Mara tidak menyangka ia menantikan hari cepat berlalu. Berharap akhir pekan segera datang. Dan memilih lipstick mana yang cocok untuk ia pakai malam ini. Ia hanya akan menghadiri reuni SMA yang sudah berkali-kali selama beberapa tahun terakhir ia lewatkan.
Sebenarnya Mara tidak berniat untuk hadir di acara semacam itu. Ia tidak mengenal banyak orang. Ia hanya punya beberapa teman yang satu ekstrakurikuler dengannya semasa SMA. Mara juga yakin teman-teman satu ekskulnya pasti lebih memilih bersantai di rumah atau berkencan di malam minggu. Tetapi Mara, atas ajakan Andy, dan keinginannya untuk bertemu lagi dengan Alden, membuatnya rela menghabiskan waktu di depan cermin selama 30 menit.
Riza kembali ke kamarnya untuk kedua kalinya. Ia bersandar di pintu dan kembali menggeleng. "Kayaknya tadi kamu cuma coba lipstick mana yang cocok sama kamu padahal Kakak lihat warnanya sama saja."
"Beda, Kak." Mara merapikan sekitar bibirnya lalu tersenyum. Warna pink memang cocok dengan kulit wajahnya yang pucat. "Cocok, kan?"
"Itu cuma reuni lho, Ra. Bukan tempat biro jodoh."
"Yaa... mana tahu ketemu jodoh yang dulu belum kelar."
"Ada memang?" Riza tertawa geli sambil menghempaskan tubuhnya ke ranjang. "Ah... kamu kan nggak punya teman dari dulu. Gimana ada cinta yang belum kelar?"
Mara menyeringai. Ia memasukkan ponsel ke dalam tas kemudian bangkit berdiri. "Aku satu SMA sama Alden."
"What?!" Riza bangkit dari ranjang. "Si kampret itu? Maksud kamu, kamu suka sama dia dari dulu?"
Mara menaikkan kedua bahunya sambil berlalu. "Kayaknya sih dia yang masih suka sama aku. Aku pergi ya, Kak."
"Masih??" Riza dibuat melotot. "Maksudnya apa, Ra? Hoi! MARA!! RARARARA!"
***
Elena, teman semasa SMA Mara, sudah menunggu Mara di halte tidak jauh dari tempat tinggal Riza. Satu-satunya teman semasa SMA Mara yang masih berteman di Whatsapp dan Twitter.
"Maaf ya, Len. Kak Riza ngeribetin." Mara berlari menuju mobil Elena.
"That's OK." Elena tersenyum manis pada Mara. "Kok Kak Riza belum berangkat?"
"Biasa... Kalau orang kepercayaan bos mah belagu. Belum aja dia didepak Jet." Mara tertawa pelan. "Yuk!"
Elena adalah gadis yang memiliki pemikiran terbuka meskipun ia seorang gadis kutu buku. Ia tidak pernah menentang dirinya untuk mencoba hal baru, termasuk soal minuman. Gadis itu sudah beberapa kali mencoba minuman beralkohol saat mereka masih duduk di bangku SMA. Tidak heran jika Mara pernah menemukannya berada di Happy Bar dengan satu gelas minuman. Gadis itu menikmati alkohol layaknya meminum air mineral.
Satu-satunya teman semasa SMA Mara yang mengetahui bagaimana dan kapan Mara menjalin hubungan dengan Alden dan kapan pula hubungan itu berakhir. Setelah mulai bangkit, Mara baru memiliki keberanian untuk menceritakan semuanya pada Elena. Mara tahu Elena gadis yang blak-blakan soal emosi, gadis itu terkenal dengan kalimatnya yang sama berbisanya dengan lidah ular. Karena itulah Mara tidak menceritakan pada Elena alasan mengapa hubungannya dengan Alden berakhir.
Mara melihat betapa cantik Elena malam itu. Elena memakai gaun hitam pendek dan menggerai rambutnya. Warna merah di bibirnya pasti membuatnya terlihat lebih dewasa dan menarik banyak laki-laki.
"Ini bukan ajang cari jodoh kan, Len?" Mara mengulang kalimat yang serupa dengan yang Riza ucapkan di rumah. "Demi apapun lo cantik banget malam ini."
Elena tersenyum sambil melirik Mara. "Makasih, Ra, tapi gue cuma mau kasih lihat ke orang-orang kalau gue ini nggak cupu. Lo nggak ingat dulu gue pernah berantem sama gengnya si Candy?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BETTER THAN BEFORE
RomanceSetelah bertahun-tahun memendam rasa suka, Alden Chandra memberanikan diri untuk mendekati gadis pujaannya, Mara Marcella. Gadis yang sejak di bangku SMA ia sukai dan kagumi. Gadis yang selama lebih dari empat tahun mengganggu pikirannya setiap kali...