanan di depan ku segera. Dan hukum perusahaan yang membangkang"

-"Tentu V"-

"Aku pergi" Seokjin melenggang pergi.

Taehyung mengangguk sekilas sebelum kembali berkutat dengan lembaran - lembaran seharga milyar an dollar menumpuk rapi di meja nya.

-"V, Apa di sana sedang sibuk?"-

"Ada apa J? Kotak kacamu akan dibersihkan nanti malam. Tidak ada bantahan"

-"Akan ku bantai perusahaan mu sekarang, hehe"-

"Jadi apa yang kau inginkan?"

-"Entahlah, aku tadi melihat seseorang"-

"Tutup mulutmu dan datang kemari"

Taehyung meletakan Handphone nya sembarangan. Lelah memikirkan ucapan Jimin lama - lama.

Tidak lama Jimin berdiri angkuh depan pintu,

"Yo, man"

". .hm" Taehyung bergeming.

"Aku sepertinya menemukan seseorang kau cari" Jimin berbaring di sofa. Melirik Taehyung yang sepertinya akan mati tegang jika dibiarkan.

"Tidak mungkin aku salah, dan benar kata Seokjin. Bom peledak didalam awak hanya pengecoh semata. Dia tidak di sana" Jimin bergumam. Ditangkap baik oleh Taehyung.

"Dimana?" Jimin menoleh, hembusan nafas kecil terdengar.

"Daegu" Taehyung meremat kuat kertas digenggaman, matanya menelisik sekitar.

"Kenapa tidak kau hentikan" Suara rendah syarat emosi perlahan naik. Ingat lagi, Jimin tidak suka dengan suasana canggung.

Jimin berdiri melangkah santai sembari berkata, "Aku suka bermain" Lalu pergi melenggang dari sana. Taehyung melemaskan tubuh tegangnya, bersandar dan memijat kepalanya.

"Sebenarnya apa yang terjadi"









-VO-










"Kumpulkan mereka di Mansion"

-"Baik, dan apakah kau ingin aku membawa anak buahnya?"-

"Tidak, katakan saja pada Y untuk mengurusnya"

-"Tentu V"-

"Kau sangat lemas, kenapa?" Namjoon mendekat kearah Taehyung, Taehyung diam.

"Sepertinya aku tahu apa yang kau inginkan Kim" Namjoon menghembuskan asap nikotinnya perlahan.

"Seokjin mengatakan padaku, hampir semuanya" Lanjut Namjoon. Taehyung mendesah kecewa, pikirannya kalut saat ini.

Taehyung mengambil Handphone disaku jas yang ia kenakan, mendial Seokjin. Deringan singkat terdengar lalu tergantikan dengan suara sapaan diujung sana.

"Temui aku di Mansion" Sambungan ia tutup sepihak.

Kaki jenjangnya melangkah menuju kamar pribadi. Taehyung berpapasan dengan Yoongi yang sedang menguap lalu berdecak kesal. Hanya Hand Grenade yang dibawa Yoongi untuk misi kali ini.

Yoongi berniat untuk meledakkannya didalam mulut biadab yang menganggu acara tidurnya. Sialan.

Taehyung merebahkan tubuhnya,

"Ada apa S?"

-"Maaf Tae, aku tidak bisa ke sana sekarang. Yoongi menyeret ku tadi"-

"Tidak apa"

-"Apa yang kau inginkan?"-

"Katakan saja padaku, apa dia baik - baik saja?"

Seojin terkekeh -"Ya, bahkan lebih dari baik. Kau tahu? Dia berubah sangat jauh"-









ZAE~











"Annyeong kalian~" - Jean Jade.


𝐕ictory 𝐎'utfitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang