Mew merenggangkan badannya yang pegal. Waktu menunjukkan pukul 8 pagi. Tak mengerti mengapa ia bisa bangun dibawah pukul 10. Atau mungkin karena tempat yang ia tempati memang bukan rumahnya.
Rumah Gulf sangat sederhana. Dindingnya terbuat dari kayu dan atap tanah liat tradisional. Mew seperti masuk kedimensi lain ketika Mild, Gulf dan Aom mengajaknya ke desa mereka. Di era modern seperti ini, ternyata masih ada desa terpencil dan tertinggal macam desa ini.
Dan Gulf hanya tinggal sendiri. Mew masih ingat raut wajah pemuda itu yang meredup kala mengatakan tahun lalu neneknya-- keluarga semata wayang yang ia punya meninggal.
Mew berterimakasih pada Gulf. Walau rumahnya jauh dari kata bagus, Mew memang harus tinggal disana.Mew mencium aroma enak dari arah dapur. Ia mengintip dan menemukan Gulf tengah berkutat dengan kompor, wajan serta bahan masakan.
"Sudah bangun?"
Mew terkesiap saat Gulf membalik badan dan menyapanya. Mew mengangguk, lalu memilij duduk dimeja makan menonton Gulf dari belakang."Apa desa ini memang tidak dialiri listrik?"
Tanya Mew. Satu hal yang ia takjub, desa ini tidak ada listrik. Atau hanya beberapa rumah saja yang tidak ada listrik.Gulf terkekeh mendengarnya. Ia meletakkan sepiring tumis wortel dan kol diatas meja. Melepas apron butut miliknya dan duduk dihadapan Mew.
"Biaya pemasangan listrik sangat mahal." Jawab Gulf singkat sembari menyendok nasi, telur dadar serta tumisan sayur yang ia buat.Mew terkesiap. Ternyata desa ini memang jarang tersentuh perhatian banyak orang.
"Tolong dimakan."
Gulf menyodorkan sepiring makanan padanya. Mew menatapnya dalam diam. Setengah isi otaknya berpikir kenapa masih ada orang yang hidup tanpa listrik dan ponsel macam Gulf.Mew mulai memakan makanan dihadapannya. Semenjak sore kemarin ia lagi-lagi dibuat takjub. Gulf sangat pandai memasak ternyata. Ia yang pemilih makanan mengakui kalau masakan yang Gulf buat rasanya seperti masakam ibunya.
"Kau bisa kutinggal sendiri?"
Tanya Gulf memecah keheningan. Mew terkejut, apa Gulf mau meninggalkan nya dirumah sendirian?"Aku harus bekerja."
Sambung Gulf setelah melihat ekspresi Mew."Bekerja dimana?"
Gulf menenggak air putihnya. "Pagi di peternakan sapi, lalu siang nanti di kebun. Aku akan pulang sore nanti."
Mew hanya mengangguk mengiyakan. Selanjutnya Gulf sudah siap dengan sepatu Boots serta cangkul yang ia bawa dari rumah. Berada didekat Gulf membuat Mew bingunh sendiri. Apa memang karena pribadi Gulf yang pendiam atau apa, Mew jadi ikut-ikutan begitu.
"Kalau lapar dibawah tudung saji sudah aku siapkan lauk dan nasi. Dikamar mandi sudah aku siapkan air juga, jadi kau tidak perlu menimba air lagi."
Sepertinya Gulf ingin berpamitan. Lagi-lagi Mew hanya menatapnya, terlihat lebih menarik ketimbang menjawab. Apa ia sedang kasihan dengan Gulf?Gulf hanya tersenyum. Terakhir kali ia melihat Gulf memamerkan gigi putihnya ketika ia masih diatas kapal milik Mild. Menurutnya Gulf sangat tampan, rambutnya tidak menggambarkan bahwa ia hanya anak kampung, tubuhnya tinggi walau Mew beberapa senti diatasnya, warna kulit yang eksotis, sepasang mata besar yang Mew rasa mirip dengan milik Chopper -anjing kecilnya-, dan senyum yang lagi-lagi Mew berpikir sangat menyilaukan. Ia yakin jika Gulf tinggal di Bangkok, ia akan menjadi model iklan atau majalah terkenal.
"Sudah melamun nya?"
Mew terkesiap. "Maaf. Euh, selamat bekerja." Mew memasang senyum aktornya. Gulf melambai lalu pergi. Mew masih menatap punggung Gulf walau ia sudah berada diujung jalan.
***
Mew bosan. Ia terbiasa hidup dikota besar dengan tingkat penduduk yang padat, jaringan internet cepat, serta fasilitas lengkap yang selalu ia terima. Ia melirik kearah jam dinding, waktu masih menunjukan tengah hari. Butuh beberapa jak lagi untuk Gulf pulang kerumah. Kadang Mew terlalu gabut sehingga ia memilih melihat-lihat sekitaran rumah Gulf--dan ia kembali dibuat takjub. Di belakang rumah terdapat kebun sayuran yang ukurannya tak terlalu luas, dengan sayuran bayam, kol, cabai serta pohon mangga yang buahnya banyak dan matang. Sangat terawat dan Mew yakij Gulf merawat kebun produktif ini seorang diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moon Is Beautiful
FanfictionMew Suppasit, aktor Thailand yang sedang naik daun. Skandal besar yang ia buat membuat geger seantero Thailand, memaksanya harus meninggalkan bangkok untuk sementara waktu. Hingga takdir gila malah membawanya tinggal di daerah terpencil diujung Thai...