1. Couple or Enemy?

47K 4.2K 847
                                    


Brukkk

Shit!” Desis seorang siswi saat seragamnya terkena tumpahan es jeruk bahkan sedikit membasahi rambut bergelombangnya.

“Lo cari masalah sama gue?” Tanyanya, dengan menaikan sebelah alisnya.

“G-gue gak sengaja kak, maaf.” Ucap si pelaku tumpahan es jeruk, dengan wajah yang sudah memerah dan jari-jari yang sudah saling bertautan.

Nara mendengus sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Maju beberapa langkah dengan tatapan yang sangat jelas mengintimidasi. Dan seketika,

Byuurrr

Tanpa mengalihkan pandangan, Nara mengambil gelas berisikan air mineral di meja yang tepat berada di sampingnya dan langsung menumpahkan di atas kepala orang itu.

Oops. Sorry, gue sengaja.” Kata Nara dengan seringai dan penekanan di akhir kata.

See, kepala lo langsung kering gak, adik kelasku?” Tanya Nara, sarkastik.

Siswi yang diketahui Nara sebagai adik kelasnya semakin menciut, badannya gemetar menahan malu, matanya memerah menahan amarah, serta kedua tangan yang meremas kuat samping rok abu-abunya. Bagaimana tidak, saat ini mereka tengah menjadi tontonan di tengah kantin pada jam istirahat, yang pastinya sedang ramai.

Si adik kelas melirik sekeliling dengan kedua matanya, tak berani menatap satu-persatu orang yang bahagia menertawakan dirinya. Hanya satu kalimat untuknya. Dia salah pilih lawan.

“NARA!” Tanpa menoleh pun Nara sudah tahu siapa pemilik suara itu.

“Cukup!” Sentak laki-laki bernama Arsa Galen Didrika, si dewa penyelamat.

“Dia harus laundry baju gue.” Masih menatap orang di depannya.

“Lo bisa cuci sendiri, atau kalau perlu gue yang cuciin.” Kata Arsa dengan..... datar.

For what? Dia harus tanggung jawab!” Nara mendelik ke arah Arsa, selalu saja begini.

Arsa terdiam sebentar sambil menatap wajah kesal Nara. “Kalau gitu berarti lo harus keramasin dia.”

Skakmat.

Nara diam selanjutnya ditarik paksa oleh Arsa, keluar dari kerumunan orang-orang berhati batu. Atau mungkin otaknya mati. Bukannya memisahkan dua orang yang bertengkar, mereka malah asik seakan ada tontonan menyenangkan, bahkan beberapa membuat video untuk kebutuhan media sosial. Benar-benar tipikal orang jaman sekarang.

“Pake!” Arsa menyodorkan seragam dari dalam loker miliknya.

“Ini kebesaran Arsa! Gue gak mau!” Tolak Nara. Jelas seragam itu besar untuknya mengingat postur badan keduanya jauh berbeda.

“Pake atau gak usah pake baju sekalian.” Kembali menyodorkan seragam miliknya dan kini terpaksa Nara ambil karena ia jarang menyimpan seragam cadangan di dalam loker miliknya.

“Dia sengaja numpahin es jeruk itu ke gue.” Ungkap Nara.

Arsa yang semula menyibukkan  diri dengan membereskan buku-buku di dalam loker pun berbalik menatap Nara.

“Lo tau dari mana dia sengaja atau enggak? Lo cenayang?” Arsa bertanya dengan nada tidak percaya.

“Arsa-“

“Mending lo cepet ganti baju karena kita udah telat lima menit buat masuk kelas.” Belum sempat Nara menjawab, Arsa segera memotong jawaban Nara sembari bersandar pada deretan loker yang disimpan di koridor.

“Gue tuh kadang bingung, lo itu pacar gue? Atau musuh gue? Lo gak pernah ada dipihak gue sekalipun.” Setelah mengatakan itu Nara pun bergegas meninggalkan Arsa yang tertegun karena ucapannya.

Kemudian Arsa kembali menegakkan badannya dan menatap punggung kecil Nara yang semakin menjauh. Dengan jelas ia lihat seragam miliknya habis diremas kuat oleh Nara. Ujung bibirnya sedikit terangkat hampir memperlihatkan senyuman yang jarang terlihat.


🍁


Tok tok tok

“Permisi Bu, maaf saya terlambat. Tadi seragam saya ketumpahan air jadi harus ganti seragam.”

“Yasudah, cepat duduk ditempat kamu.”

Nara berjalan cepat menuju bangkunya, dapat dilihat seseorang yang duduk di sampingnya tengah menahan tawa melihat penampilan Nara. Bahkan mungkin semua teman kelasnya juga, entahlah Nara tidak terlalu memikirkan dan terus berjalan.

“Hihihi keliatan banget deh baju dapet minjem.” Ledek Sheina, -teman sebangku Nara sekaligus sahabat dekatnya- sedikit berbisik.

“Puas lo?” Nara mendelik sebal sambil mengeluarkan buku dan alat tulis dari dalam tasnya.

“Lagian tadi malah nyelonong sok-sokan ninggalin gue ke kantin. Karma tuh, Ra.” Ujar Sheina.

“Kenapa gak pinjem seragam gue aja sih?” Tanya Sheina, karena Nara ogah menyahut.

“Keburu digeret Arsa.” Jawab Nara.

“Oh iya, di tengah huru-hara yang dibuat devil pasti bakal datang si dewa penyelamat, Angel-nya SMA Radinka.” Ujar Sheina yang dibalas dengus sebal oleh Nara.

“Tuh lewat yang baru diomongin.” Sheina menunjuk Arsa yang tengah berjalan melewati kelas mereka. Nara pun sontak menoleh dan seperti biasanya, jangankan menoleh untuk tersenyum melirik saja tidak.

“Nara! Sheina! Kalau masih mau ngobrol bisa di luar!” Tegur sang guru yang merasa tidak di perhatikan.

“Maaf Bu.” Ucap mereka hampir berbarengan.


🍁


Bel tanda berakhirnya pelajaran hari itu sangatlah ditunggu semua siswa-siswi. Ada yang memang karena lelah belajar dan ingin segera beristirahat di rumah atau tak tahan karena bosan dan ingin segera pulang untuk bermain, nongkrong, belanja, dan sebagainya.

Saat Nara keluar kelas, sudah ada sesosok laki-laki jangkung tengah bersandar di samping pintu kelas Nara. Yap, laki-laki itu adalah Arsa. Mereka memang tidak satu kelas, Arsa berada di kelas 12 IPA 1 sedangkan Nara berada di kelas 12 IPA 2. Bertetangga.

“Ayo pulang.” Ajak Arsa setelah melihat Nara. Gadis tidak menjawab dan langsung berjalan mengikuti Arsa.

Memang selalu seperti ini, jika kelas Arsa selesai lebih dulu Arsa akan menunggu Nara untuk pulang bersama. Berbeda dengan Nara yang jika kelasnya lebih dulu selesai, ia tidak akan menunggu dan pulang duluan.

Suasana di mobil cukup hening. Arsa yang terfokus pada jalanan dan Nara yang diam memejamkan matanya.

“Tadi waktu  telat masuk kelas dimarahin?” Tanya Arsa memecah keheningan.

“Nggak.” Jawab Nara seadanya.

“Nilai-nilai lo gimana habis ulangan kemaren?” Tanya Arsa -lagi-.

“Kayaknya nilai gue biar jadi urusan gue deh. Gak ada hubungannya sama lo.”

Nara yang semula bersandar dan memejamkan mata kini duduk tegap dan menoleh ke arah Arsa.

“Lo itu pacar gue, kalau ada yang enggak lo ngerti kita langsung belajar bareng. Biasanya juga gitu kan?”

“Oh lo inget kalau lo itu pacar gue? Kirain lo bokap gue, atau abang gue, atau supir mungkin.” Ucap Nara berseringai sambil melirik Arsa.

“Dan kalau lo lupa, gue bukan siswi bodoh.” Lanjutnya.

Arsa diam, rahangnya mengeras, tangannya mencengkeram erat kemudi. Tapi tidak membalas argumen Nara yang jelas-jelas memicu pertengkaran. Suasana pun hening kembali, hanya terdengar suara-suara dari kendaraan lain. Kini mereka sibuk dengan dengan 1 pertanyaan yang sama.

Kenapa lo mau jadi pacar gue?

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧

Hello guys! Long time not update!!
How about this part?
Give me vote and comment!
.
.
See you~



Antagonis
2019

♡Hanisti

ANTAGONIS | [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang