Jesi melangkahkan kakinya ke kamar mandi stelah merasa kesadarannya sudah mulai betul- betul terkumpul. Bob, Doun yang kini sudah terbangum juga sudah duduk di ruang tv. Sedangkan Jae dan Wonpil masih terlelap tanpa bergeming sedikitpun. Brian pun hanya ikut duduk diantara teman- tenmannya itu.
"Udah? Duduk dulu sini" Bob menunjuk pada ruang kosong di depannya. Nada bicaranya datar.
"Teh nya diminum dulu itu di meja, lo udah enakan kan?" Doun turut menimpali.
"ntar aja"
Jesi dengan gelagat enggannya berjalan gontai menuju arah anak- anak itu terduduk. Bob mulai menepuk pelan betis Jae dan Wonpil bergantian beberapa kali hingga akhirnya mereka membuka kedua matanya. Tentu saja, mata mereka berdua terlihat sangat merah tanda kurang tidur. Belum lagi Jae yang semalam juga sempat menenggak beberapa botol minuman, menyisakan sedikit rasa tipsy.
"Sekarang, coba lo jelasin ke kita. Apa maksud lo semalem tu kaya selalu ngobrol ke ruang kosong" Bob menghentikan sebentar kalimatnya.
"Seolah, lo tu lagi ngobrol sama Brian." Doun ikut menganggukkan kepalanya, tanda setuju dengan pertanyaan Bob. Jae dan Wonpil mengikuti dengan kesadaran yang masih belum 100% kembali ke tubuh mereka.
Jesi menghela nafasnya sebentar. Diselipkannya rambut yang menjuntai ke belakang telinganya. Menunjukkan seolah ia akan menjelaskan sesuatu yang panjang. Ia sadar, penjelasannya nanti pasti akan bertolak belakang dengan akal sehat manusia pada umumnya. Bahkan, terkadang sisi diri Jesi pun masih belum bisa menerima semua kejadian ini.
"Jadi gini....."
Semua terdiam. Memusatkan pandangan pada Jesi yang kini duduk di hadapan keempat laki- laki, oh atau lebih tepatnya lima, plus kehadiran Brian diantara mereka.
"Gue, was there. I was on that bus"
"Terus?" Bob mengernyitkan dahinya.
"Then that accident happened. Gue koma saat setelahnya. Tapi gue ga sadar"
"Like I was wandering around, alone"
"Disitu ada cowo yang tiba- tiba nyamperin gue. Disana dia mengenalkan dirinya as Brian"
Keempat laki- laki itu masih berusaha mencerna cerita yang baru saja mereka dengar.
"Dia bilang, mau bawa gue ke suatu tempat yang mana itu adalah rumah sakit karena ternyata raga dan jiwa gue kepisah, tapi gue ga mati. Brian bantu gue akhirnya sampai gue nemuin raga gue dan kembali sadar kaya gini"
Doun memijat- mijat kepalanya, "Gue rasanya masih kaya ga percaya??"
Jesi mengangkat bahunya, seolah sudah siap dengan jawaban ketidak percayaan seperti yang Doun lomtarkan.
"Gue ga maksa lo buat percaya, tapi setidaknya itu awal mula gue ketemu Brian."
"Lagian, lo pikir deh, gue bisa masuk sini juga karena siapa? Gue sama sekali ga pernah tau Brian sebelumnya meski ternyata gue, Brian dan kalian satu kampus. Bahkan gue sama kak Jae satu fakultas." Jesi memandangi keempat pria itu satu persatu.
"Gue bahkan ga pernah tau ada band yang katanya tenar banget di kampus yang beranggotakan kalian" Jesi tersenyum melihat Brian yang tertawa seolah bangga ketika Jesi menyebut mereka tenar.
"Gue ga ada intensi apapun. Gue cuma yaudah temanan sama Brian, kita jadi bener- bener deket sejak dia satu- satunya orang yang nemenin gue di rumah sakit selama masa pemulihan selain ibu gue."
Jae memasang kaca matanya dan menatap Jesi lekat.
"Tapi, sorry nih ya..." Jae menunjuk Jesi dengan mimic muka seolah menanyakan namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ghost of You | YoungK Of Day6
Fiksi PenggemarNever thought that met you was brought me death and happiness at the same time.