Empatbelas

7.2K 295 9
                                    

Teror yang terjadi di desa Mekar Sari sangat meresahkan warga. Mereka ingin hidupnya kembali seperti dulu penuh dengan kedamaian dan ketentraman.  Tidak seperti saat ini, setiap malam mereka selalu merasakan ketakutan akan sosok-sosok yang sering datang mengganggu.

"Kenapa belum ada balasan dari kyai Ilyas. Apa saya kesana saja, tapi pak lurah membutuhkan bantuan saya"

"Ismat. Kita berangkat sekarang"

"Baik pak"

Ditengah jalan mereka bertemu dengan para penduduk yang ingin berangkat kerja.

"Pak lurah dan pak Ismat mau kemana"

"Kita akan ke desa sebelah pak. Ada acara"

"Ya sudah pak hati-hati. Kami permisi"

Sepanjang jalan warga tak henti-hentinya membicarakan hantu perempuan yang semalam mengganggu para peronda. Hal itu semakin membuat warga ketakutan.
Harapan mereka hanya satu semoga teror yang menimpa desanya segera berakhir.

                            ***
Langit malam bermegakan oranye kemerahan di ufuk. Agak menghitan di beberapa wajahnya. Tidak salah bila warga segera pulang dari tempatnya bekerja. Hawa rumah yang berada disebelahnya juga semakin menunjukkan kemistisannya. Seperti ada sesuatu yang membuat dr. Lina menggidikkan pundak saat ia merasakan seseorang sedang mengawasinya. Dia sadar, tapi tak tahu siapa. Dengan hawa masih misterius, dr. Lina masuk ke dalam rumah untuk beristirahat dan segera menunaikan shalat magrib.

Magrib tiba, saatnya dr. Lina untuk menunaikan panggilan Tuhannya. Tiga rakaat sudah dilakukan. Dengan kekhusyukan,ditunaikan shalat. Hawa dingin dan agak sepi dirasakan. Berubah drastis saat ia selesai menunaikan shalat magrib. Hawa ruangan memanas, hawa itu peringatan untuk tidak melaksanakan ibadah lebih lanjut. Kebiasaan dr. Lina berdzikir setelah shalat, menambah hawa di dalam kamar memanas dengan cepat. Dia sendiri merasakan energi panas menyerang. Namun itu tidak menghentikannya dari bertasbih.

"Krukk,krukkk, brugggg" terdengar suara benda terjatuh dengan suara yang cukup keras.

"Astagfirullahaladzim" sentaknya kaget dengan suara yang di dengar.

Dengan rasa penasaran yang memuncak, dia memastikan arah datangnya suara. Dari arah dapur, dipastikan arah suara yang di dengar. Aneh, tak ada apapun. Padahal suara tadi cukup keras. Apa sebenarnya? Logika dr. Lina berputar. Benda terjatuh dan tepat berada di dapur tapi tak ada apa-apa setelah diperiksa. Ia mengambil al-qur'an kecil dan membacanya. Lantunan suara berisi ayat ayat al-qur'an menggema, memenuhi suasana kamar. "Bruggg" suara benda jatuh kembali terdengar. Dan, dr. Lina tak acuh saja menanggapi suara yang di dengarnya. Namun, suara jatuh itu kemudian berubah menjadi suara langkah kaki. Bukan langkah kaki orang berjalan, melainkan suara langkah kaki orang yang meloncat-loncat.

Lantunan ayat dari dr. Lina berhenti. Suara itu mengganggu konsentrasi. Arahnya dekat sekali. Di samping kamar. Kepenasarannya bangkit. Telinga di arahkan ke asal suara. Dia mengintip dari arah jendela. Di luar gelap. Tak terlihat siapapun, sepi dan tenang. Pandangannya langsung menuju ke rumah yang ada disebelahnya. Suara gaduh yang di dengar di yakini dari arah rumah tersebut. Suara benda jatuh dan langkah orang meloncat-loncat. Jelas di rumah itu tidak ada siapapun. Hanya gelap dengan nuansa mistis yang kental. Tak mau ambil pusing, ia kembali melantunkan ayat al-qur'an yang di bacanya.

***
Waktu semakin berjalan. Malam cepat sekali mengental. Berbaur dengan suara jangkrik dan katak. Jarum jam menunjukkan 01.30. Dokter Lina terbangun dari tidurnya dan menunaikan shalat malam. Udara desa Mekar Sari sangat dingin. Saat mengambil air wudhu terdengar suara orang bercakap-cakap, tak lama suara itu menghilang.
"Bruggg,,,,bruggg" suara benda jatuh terdengar sangat keras. Suara itu juga disertai kukuk burung hantu yang terdengar dari kejauhan. Sang dokter tetap tenang. Ia sama sekali tak terpengaruh dengan keanehan-keanehan yang dirasakan. Padahal rasa takut sempat menghampiri. Dengan penyerahan diri dan keikhlasan, ia bersujud dan kemudian melantunkan ayat-ayat al-qur'an. Lagi-lagi hawa berubah menjadi panas dan energi lain sedang mencoba menghentikan lantunan ayat sang dokyer. Suara yang sama di kala magrib kembali mengganggunya. Langkah orang berjalan meloncat disertai dengan bunyi benda yang jatuh. Hawanya semakin menusuk. Kali ini, dr. Lina terganggu dengan suara yang mengetuk-ngetuk jendela kamarnya. Dia menghentikan lantunan ayat yang dibaca. Lalu, dengan perlahan membuka tirai yang menutupi jendela kayu yang bersela. Matanya mengintip.
"Astagfirullahaladzim, Allahu akbar" sentaknya kaget namun lirih.

Rasa takut mendera seketika. Keringat dr. Lina membasahi dahi. Dengan mata kepala sendiri. Dua sosok putih yang berdiri dengan ikatan-ikatan khas orang mati. Mata dr. Lina terbelalak. Setengah tak percaya tapi, ia menyaksikan sendiri kenyataan yang ada. Tenggorokannya menjadi kering dan keringat menetes dari dahi. Kedua sosok itu hilang ditelan kabut tipis berwarna putih.
Setelah sosok itu menghilang, dr. Lina melihat seorang perempuan berdiri di dekat pintu masuk rumah. Dia melambaikan tangan seakan hendak mengajak dr. Lina untuk menolongnya. Wajanya menyedihkan. Pucat pasi dengan leher yang menghitam. Sisi manusia dr. Lina mengakui ketakutan yang ada dalam diri. Ngeri bercampur rasa penasaran dengan sosok yang disaksikan di dalam rumah tersebut.

Nyai Katemi (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang