" Udah sampe" Tangan Brian menunjuk nama Jesi di sebuah papan di depan pintu kamar.
" Hah?"
" Udah masuk aja" ajak Brian.
" Nembus aja gausah ngetok. Lo kan juga ga bakal bisa ngetok pintu" ucap Brian yang tadi sudah masuk duluan.
Jesi mengikuti saran Brian.
Bruk....
" Aduh...." Jesi mengusap kepalanya.
Brian berlari keluar diikuti dengan ibu Jesi yang merasa kaget dengan suara yang baru saja ia dengar.
" Loh? Lo juga ga bisa nembus benda? Aneh deh" Brian berdiri di depan pintu yang kemudian di buka oleh ibu Jesi.
" Ibu!!" Jesi berteriak.
Brian menarik tangan Jesi " sini masuk dulu, ntar pintu di tutup lo gabisa masuk lagi"
Jesi melihat sosok dirinya berbaring di kasur tak bergerak. Di hidungnya terdapat selang oksigen yang terpasang dengan alat deteksi jantung yang berbunyi lemah namun stabil. Terdapat beberapa jahitan di wajahnya akibat luka yang ia dapatkan dari kecelakaan.
" I... ini gue?" Jesi menatap Brian dengan wajah seolah tak percaya dengan apa yang ia lihat.
Brian mengangguk.
" Terus gimana cara gue balik kesitu?" wajah Jesi Nampak sedih, suaranya lirih. Kemudian ia bersimpuh di depan ibunya dan menggenggam tangan ibunya.
" Bu, Jesi disini. Ibu sampai jauh- jauh datang kesini. Jesi ngerepotin ya?" Jesi menyeka air matanya. Di kasur, tubuh Jesi juga ikut menitikkan air mata.
" Bri, gue gimana baliknya ke badan gue?" Jesi menarik- narik ujung kemeja Brian.
" Gatau"
" Lo coba aja tiduran di atas badan lo siapa tau nyatu lagi" jawan Brian asal.
Jesi berdiri dan mengikuti saran Brian dan mulai dengan menarik nafas panjang. Kemudian Ia mulai menaiki kasur dan merebahkan diri diatas tubuhnya. Ia memejamkan mata dan kemudian ia membuka matanya.
" Kok gue masih disini?" Jesi memandangi tangan dan sekelilingnya.
"Lo kurang serius kali nyobanya." Brian kembali mengangkat kedua bahunya tanda tidak tahu.
"Coba lagi dah. Fokusin pikiran lo".
Jesi kemudian menarik dan menghembuskan nafasnya sekali lagi kemudian mengulang dengan cara yang sama seperti sebelumnya.
" Ibu...." Suara Jesi terdengar lirih.
Ibu Jesi seketika meletakkan ponselnya dan langsung bangkit memeluk anaknya. Ia kemudian berlari mencari perawat.
" Suster, anak saya sudah siuman".
Jesi menoleh sekelilingnya, mencari sosok Brian.
" Bri...." Tidak ada tanggapan.
" Briiii...." Jesi setengah berteriak.
" Apa sih, gue abis dari kamar mandi" sosok Brian muncul menembus tembok sebelah kasur Jesi.
" Buset lo bisa gasi jangan nembus- nembus gitu?"
" eh.. lo masih bisa liat gue?" wajah Brian bingung. Ia mengira Jesi sudah tidak akan bisa melihat hal- hal aneh setelah ia kembali ke tubuhnya.
" Lah iya juga ya? Sebelumnya gue ga pernah bisa liat hantu" Jesi menggaruk ujung hidungnya.
" Yaudah bagus, kalo gitu lo jadi temen gue aja. Gue ga nyaman temenan sama...." Brian mendekatkan wajahnya ke telinga Jesi setengah berbisik
" hantu lainnya. Hi... serem tau"
Jesi menarik tubuhnya " Lah... lo pikir lo ga serem?"
Brian berdehem " seenggaknya wujud gue kan ga berdarah- darah, masih ada gantengnya dikit" wajahnya terlihat sedih yang di buat- buat.
Jesi tertawa dan meninju ringan lengan Brian namun sayangya tertembus.
" Gue bercanda kali. Nagmbekan lo"
Jesi mencondongkan tubuhnya ke arah Brian " Eh lo butuh pipis juga emang?"
" Maybe" jawab Brian asal.
" Ih, ga di siram dong pipisnya?"
" Kalau mau ee nanti gimana dong Bri?"
Brian mengernyitkan dahinya " ya lo cebokin hahahaha"
" Brian jorok!" Jesi setengah berteriak.
" Ngomong sama siapa nak?" Ibu Jesi sudah kembali bersama seorang perawat.
Jesi melirik ke Brian yang menjulurkan lidahnya meledek Jesi.
" Enggak kok Bu hehe" jawabnya.
" Saya cek dulu ya kondisi tubuhnya. Sebaiknya jangan banyak bergerak karena ada retak di tulang rusuk"
Suster mengecek mata Jesi dan mulutnya dengan senter, kemudian mengecek cairan infusnya.
" Sebaiknya banyak istirahat ya setelah ini agar kondisi pemulihan berjalan cepat"
Jesi hanya mengangguk dan merebahkan dirinya kembali ke kasur.
" Gue jalan- jalan dulu ya" Brian kemudian menghilang entah ke mana.
" Bisa gila ni gue lama- lama, semoga gue ga banyak liat hal aneh- aneh, cukup Brian aja" suara Jesi lirih hampir tak terdengar. Ia kemudian memejamkan matanya dan memilih untuk tidur selepas Brian berpamitan pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ghost of You | YoungK Of Day6
Fiksi PenggemarNever thought that met you was brought me death and happiness at the same time.