Finally!
.
.
Jangan langsung skip, baca notes aku di bawah yaa
.
.
Enjoy bubble 👋🏻♤♤♤
Tiga hari berlalu sejak kepulangan mereka dari liburan singkat di villa milik keluarga Aksel, kini mereka kembali ke kesibukan masing-masing. Jarum jam menunjukkan pukul 07.00 pagi tapi Nara masih betah bergulung di atas kasur nya.
Ia berguling beberapa kali ke sisi kasur, menenggelamkan wajah pada bantal, kemudian menghentak-hentakkan kakinya.
“Sialan, udah tiga hari tapi masih kepikiran aja.” Ujar Nara sembari memegang bibirnya, ingatannya kembali menampilkan adegan saat Arsa menciumnya di pinggir pantai.
Nara di kagetkan oleh dering handphone miliknya, ia tersadar kemudian menggelengkan kepalanya beberapa kali. Gadis itu meraih benda pipih itu dari atas nakas di samping kasur. Rupanya sebuah video call dari Arsa.
“Morning.” Sapa Arsa di seberang sana, terlihat ia sedang duduk di ruang makan.
“Hmm.” Sahut Nara.
“Dih, mata belekan, rambut kayak singa, jam segini masih di kasur.” Ucap Arsa.
“Ngaco lo, gue bangun tidur juga cantik tau! Btw papa gak ada soalnya, lagi ke luar kota. Makanya gak ada yang ngomel.”
“Pantes. Kalo di sini sih, alarm-nya luar biasa, Ra. Omelan emak-emak di pagi hari, juara deh pokoknya.” Canda Arsa.
Nara pun tertawa mendengar candaan Arsa. “Ngapain video call pagi-pagi?” Tanya Nara.
“Emm, rencananya nanti malem gue mau ngajakin lo dinner. Gimana?”
Nara mengubah posisinya menjadi duduk, “seriously? Lo ngajak dinner padahal ini masih pagi hari?”
“Hehe, sorry. Habisnya gue yakin deh yang ngajak lo jalan pasti ngantri banget, macam asrama putra.”
“Apa sih, yaudah. Dimana?”
“Jam tujuh malem gue jemput, oke?”
“oke, see you.”
Nara menahan kedua sudut bibir yang memaksa untuk tertarik ke atas, ia kembali menenggelamkan wajahnya kali ini pada boneka panda besar kesayangannya.
🍁
Pukul lima sore Nara tengah bersidekap di hadapan berbagai macam gaun yang ia punya sambil mengenakan handuk mandi. Matanya menari kesana-kemari mencari salah satu yang menarik perhatiannya, jemarinya pun ikut aktif memilah gaun-gaun itu.
“Huft. Tenang, Ra. Ini cuma makan malam biasa, gak usah berharap apa-apa.”
Hingga tatapannya jatuh pada sebuah gaun selutut berwarna putih dengan outer di pundak yang juga berwarna putih, sangat cantik juga elegan. Benar-benar selera Nara.
Kini ia sibuk berhias dan menata rambut. Make up yang ia pakai sedikit lebih mencolok dari biasanya, tapi tetap terlihat natural. Setengah rambutnya ia jepit ke belakang, setengahnya lagi ia biarkan terurai. Nara juga menambah hiasan mutiara di atas kepalanya.
Setelah di rasa siap, Nara melihat pantulan dirinya pada standing miror miliknya. Ia menilik dari ujung kepala hingga ujung kaki. Perfect.
Handphonenya berdering menandakan panggilan masuk rupanya dari Arsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTAGONIS | [END] ✔
Novela JuvenilIni bukan cerita tentang si baik yang selalu tersakiti. Bukan pula tentang si jahat yang selalu kejam. Katanya sih : "Orang jahat itu berasal dari orang baik yang tersakiti." How about Nara Hali Carlene? Si most wanted girl yang punya pacar most wa...