24. Antagonis or Protagonis

18.7K 1.9K 331
                                    

Hiii bubble
I miss u a lot 🥺

Selamat datang readers baru 👋🏻 semoga betah yaa.

Kalian pada kemana readers lama? 🤧
Jarang banget aku nemuin jejak kalian lagi 🥺

But...
Enjoy reading all of you! My lovely bubbles ❤
.
.
.
.
.
♤♤♤

Tak terasa hari semakin berlalu, tibalah saatnya ujian nasional tingkat SMA/Sederajat. Semua siswa-siswi SMA berusaha fokus dan mengesampingkan hal-hal yang tidak terlalu penting. Memusatkan pikiran dan tekad demi mendapat hasil yang memuaskan dari belajar selama 3 tahun penuh.

Tidak berusaha menjadi murid terbaik, hanya ingin menunjukkan kepada semua yang mendukung bahwa diri ini pantas dibanggakan.

Hari pertama, kedua, dan ketiga berlalu begitu saja. Tidak selalu mulus, tapi tidak juga ada hambatan yang berarti bagi Nara. Semuanya dapat ia lewati dengan tenang meski sedikit gugup.

“Saya selesai, bu.” Ujar Nara sambil mengangkat tangan.

Ibu pengawas ujian melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

“Masih ada waktu lima belas menit. Yang sudah selesai boleh meninggalkan ruangan. Yang lain tetap fokus, jangan kepanasan liat teman yang selesai lebih dulu.” Katanya.

Nara pun melihat ke arah layar komputer, merapalkan doa dalam hati. Kemudian beranjak meninggalkan ruang ujian.

“Huuffttt.” Nara menghembuskan napas sambil tersenyum lega. Ia melihat ke sekeliling penjuru sekolah, belum banyak siswa yang sudah menyelesaikan ujian. Jadi gadis itu memutuskan untuk berkeliling sebentar sembari menunggu teman-temannya.

Di beberapa bagian sekolah ini tampak sepi karena tidak ada kegiatan belajar mengajar. Hanya lab-lab komputer dan sekitar yang terisi dan ramai.

Anak tangga demi anak tangga ia lewati, dan sampailah ia di depan kelasnya saat masih kelas 10. Tersenyum geli mengingat segala hal yang terjadi di kelas itu, meskipun Nara tidak banyak berinteraksi dengan teman sekelasnya, namun memori itu tetap ada.

Nara melanjutkan langkahnya, menyusuri koridor yang langsung di suguhi lapangan outdoor. Ia berhenti sejenak, memperhatikan lapang itu dengan seksama, tak banyak yang berubah. Hanya saja lapang ini lebih bagus dari sebelumnya. Kilasan tentang hari dimana ia dan Arsa bertemu untuk pertama kalinya sekaligus hari pertama berpacaran, mulai hinggap di pikirannya.

“Gak kerasa ya, Ra. Perasaan baru kemarin daftar sekolah ke sini terus di ospek di lapang ini.”

“Hmm.” Tanpa menoleh pun Nara tau persis suara siapa itu.

“Gimana hari ini? Susah gak?”

“Yaa gitu.”

“Gitu gimana?”

Nara menatap sebal ke arah si pemilik suara yang tersenyum gemas ke arahnya.

You did well, Nara.” Ucapnya sambil mengusap puncak kepala Nara. Gadis itu hanya tersenyum menanggapi Arsa.

“Temen bawel lo nyariin dari tadi.” Arsa menunjukkan layar handphone nya yang menampilkan panggilan masuk dari Sheina.

“Ya udah, yuk samperin.” Ajak Nara.
Mereka pun bergegas menghampiri Sheina dan Aksel yang menunggu di taman depan sekolah.

“Aish! Dasar bego! Sialan! Sheina bego!” Maki Sheina pada dirinya sendiri.

“Udah sayang, gak apa-apa. Aku yakin soal yang lainnya kamu jawab bener kok.” Hibur Aksel.

ANTAGONIS | [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang