7

102 12 0
                                    

Jesi  tengah sibuk memasukkan baju- baju nya ke dalam koper di bantu ibu dan perawat. Hari ini Jesi dinyatakan sudah boleh pulang oleh Dokter. Namun dengan catatan ia masih harus banyak istirahat dan tidak melakukan aktivitas yang melibatkan beban berat.

" Bu, ibu pulang saja ga papa kok, Jesi udah beneran baik- baik aja"

" Ibu kan udah 2 minggu lebih jagain Jesi disini, Ibu pasti capek kan?"

Jesi memandang ke arah Ibunya. Yang kemudian dikejutkan dengan munculnya Brian di belakang ibunya. Brian melambaikan tangan dan tersenyum menyapa Jesi.

" Hi"

Jesi hanya memutar kedua bola matanya dan memalingkan pandangannya.

" Ih udah boleh pulang ya?" Brian berdiri di sebelah Jesi yang masih tidak di gubris oleh Jesi.

" Ibu ke administrasi dulu, mengurus obat- obat yang perlu kamu bawa dan claim asuransi dari pihak bus" Ibu diantarkan oleh perawat yang tadi membantu mengemasi barang pergi meninggalkan kamar, menyisakan Brian dan Jesi.

" Ih kok diem aja sih" Brian mencolek- colek lengan Jesi dengan telunjuknya.

" Jes..."

" Jesi"

Jesi menghentikan kegiatannya dan berbalik badan, wajahnya berada tepat di depan wajah Brian. Dengan jarak yang cukup intens untuk saling bisa menatap mata masing- masing dari jarak itu.

" Apa sih lo, abis ngilang, tau- tau muncul kaya ga ada dosa, udah gila ya lo?"

Brian memundurkan tubuhnya dan mengerjapkan matanya berkali- kali.

" Jadi lo beneran marah ni?"

" jangan marah dong, lo gemesin kalau ngamuk gitu"

Jesi kembali melanjutkan aktivitas melipat bajunya tanpa menggubris keberadaan Brian di sampingnya.

" Pikir aja sendiri"

Brian tersenyum jahil " ululuuuuhh ada yang kangen ternyata abis gue tinggal " jarinya kembali menyolek lengan Jesi.

" Apasih"

" Gue ada urusan, kemarin kata lo kalau gue kangen temen- temen, gue di suruh nemuin?"

Brian kini duduk di atas kasur dimana Jesi meletakkan baju- bajunya.

Jesi menghela nafasnya.

" Terus udah ketemu?"

Brian mengangguk. " Sedih litanya, apa lagi salah satunya beneran having mental breakdown banget kayanya. Sampe ga mau makan, ngalamun terus." wajahnya ikut menunjukkan kesedihan.

" Wish u could said that you are okay here ya, Bri" Jesi ikut duduk di sebelah Brian.

Brian menoleh ke samping kanannya dimana Jesi duduk

" Jes, kapan- kapan mampir apart gue dong tolong"

Jesi mengernyitkan dahinya " ngapain?"

" Bantu ngecek aja, nanti gue temenin kalo lo takut."

" Jauh ga dari sini?" tanya Jesi.

Brian memiringkan kepalanya dan berpikir sejenak membayangkan rute yang harus di tempuh hingga ke apartmennya.

" kira- kira 20- 30 menit lah kalau pake bus"

" Ih ogah banget gue naik bus lagi, mending naik MRT", Jesi bergidik mengingat kejadian yang sempat menimpanya ketika mengenakan bus umum.

" Bisa sih, tapi jalannya nambah 5 menitan. Kalau bus bisa jalan 2 menitan doang lah."

Brian kembali menatap Jesi.

" Lo beneran mau bantuin gue?"

" Imbalan lo nemenin gue disini selama sakit" jawab Jesi singkat.

Brian kembali tersenyum memamerkan gigi rapinya dan tulang pipi yang menonjol mengikuti lengkungan senyumnya.

" Btw, selama lo disini kok ga pernah ada temen lo yang dateng sih?"

Jesi tertawa kecil dan mengangkat bahunya, " gue kan emang ga punya temen... i guess....."

" Hah? Kok bisa?" mata Brian melebar, seolah tak percaya dengan apa yang ia dengar.

" Biasa aja kali Bri. Gue... emang jarang interaksi sama temen- temen kuliah gue. Gue lebih banyak sendirian. Di roof top kampus, ngegambar di sana"

Brian menganggukkan kepalanya.

" Makanya gue pertaman temenan yang beneran banyak ngobrol baru sama lo doang" Jesi tersenyum tipis.

" Gue selalu nganggep, temenan itu ngerepotin, belum lagi kalau diomongin di belakang gitu. Gue paling gabisa dan ga suka. Jadi lebih baik gue sendiri" sambungnya.

" Emang dengan ga temenan ada jaminan lo ga diomongin?"

Jesi menoleh ke Brian " meskipun di omongin, setidaknya gue ga terlalu involved sama mereka, jadi ga akan terlalu sakit hati".

" Nak, yuk. Tunggu di depan" suara Ibu Jesi terdengar dari pintu mengajak anaknya untuk keluar dari kamar itu.

Sore itu hujan gerimis turun membuat suasana menjadi sedikit lebih sejuk dari sebelumnya. Awan pun cukup mendung untuk dapat menampilkan cahaya matahari. Kamar rumah sakit sudah dikosongkan, Jesi dan Ibunya menunggu taxi datang di ruang tunggu periksa depan. Lalu lalang perawat dan pasien baru yang akan dimasukkan ke dalam kamar pun turut meramaikan suasana. Selain itu, dari bagian dunia seberang, juga ada orang- orang tua, laki- laki usia paruh baya, perempuan atau anak kecil yang kini tengah bercanda bersama Brian di ujung ruangan tak luput dari pandangan Jesi sekarang.

" Adik manis, kok disini sendiri?" Tanya Brian sembari berjongkok di depan anak perempuan itu dan mengusap puncak kepalanya lembut.

" Aku masih nunggu Ibu, om. Soalnya ibu bilang mau jemput jam 4" ia tersenyum memamerkan gigi ompongnya.

Mendengar itu Brian langsung merasa iba mengingat urusan itu yang membuat anak ini tertahan di dunia ini. Yakni menunggu janji dari ibunya untuk menjemputnya jam 4.

Brian kemudian menolehkan pandangan pada sesorot mata yang dari tadi memperhatikannya. Ya, Jesi dengan senyum tipis menatapnya dan anak kecil didepannya. Yang tak lama setelah sadar Brian balik melontarkan senyum padanya, Jesi membuang pandangannya seolah salah tingkah di buatnya.

" Tante itu bisa lihat kita om? Soalnya yang lainnya aku ajak main ga ada yang pernah nengok" tangan mungilnya menarik- narik ujung kemeja Brian.

" Iya, tante itu bisa liat kita soalnya dia orang baik" kedua jempol Brian mengelus pipi anak itu pelan.

" Kesana yuk om, aku mau main sama tante itu" ia menunjuk- nunjuk ke arah Jesi.

Brian menggeleng pelan, " nanti kalau mau main, om bilangin dulu ya ke dia. Di sebelahnya kan ada ibunya tante itu. Ibu nya kan ga bisa liat adek, nanti dia kaget"

" OOOOOhhh gitu, yaudah deh. Nanti kapan- kapan ajak dia kesini ya om." Tak lama anak perempuan itu menghilang entah kemana.

" Bri ayo" bisik Jesi sambil melambaikan tangannya pelan memanggil Brian.

Brian yang tadi berjongkok kemudian berdiri dan tersenyum.

" Gue diajak ni?" ucapnya dalam hati kemudian menyusul ke Jesi yang sudah berjalan melewati pintu keluar rumah sakit untuk menaiki taxi.

The Ghost of You | YoungK Of Day6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang