Tujuhbelas

6.6K 296 9
                                    

Siang sudah berganti malam. Semua orang sudah berada di rumah masing-masing, dan bercengkrama dengan keluarganya. Namun tidak dengan mak Ida, ia sibuk mencari keberadaan cucunya yang sejak tadi pagi tidak terlihat batang hidungnya.
Karena cucunya tak kunjung pulang, mak Ida pergi menuju rumah pak lurah. Ia ingin melapor atas hilangnya sang cucu, dan semiga saja pak lurah bisa membantu.

***
Ketukan pintu menyadarkan lurah Maksum dari lamunannya. Ia segera bangkit dan membuka pintu.

"Ada apa mak" tanya pak lurah

*Pak lurah, Bakri belum pulang sampai sekarang pak. Saya khawatir"

"Saya kira mereka sudah kembali mak, ternyata belum. Pak kyai meminta Basri menemaninya untuk mencari daun bidara di sungai mak"

"Tapi mereka tidak ada disini pak"

"Saya akan mengumpulkan warga untuk mencari mereka berdua. Mak pulang dulu kalau sudah ada kabar, saya memberitahu"

"Saya mohon bantuannya pak lurah"

"Pasti mak. Saya pasti akan membantu mak"

***
"Tong,,,tong,,,tong" terdengar bunyi kentongan dari pos ronda. Warga yang mendengar segera menuju ke sumber suara.

"Bapak-bapak. Saya ingin memberitahu bahwa Bakri dan pak kyai hilang. Terakhir kali mereka pergi ke sungai, dan sampai sekarang belum kembali. Saya mohon bapak-bapak ikut saya mencari mereka"

"Pak lurah, lebih baik kita ke sungai sekarang untuk mencari"

"Baiklah persiapkan semuanya"

Mak Ida yang sangat khawatir dengan sang cucu tidak bisa tenang sedikitpun.

"Pak lurah. Izinkan saya ikut pak, saya sangat ingin melihat cucu saya. Saya mohon pak" dengan air mata bercucuran mak Ida memohon. Karena tidak tega, akhirnya pak lurah mengizinkan wanita paruh baya itu untuk ikut.

Semua keperluan yang dibutuhkan sudah siap. Saat memulai petualangan untuk mencari warga desa yang telah hilang.

Malam yang gelap, hanya diterangi oleh cahaya dari lampu senter yang dibawa oleh warga. Mereka kesulitan melewati jalan yang menuju ke sungai. Pohon tumbang yang menghalangi jalan, tanah yang becek karena hujan baru saja reda, serta batu-batuan kecil yang membuat perjalanan mereka sedikit terhambat.

Setelah sampai di sungai, mereka langsung mencari keberadaan Bakri dan kyai Ilyas. Warga desa sudah mencari ke segala sudut sungai, tapi Bakri dan kyai Ikyas belum ditemukan.

Sekian lama mereka mencari. Namun, tidak ada yang berhasil menemukannya. Hingga ada seorang bapak yang melihat  seperti kaki manusia di dalam tumpukan rumput. Karena penasaran bapak itu pun mendekat dan membuka tumpukan itu secara perlahan-lahan. Setelah tumpukan itu terbuka, bapak itu sangat kaget dengan apa yang dilihatnya.

"Semuanya. Coba kesini"
Orang-orang yang mendengar teriakan itu langsung mendatanginya. Mereka sama terkejut, apalagi wanita paruh baya melihatnya. Teriakannya menggema serta tangis yang pecah.

"Bakri" teriak mak Ida melihat kondisi cucunya. Mata melotot, lidah terjulur, dan lingkaran hitam di lehernya.

Keadaan menjadi hening. Semuanya diam dengan pikiran masing-masing masih tidak percaya dengan apa yang baru dilihatnya.

"Lalu dimana kyai Ilyas" tanya pak lurah. Namun tidak ada satu pun yang menjawab pertanyaannya. Bukannya tidak ingin menjawab, tapi mereka juga tidak tahu dimana kyai Ilyas sekarang.

"Pak lurah. Lebih baik kita urus jenazah Bakri. Setelah itu kita baru mencari pak kyai"

Beberapa warga menggotong tubuh Bakri yang sudah terbujur kaku untuk segera dimakamkan.

Kesedihan yang mendalam begitu di rasakan mak Ida. Belum genap satu bulan  kepergian suaminya. Kini ia juga kehilangan sang cucu.

Mayat Bakri sudah terbaring di dalam lubang, perlahan-lahan mulai ditimbun. Lubang yang tadinya terbuka kini tertutup kembali dengan tanah yang menggunung.para pelayat pergi meninggalkan pemakaman setelah menabur bunga di atas makam Bakri. Begitu juga dengan mak Ida yang ikut pergi setelah mendoakan cucunya.

***
Pencarian terhadap kyai Ilyas masih dilakukan. Warga desa kembali ke sungai untuk mencari keberadaannya. Karena tak kunjung menemukan, akhirnya warga menggelar doa bersama untuk kyai Ilyas. Dimana pun beliau berada semoga selalu di lindungi Allah SWT.

Nyai Katemi (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang