Chapter 4 : Bertemu Untuk Berpisah

1.2K 84 16
                                    

Dan setelah beberapa saat mereka saling bergelut dengan tangan kosong. Sampai lah Sasuke menemukan sedikit celah disaat Naruto lengah yang mana peluang tersebut segera dimanfaatkan oleh Sasuke membuat pergerakan Naruto terkunci.

"Hanya segini kemampuanmu hah?" ejek Sasuke makin tajam.
"Brengsek! Hah.. hah.. hah.." umpat Naruto ditengah deru nafasnya yang memburu akibat perkelahian mereka. Naruto terus meronta mencoba melepaskan diri namun tangan dan kakinya terkunci erat. Ingin melepaskan cakranya namun terganggu dengan egonya. Lagi pula jika begitu malah akan menghebohkan teamnya yang sedang istirahat. Dia tak mau mengganggu mereka. Dia akan membawa Sasuke sendiri putusnya.

Setelah memberontak beberapa saat tak mendapat kelonggaran akhirnya dia diam. Ditatapnya manik kelam milik sahabatnya ini. Tak ada maksud lain, hanya ingin melihat keangkuhannya saja saat ini. Namun aksinya itu malah seperti senjata makan tuan baginya. Kini dia malah terpana melihat wajah sahabat yang berada diatasnya ini. Setelah dilihat-lihat, sahabatnya ini tak banyak mengalami perubahan dalam segi wajah, selain tubuhnya yang makin tinggi semampai, body tegap atletis, wajah masih sama semenyebalkannya seperti dulu. Dan kini makin angkuh dengan kemampuan yang dipunyainya. Entah mengapa meski kesannya masih sama seperti dulu namun Naruto merasa dia tertinggal jauh darinya kini. Yang jelas Sasuke yang sekarang menjadi laki-laki yang manly dan mature sekali. Sikapnya jauh lebih tenang dan dingin dari pada yang dulu. Naruto baru menyadari kekerenan sahabatnya ini. Jiwa kempetitifnya langsung bergejolak tidak terima.

'Ah... Pantas saja Sakura begitu tergila-gila padanya. Dan setelah mengetahui Sasuke yang sekarang aku jaman Sakura makin menggila.' batin Naruto miris.

'Siallll!!! Aku kalah lagi!' umpatnya dalam hati tak terima.

Tanpa terduga, manik safir bertemu dengan pualam yang bagaikan siang dan malam menimbulkan sengatan yang mematikan saraf motorik satu sama lain. Entah apa yang terjadi, kini keduanya tak bergerak sama sekali seperti patung. Hanya hembusan nafas dan pergerakan dada naik turun lah yang menandai mereka ini masih hidup. Mereka seperti terhanyut dikedalaman mata satu sama lain. Seperti berusaha saling menyelami isi hati masing-masing.

"Sasuke... " lirih Naruto.

Dan perlahan matanya mulai memanas membuatnya sedikit berkaca-kaca. Rasa rindu dan terluka tercetak jelas dari sorot matanya. Luka karena ditinggalkan dan terhianati. Perasaan yang selama ini ditahannya mulai bermunculan membuncah didadanya satu per satu membuat tubuhnya sedikit bergetar karena menahannya. Sang pemilik manik mata pualam menyadari itu semua tanpa cela memunculkan kelembutan yang sudah lama tak dirasakannya.

Entah bagaimana mulanya, namun yang jelas dan pasti perlahan wajah mereka berdua mulai berdekatan. 10 cm.. 5 cm.. 3 cm.. 1 cm.. Seperti ada medan magnet yang menempel diwajah mereka berdua atau mungkin karena adanya gaya gravitasi bumi. Entahlah. Hembusan nafas mereka saling berbaur tanpa sekat namun mereka seperti tak menyadarinya, seakan nalar musnah dalam diri mereka saat ini. Kini bibir mereka menempel sempurna tanpa memutuskan tatapan mata mereka satu sama lain. Perlahan Sasuke mulai memagut bibir bawah Naruto dengan lembut. Masih dengan kelembutan pula Sasuke mulai mengulumi belahan-belahan bibir tersebut seakan baru merasakannya. Menjajaki rasa bibir yang menurutnya terasa manis dan kenyal sedikit membuatnya mulai ketagihan. Naruto yang terkejut tak bisa berkutik seketika.

Tak memperdulikan ketegangan Naruto, Sasuke terus memagut bibir atas dan bawah Naruto dengan lembut. Rasa manis yang tercecap dilidahnya membuatnya ketagihan meskipun pada dasarnya dia tak menyukai manis namun ini manis yang beda dan dia suka. Perlahan Naruto pun mulai terlena dengan permainan pagut memagut Sasuke tersebut. Mungkin karena rasa rindunya yang begitu membuncah atau apa hingga dia tak ambil pusing akan fakta bahwa saat ini dia sedang dicium penuh oleh sahabatnya sendiri. Dulu memang jaman di akademi mereka berdua sempat berciuman namun itu dalam keadaan yang tidak disengaja jadi rasanya hanya bibir yang saling menempel sepersekian detik doang tak terasa apa-apa. Beda dengan kali ini mereka benar-benar berciuman sungguhan. Naruto bisa merasakan bagaimana bibir yang ternyata sesuai dengan aslinya yang terasa tipis milik Sasuke yang bergerak-gerak mengulum dan memagut bibirnya dengan lihainya. Dia pun tanpa tersadar terlena dan menikmatinya. Logikanya tenggelam dalam pusaran permainan pagutan Sasuke. Kini yang dia rasakan hanyalah rasa rindu yang tersalurkan. Sahabatnya, Sasuke, benar-benar nyata ada disini, bersamanya, memeluknya.

Backstreet ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang