Limabelas

7K 298 11
                                    

Melelahkan juga berjalan kaki dari puskesmas ke rumah dinas. Dokter Lina tak terlalu menghiraukan kelelahan yang menyergap. Ia terus berjalan menuju rumahnya.

Rumah itu. Hawa keberadaannya masih menyisahkan keangkeran walaupun sinar matahari menuju siang terik. Hawa sepi senyap dan dingin, kental terasa berembus dari dalam. Beberapa menit dr. Lina memandangi rumah itu. Tiba-tiba matanya menangkap sosok bayangan berlari menuju arah belakang rumah. Bayangan itu cepat berkelebat saat mata itu memperhatikan. "Siapa itu" desahnya lirih.

Dengan melawan rasa takut yang berkecambuk. Dikter Lina memberanikan diri memastikan bayangan apa yang dilihat. Jantung deg-degan dengan menghilangnya sosok yang sekelebat terlihat. Nyali agak menciut dengan pikiran dan rasa takut yang menyerang. Namun, kepenasaran mengalahkan semua rasa yang menyergap. Dokter Lina mencoba memeriksa tempat itu. Nyalunya bukan tak merasakan takut tetapi ia kepalang tanggung untuk mengundurkan diri.

"Pocong,,,pocong" kata seseorang dari dalam. Dokter Lina melihat seseorang dengan pakaian serba lusuh tak terawat sedang berjalan mundur manakala ia memergokinya. Seorang wanita dengan rambut panjang tak terawat.

"Siapa kamu?" tanya dr. Lina

"Pocong,,,pocong" wanita itu malah berteriak histeris.

Hati dr. Lina mengiba. Dengan sangat hati-hati dan tenang, dr. Lina mendekati wanita tersebut.

"Tenang,,,tenang. Apa yang kamu lihat" mata wanita itu melirik kesana kemari.

"Ssttt, hati-hati.... Di rumah itu ada pocongnya.

Dr. Lina melakukan hal yang sama. Matanya berputar ke segala arah. Tak ada apapun. Hanya kondisi rumah saja yang banyak mengalami kelapukan dan sarang laba-laba. Pocong?

"Mbak, lihat apa" tanyanya lagi.

"Hati-hati...ada pocong" wanita itu tidak histeris tapi malah berbisik.

"Apa maksudnya?. Mbak, lebih baik kita keluar dari sini. Mbak laparkan?akan saya bawakan makanan"

Wanita itu malah asyik dengan dunianya. Ucapan dr. Lina tak didengarnya.
Dr. Lina meninggalkan wanita itu untuk mengambil makanan yang tadi pagi masih tersisa.

"Loh, mak ada apa"

"Tidak ada apa-apa bu dokter. Mak hanya berkunjung"

"Mak. Saya melihat perepuan di rumah itu"

"Siapa bu. Tidak mungkin rumah itu ada orangnya"

"Mak, saya todak bohong. Ayo mak kita kesana"

Mak Ida dan dr. Lina mamasuki rumah yang terasa lembab dan berdebu. Mata mak Ida memoerhatikan sekelilingnya. Matanya tak lepas dari pengawasan.

"Dimana bu dokter"

"Tadi ada disini mak" ucapnya keheranan dengan keberadaan wanita yang tafi histeris di dalam rumah.

"Apa bu dikter tak salah lihat?warga desa tidak ada yang berani mendekati rumah ini. Baru bu doktet yang berani masuk"

"Demi Allah mak. Tadi ada wanita disini"

Mak Ida jadi merinding. Pikirannya menerawang. Selain pocong yang diceritakan warga desa. Bisa jadi, wanita itu adalah kuntilanak yang memperlihatkan keberadaannya pada dr. Lina.

"Bu dokter, sebaiknya kita keluar saja dari sini" mak Ida gemetaran. Rasa takut serta merta bangkit. Hawa lembab dan seram malah makin menambah ketakutan mak Ida.

"Baiklah mak. Mungkin perempuan itu sudah pergi"

Mata dr. Lina terus mengawasi bangunan rumah sebelum akhirnya melangkah menjauh.

"Bu dokter dengar itu" tanya mak Ida

"Iya mak"

Keduanya melangkah perlahan-lahan mendekati suara itu. Isakannya lirih terdengar samar. Terlihat sosok perempuan dengan rambut panjang yang acak-acakan. Mereka berdua segera menghampiri perempuan malang tersebut.
" aaaa, tidak,,,,jangan ganggu"teriak perempuan itu histeris.

"Ya Allah, neng Sinta" pekik mak Ida. Buru-buru wanita tua itu mendekati perempuan tadi

"Mak kenal"

"Iya, bu dokter. Ini neng Sinta anak Katemi"

"Bagaimana bisa berada disini"

"Bu dokter. Lebih baik kita bawa ke rumah ibu"

"Iya mak"

Dengan dipapah mak Ida Sinta melangkahkan kaki keluar dari rumah itu. Angin bertiup lembut namun dingin di pundak dr. Lina. Diusapkan tangan kearah pundak, seolah ada energi yang menariknya untuk menengik kearah dalam rumah. Sekilas mata itu memperhatikan keadaan di dalam rumah sekali lagi. Sosok putih berpakaian khas orang mati. Ada lima ikatan dengan mata bersinar merah dengan wajah menghitam.
"Ya Allah, apa tadi?pocong?"

Jantung dr. Lina berdetak kencang. Ia segera keluar dan tak berani untuk memastikan apa yang telah dilihat.

Nyai Katemi (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang