9 - [ Jadi Mata-Mata ]

21 2 0
                                    


"Dah, sampe." Ujar Seren menegaskan bahwa mereka sudah sampai di tujuan. Namun setelah beberapa lama, tak ada pergerakan dari Luella sedikitpun.

Bahu Seren merasakan beban, pasti Luella tertidur sambil bersandar di bahunya. Seren pun menghela napas sebelum mengendikkan bahu, mencoba membangunkan perempuan yang sedang tertidur di atas motornya, seperti biasa.

"Ck," decakan langsung terdengar saat Luella ditarik dari alam mimpi. Dimana pun, kapan pun, Luella akan langsung tertidur jika dirinya merasa nyaman. Bahkan ia bisa sampai bermimpi indah walaupun tertidur ditengah kebisingan.

"Tidur aja terus, kangen kan lo sama bahu gue." Celetuk Seren tanpa ragu.

Luella yang masih setengah sadar langsung membulatkan mata tak terima. Jangan sampai, karna memberikan Luella tumpangan, Seren jadi lupa dengan masalah mereka yang belum selesai. Hei, Luella tak akan membiarkan Seren bersikap seolah tidak ada apa-apa.

"Ngasal! Gue masih gak mau ngobrol yah sama lo." Sahut Luella kemudian meninggalkan Seren yang masih betah di motor sambil menahan tawanya.

Luella benar-benar marah, bisa-bisanya Seren bersikap seperti biasa. Padahal masih ada masalah yang belum selesai antara mereka. Kalimat Seren tadi pasti hanya ditujukan untuk memancing Luella. Cih, tak akan semudah itu. Ia masih dan akan tetap membisu pada Seren, selama masalah mereka belum selesai.

"Eh, Lulu." Panggil Seren, entah untuk apa. Luella tak peduli, Ia harus menemukan Nasyella segera.

"Betah amat sama helm gue." Ujar Seren lagi tiba-tiba, menghentikan langkah Luella yang sudah cukup jauh darinya.

Ah sial, Luella lupa bahwa ia belum melepaskan helm Seren dari kepalanya. Wajahnya sudah memerah, Luella benar-benar malu. Hilang sudah kesan dingin dan tegas yang sudah Luella bangun karna sikap pelupanya.

Tanpa tunggu lagi, Luella segera mengembalikan pelindung kepala tersebut pada si empunya. Tidak berkata sepatah pun, Luella langsung melesat pergi dari hadapan Seren. Ia harus menjauh, sejauh mungkin sebelum Seren mengejeknya lagi.

Lelaki itu tak akan berhenti memancing Luella. Dan Luella tak akan mau berbaikan sebelum Seren melakukan apa yang Luella inginkan.

"Woi, lama banget sih lo!" Seru seseorang yang suaranya sudah Luella hafal sepanjang hidup.

"Apaan?! Justru gue lagi nyariin lo." Balas Luella pada Nasyella yang sudah bertolak pinggang di hadapannya.

"Muter-muter dulu pasti lo berdua." Ujar Nasyella seraya menyipitkan mata curiga.

Mendengar kalimat barusan, Luella semakin yakin bahwa Nasyella memang berniat membuat Luella berakhir semotor dengan Seren.

Luella menjitak kening Nasyella, "lo sengaja kan ninggalin gue, biar gue semotor sama tuh anak."

"Iya lah!"Jawab Nasyella mantap.

"Dih, bangga gitu?" Luella menaikan sebelah alis, mengumpat dalam hati pada saudari kembarnya. "Udah lah, ini bunda belum dateng kan? Om yang kemaren?"

Nasyella mengeleng, "belum, kuy masuk. Gue dah siapin tempat di pojok."

Sambil berjalan masuk, kedua perempuan kembar tersebut berbincang ringan.

"Kenapa di pojok sih? Nanti kalo bunda sama om itu milih meja di tengah, kan gak bakal kedengeran." Ucap Luella merasa tak setuju dengan posisi meja yang dipilih Nasyella.

"Udah tenang aja, semua udah gue atur." Jawab Nasyella sembari mengacungkan jempol.

Luella mengangguk kecil, lalu ia teringat akan sesuatu.
"Eh, btw lo naik apaan ke sini?"

Problematic TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang