M^ ||35

35 6 8
                                    

Bukankah yang selalu menyulitkan itu perumpamaan yang dikaitkan dengan logika?

________o0o________

Waktu terus berjalan seiring bertambahnya hari yang kita lewati. Mentari telah beberapa kali menampakkan diri dengan beberapa cara pula. Diantara cara itu, mentari selalu nampak indah dilihat. Begitupun cahayanya yang menyorotkan semburat kehangatan di pagi hari.

Pagi ini mentari membuat beberapa pasang mata tak berani menatapnya langsung. Hanya sorotan hangatnya dapat dirasakan orang orang. Salah satunya gadis manis bernama Sinta yang sedang berjalan menyusuri koridor seorang diri.

Sinta begitu menikmati suasana pagi ini sampai ia memejamkan mata sambil berjalan. Ia pikir pada pagi ini belum banyak siswa berdatangan.

Di tengah langkah Sinta masih terpejam, tak sadar di depan langkahnya ada lantai yang lebih rendah. Dan itu membuat Sinta hampir saja jatuh terlentang jika tidak ada yang menahannya seperti sekarang.

Ya, seseorang telah menyelamatkan Sinta.

Kini Sinta berada di dekapan seorang lelaki yang sudah tak asing menurutnya. Mereka terus saling memandangi satu sama lain. Sedikit ukiran senyum tercetak di sudut bibir lelaki tersebut. Namun ada hal keraguan dari mata Sinta. Lelaki tersebut bernama Nino. Masih ingat dengan Nino?

Masih dalam posisi seperti tadi, tiba tiba seseorang memanggil nama Sinta. Ia seperti sedang menahan amarah. Itu adalah Bobi.

"Sinta!" Tukas Bobi

Keduanya langsung menoleh dan tercengang. Sontak saja Nino melepaskan Sinta dari pertahanannya. Sungguh mereka bingung saat ini. Hal seperti inilah yang tidak diinginkan banyak orang.

"Ngapain lo pegang pegang cewek gue?!" Gertak Bobi yang sudah menarik kerah baju Nino.

"Hey santai dong. Gak perlu kayak gini, gue cuman nolongin cewek lo" Nino menyapu kerahnya yang sudah lepas dari Bobi.

"Gak usah ngelak lo!" Bobi terus menggertak sambil menunjuk nunjuk wajah Nino.

"Gak ada kerjaan banget gue harus ngelak" jawab Nino

Bobi menonjok wajah Nino yang langsung berdarah saat itu juga.

"Bobi cukup!" Tukas Sinta yang mulai jengah

"Kamu gak usah khawatir, dia bakal abis sekarang juga" jawab Bobi

Bobi terus saja memberikan hajaran pada Nino yang notabennenya tidak bersalah dan itu membuat Sinta geram.

"Udah! Aku bilang udah! Jangan diterusin! Dia gak salah! Plis dengerin aku sekali ini aja!" Nampaknya Sinta merasa tidak enak pada Nino.

"Biarin, Sin. Gue mau tau sehebat apa cowok lo ini" ucap Nino mulai muak pada Bobi dan melakukan perlawanan.

"Kak Nino, gue mohon lo sekarang pergi aja. Jangan diem terus!" Sinta menangis

"Oke, gue pergi!" Gertak Nino

"Bagus lo kalah!" Bobi tersenyum licik

"Gue pergi karena gue ngerasa udah berfikiran dewasa dan ini saatnya gue buat mengalah dari lo. Kalo lo mau cewek lo baik baik aja dan gak sampe orang lain yang nolongin, jagain dia dan kontrol emosi lo!" Jelas Nino lalu pergi dan tersenyum getir.

M^Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang