🍁
“Permisi.” Nara menekan bel rumah mewah itu.
Nyonya rumah pun membuka pintu dengan antusias dan langsung memeluk erat Nara. “Anak Mamiii! Kangen Mami, nak.” Ucapnya.
“Nara juga kangen Mami.” Nara balas memeluk erat Puspa sambil tersenyum lebar. Sejak dikenalkan dengan Puspa, wanita itu meminta Nara untuk memanggil orangtua Arsa sama dengan anaknya, yaitu Mami Papi.
“Kamu bandel ah, lama gak main kesini.” Kata Mami Arsa seraya berjalan memasuki rumah dengan Nara.
“Lebay deh, Mami. Bulan lalu kan Nara kesini.” Celetuk Arsa yang sedang menuruni tangga untuk menghampiri 2 perempuan terdekatnya.
Mami Arsa hanya mendelik sebal ke arah anak tunggalnya. Lalu mengajak Nara duduk di ruang keluarga rumah besar itu. Baru 1 bulan tidak bertemu, tapi rasanya sudah lama sekali mereka tidak bertatap muka dan mengobrol panjang lebar.
Puspa menceritakan beberapa kejadian lucu pada Nara dan membuat gadis itu tertawa renyah. Bukan tawa palsu, Nara benar-benar tulus saat bersama Puspa. Dan mereka tidak terlepas dari pandangan Arsa yang berdiri tidak jauh dari mereka.
“Lo lebih cantik kalo ketawa kayak gitu, Ra.” Gumam Arsa. Kedua sudut bibirnya terangkat melihat interaksi antara Maminya dan Nara.
“Mami punya puding gak?” Tanya Nara dengan mata berbinar.
“Aduh Mami lupa gak bikin. Kita ke market yuk, sekalian belanja untuk makan siang. Nara mau kan bantu Mami masak?”
Nara hanya mengangguk dan tersenyum sebagai jawaban.
“Mami ambil tas dulu ya. Arsa siapin mobil, antar Mami sama Nara belanja!” Ucap Puspa dan memberi perintah kepada anaknya.
Tak lama kemudian, Arsa pun menghampiri Nara dan seketika perubahan ekspresi gadis itu pun terlihat. Raut wajahnya kembali datar dan dingin, ia sama sekali tak berniat melihat wajah Arsa.
Arsa duduk di sofa yang berseberangan dengan Nara kemudian bertanya pada gadis yang sedang asik mengutak-atik ponselnya.
“Kenapa gak mau gue jemput?”
“Ribet.” Jawabnya singkat.
“Bawa mobil?” Dan Nara hanya menggeleng sebagai jawaban.
“Kesini sama siapa?” Nara mendelik jengah.
“Naik taksi online, ongkosnya dua puluh ribu, gue pake promo, supirnya cowok masih muda dan good looking. Ada lagi?” Jelas Nara panjang lebar.
Sebelum Arsa bicara maminya datang dan mengajak mereka untuk segera berangkat menuju mall terdekat.
Sepanjang perjalanan Puspa terus berceloteh dan bercanda gurau dengan Nara, sama sekali tidak ada rasa canggung. Mengigat keluarga Nara dan Arsa beberapa kali makan malam bersama.
Terlebih cabang perusahaan keluarga Arsa satu bidang dengan perusahaan keluarga Nara.
“Ih liat deh, cuminya gede-gede seger lagi. Kita bikin cumi lada hitam ya. Nara suka? Arsa juga kayaknya udah lama gak Mami masakin ini.”
Saat ini Arsa tengah mendorong trolly belanja, sementara Nara dan Mami Arsa berjalan berdampingan di depan Arsa. Sesekali Nara meminta pendapat Mami Arsa tentang beberapa hal. Begitupun sebaliknya.
“Nara mau apa lagi?” Tanya Mami Arsa.
“Aku mau capcai sama perkedel, Mi.” Jawab Nara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTAGONIS | [END] ✔
Teen FictionIni bukan cerita tentang si baik yang selalu tersakiti. Bukan pula tentang si jahat yang selalu kejam. Katanya sih : "Orang jahat itu berasal dari orang baik yang tersakiti." How about Nara Hali Carlene? Si most wanted girl yang punya pacar most wa...