11 - [ Gadis Itu ]

35 1 0
                                    


Selama jam pelajaran berlangsung, tak ada secuil pun materi yang Luella cerna. Sekhawatir itu ia dengan Seren.
Matahari pun meninggi, dan bel pulang siap berbunyi.

Kriiing

"Anak-anak jangan lupa rabu kita ulangan." Ucap sang guru matematika.

Murid kelas itu lantas mengangguk paham, toh masih dua hari lagi. Beberapa anak tengah memakai jaket karena hujan sejak pagi tadi belum berhenti.

"Jadi kan ke rumah Seren?" Tanya Nasyella ketika kedua tangannya sibuk memasukkan buku-buku ke tas. Setelah itu mendapat anggukan dari teman-temannya.

"Maap nih, gue gak bisa." Ucap Sadir tiba-tiba membuat yang lain menoleh ke arahnya. "Udah ada janji soalnya." Lanjut Sadir seraya tersenyum penuh arti.

"Tumben," celetuk Hairu.

"Ada apa nih?" Jiha penasaran.

"Mau kemana lo?" Audy tak kalah kepo.

Sementara Sadir hanya tertawa kecil menanggapi ucapan teman-temannya.

"Wah, gila nih anak." Ujar Audy, bulu kuduknya merinding melihat Sadir tertawa sendiri.

"Udah, jadi ke rumah Seren gak? Jangan ngobrol terus." Luella mengangkat suara, bosan mendengar percakapan mereka yang tak ada habisnya. Tau kah mereka seberapa khawatirnya Luella saat ini? Sebut saja Luella berlebihan. Tapi jujur, memang itu yang ia rasakan.

"Tau... ayuk." Sahut Reno yang juga tak sabar menunggu perbincangan itu berakhir.

"Eh tapi hujannya gede, belom berenti juga dari tadi. Nih pasti jalanan banjir."
Ucap Jiha menatap keluar jendela.

"Ngomong mulu, gue aja dah sendiri." Luella lelah mendengar temannya yang terus berbicara.

"Tapi banjir Lu..." ujar Nasyella.

Luella benar-benar keras kepala. Ia meraih tasnya dan melangkah pergi dari kelas. Luella tak peduli jika harus menerobos genangan air untuk sampai ke rumah Seren dan mengetahui bagaimana kondisi sahabatnya itu saat ini.

"Eh, tunggu." Nasyella berlari kecil mengejar langkah Luella.

"Lo sih."

"Gara-gara lo nih."

"Salah lo nih Dir..."

Setelah menyalahkan Sadir karena mereka jadi menghabiskan banyak waktu untuk mengobrol, Audy, Hairu, Jiha, serta Reno mengejar kedua perempuan kembar itu dari belakang.

"Kok gue yang salah?" Gumam Sadir yang tinggal seorang diri di dalam kelas.

Kemudian suara langkah sepatu seseorang terdengar mendekati kelas tersebut.

"Sadir... kok gak nemuin aku? Aku tungguin loh dari tadi." Ucap seorang perempuan dengan rambut hitam panjang yang lurus. Kulitnya putih, tingginya semampai, dan senyumnya manis. Benar-benar idaman kaum adam.

"Eh?" Sadir yang terkejut atas kedatangan perempuan itu menjadi kikuk. "Maap, tadi ngobrol dulu sebentar sama temen-temen." beruntung Sadir memiliki kulit sawo matang, atau tidak semburat merah di pipinya sudah terlihat jelas.

Lalu netra gadis itu menatap beberapa anak yang tengah berlari kecil di ujung lorong, "itu temen-temen kamu pergi bareng. Kamu gak ikut?"

"Eng-enggak. Kan ada janji sama kamu." Sadir memberanikan diri untuk menghampiri perempuan di pintu kelasnya.

Jika saja Audy dan Jiha melihat tingkah Sadir yang begini, maka hujatan pedas sudah menghujam Sadir bertubi-tubi.

"Penting gak? Kamu ikut mereka aja. Aku jadi gak enak." Balas perempuan yang masih berdiri di ambang pintu kelas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Problematic TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang