vo. 20

1.3K 108 32
                                    

Jungkook dalam keadaan terikat pada kursi meronta dengan seribu makian dilontarkan hanya teruntuk Taehyung.

"Astaga mulutmu" Taehyung berdiri melangkah mendekat, memandang tepat menghunus Onyx hitam membulat saat Taehyung melumat habis bibir tipisnya.

"Mppt Kau sialan brengsek tidak tahu diri!! LEPASKAN AKU PAK TUA SIALAN!!" Taehyung berdecih, susah sekali menjinakkan kelinci kasar satu ini.

Jungkook mengernyit, tangannya bertengger manis terikat dibelakang tubuh sibuk mencoba melepaskan diri. Taehyung benar - benar bodoh tidak menggunakan borgol pikir Jungkook.

"Kabur sekali lagi ku ikat kau diranjang"

"ARGHH! Kau ini menyebalkan tua bangka sialan brengsek" Taehyung terbahak, kenapa dengan Alter Ego Jungkook se-benci ini dengannya.

"Kau tahu, kau sangat menggoda di mataku. . Benar - benar kasar dan panas" Jungkook memincing.

"Aku bukan Jungkook!" Menggeram dengan wajah memerah marah.

"Kalian orang yang sama, namun sayangnya kau hampir mengambil separuh dari kehidupannya; bukan kah begitu?" Menggertak gigi tidak terima. Sialnya hal itu memang kenyataan pahit sulit diterima. Bahkan Bad; terkadang menolak untuk menerima Jungkook dengan cara menekankan bahwa Jungkook seharusnya menjadi Alter Ego. Bukan dirinya.









-VO-










Jimin semakin menekan sebilah pisau pada telapak tangan William. Berpura - pura tuli untuk tetap melanjutkan aksinya. Mengernyit saat ujung pisau berhasil menembus lapisan meja. Jeritan serak menggema sepanjang ruang tamu Mansion membuat Jimin menggeleng; berisik sekali.

"Berani mengatakan hal itu pada adikku?" Jimin memutar - mutar mencoba melubangi telapak tangan keriput menjengkelkan.

Semakin gencar memutar pisau daging saat tubuh William mulai mengejang menahan rasa sakit.

"Apa saja yang kau katakan? Kau pikir dia Jalang?" Jimin menarik paksa pisau berlumuran darah. Menggoreskan sepanjang tulang pipi perlahan menyayat semakin dalam menarik keatas menuju kedua mata membelalak dengan air mata membanjiri.

"Membelinya berarti membayar nyawa padaku"

"L-lepaskan aku, Aku M-meminta maaf Padamu" William menutup erat kedua kelopak matanya.

Jimin terkekeh kedua tangan dengan jari kecil kematian mulai membersihkan pisau menggunakan ujung kemeja putih, meski cipratan noda darah sudah memenuhi kemeja miliknya. Persetan masalah baju.

Seringai licik seorang Park Jimin datang, ia paling benci untuk diajak bertoleransi jika sudah mencakup tiga hal yang harus ia lindungi. Beruang kesayangan, Adik kebanggan, serta seluruh keluarganya; Kandidat VO.

Mencengkram kuat leher William, ditarik keatas lalu ditatap telak kedua mata memerah akibat ulahnya; kemudian menggunting lapisan kulit leher yang bisa ia raih menggunakan ujung gunting tajam bukan main.

Lolongan tertahan akibat cekikan erat pada leher terdengar. Gunwoo tercengang dibuatnya, brutal sekali Jimin ini. Wonu memilih pergi; ada urusan lain lebih penting untuk dikerjakan.

"Hm? Bagaimana kalau kau merasakan rasa sakit sesungguhnya, kau Dominant? Bagaimana jika kujual kau untuk dijadikan jalang dengan harga murah malam ini? Selamat menikmati posisi baru Tuan William"

"Gunwoo, jual dia. . Pastikan dia mendapat siksaan orang banyak, aku tidak mau tahu itu" Gunwoo tersedak asap nikotin. Mengangguk spontan saat ditatap menuntut oleh Jimin.

𝐕ictory 𝐎'utfitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang