Haiiii ^.^
Enjoy reading
••••••••••••••••••••••••
.
.
.
.
.
.“Ra, lo gak ada niatan baikan sama Arsa gitu?”
Nara menoleh saat di beri pertanyaan oleh Sheina. Kemudian Sheina melirik ke sekeliling mereka, memastikan tidak ada yang menguping pembicaraan karena saat ini mereka berada di kantin dan rawan sekali biang gosip ada di sini.
“Maksud gue gini loh. Lo sama Arsa udah diem-dieman seminggu lebih. Gosip lo udah simpang siur banget, ada juga yang bilang kalian udah putus loh.”
“Gue gak peduli.” Jawab Nara acuh.
“Lo gak akan klarifikasi atau apa gitu?”
Pertanyaan Sheina barusan membuat Nara menghentikan kegiatan makannya dan langsung menatap sewot ke arah sahabatnya itu.
“Emangnya gue artis?” Kemudian Nara mendelik dan melanjutkan lagi makannya.
“Artis sekolahan.” Sahut Sheina terselip candaan.
“Eh, Arsa tuh, Ra.” Nara pun menoleh dan melihat Arsa berjalan ke arahnya.
Tanpa bicara Nara bergegas pergi dari kantin, namun sempat dihadang Arsa.
“Ra.”
Nara terus berjalan seolah tidak ada Arsa di sana. Arsa pun tidak berniat mengejar Nara, untuk apa? Pikirnya Nara pun harus belajar dari perbuatannya.
Selama satu minggu lebih Arsa dan Nara tidak bertegur sapa dan tentu saja langsung menggegerkan warga sekolah.
Dan otomatis Sava pun menjadi orang yang paling tersudutkan, kini satu sekolah tahu namanya, dan mereka tak segan mencela Sava dimana pun. Karena itu lah, Sava semakin jarang keluar kelas, situasinya saat ini sangat parah di bandingkan dulu.
Sava berjalan terburu-buru sampai tak sengaja menabrak seseorang. Saat ia ingin meminta maaf, Sava terkejut karena orang yang ia tabrak adalah Arsa. Sava pun bergegas menghindari Arsa.
“Sav! Sava! Tunggu!” Arsa mengejar Sava sampai parkiran sekolahnya.
“Please, Sa! Jangan ada di sekitar gue.” Ucap Sava takut-takut.
“Gue cuma mau minta maaf sama lo. Atas perbuatan Nara, dan apa yang terjadi sama lo sekarang.” Arsa benar-benar tulus saat meminta maaf.
“Tolong, Sa! Gue gak mau keadaannya tambah parah. Gue takut.” Sava mulai emosional dan meneteskan air mata untuk yang ke sekian kalinya.
Arsa melangkah mendekati Sava, memegang kedua bahu Sava meyakinkan dan berkata,
“Gue bakal lindungin lo dari cemoohan orang, gue bakal jadi temen yang belain lo.”
Sava terperangah, tak percaya apa yang dikatakan Arsa barusan, seolah mimpi ia menggeleng-gelengkan kepalanya.
Sementara itu Nara membeku, ucapan Arsa terdengar jelas di telinganya karena saat ini Nara berdiri tak jauh dari Arsa dan Sava. Tanpa ragu Nara berjalan ke arah mereka, dan Sava terkejut bukan main saat Nara menghampiri mereka. Dan sontak tangan Arsa yang tadinya di bahu Sava pun terlepas begitu saja.
“Gue acungin jempol buat keberanian lo. Dan gue gak jamin apa yang bakal terjadi sama lo mulai sekarang.” Untuk Sava, ancaman Nara saat ini lebih menakutkan dari film horor yang ia tonton. Setiap kata yang keluar dari bibir Nara sangat menusuk.
“Jangan macem-macem, Ra.” Ujar Arsa tak kalah dingin. Dan Nara hanya menanggapi dengan senyum mengejek.
“Gue paling benci spesies macam lo.” Ucap Nara pada Sava, sebelum pergi ia menatap rendah pada Sava dari ujung rambut sampai ujung kaki. Membuat Sava dan siapapun yang melihatnya bergidik ngeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTAGONIS | [END] ✔
Fiksi RemajaIni bukan cerita tentang si baik yang selalu tersakiti. Bukan pula tentang si jahat yang selalu kejam. Katanya sih : "Orang jahat itu berasal dari orang baik yang tersakiti." How about Nara Hali Carlene? Si most wanted girl yang punya pacar most wa...