Entah mengapa malam ini mak Ida merasakan hawa yang tidak nyaman. Namun mak Ida berusaha menenangkan dirinya, ia tidak boleh membuat dokter Lina merasa khawatir. Sementara itu, bulu kuduk dokter Lina tiba-tiba berdiri dan angin kencang yang berhembus lebih kencang dari biasanya. Tinggal beberapa langkah lagi mereka tiba di rumah dokter Lina dan tanpa sengaja dokter muda itu melihat sesuatu yang berbungkus kain putih di dekat pohon beringin. Dokter Lina pun langsung membaca do'a dalam hati semoga makhluk itu tidak mengganggunya. Setelah sampai di depan rumah mereka bisa bernafas lega
"mak kita langsung tidur saja ya, saya sangat lelah"
" iya bu, saya juga lelah"
Baru beberapa langkah ada yang mengetuk pintu sambil memanggil nama mak Ida.
" nyai buka pintunya"
Bakri. Kamu dari mana, kenapa kamu bisa sampai keringetan"
" saya lari dari rumah sampai sini nyai. Tapi di tengah jalan saya merasa ada yang mengikuti saya dan pas saya nengok ke belakang ternyata benar saya melihat nyai Katemi dan aki di belakang saya nyai"
" sudahlah mending sekarang kita istirahat"
***
Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam . Mereka bersiap-siap untuk tidur.""Bakri kamu tidur di bawah ya"
"iya bu dokter tidak apa-apa, ibu dan nyai tidur di atas"
"baiklah selamat malam"
Malam yang bermandikan bulan purnama bersenandungkan lolongan anjing yang entah dari mana asalnya, belum lagi anak itu mencium bunga melati.
Hembusan angin kencang membuat Bakri merasakan suasana hati gelisah. Rasa takut tiba-tiba datang dan menyelinap disela-sela pikirannya. Malam senyap harus berbalut lolongan anjing liar di luar serta kukuk burung hantu yang terasa mengiris. " Ya Tuhan,,, mudah-mudahan tidak ada apa-apa" gumamnya kembali memaksa mata itu untuk terpejam.
Bakri ingin tak mengacuhkan segala suara yang membuat tak nyaman. Namun, tak berhasil. Mata itu enggan memejam dan malah detak jantung semakin kencang. Nalurinya menangkap sesuatu yang membuat cemas dan merasakan ketegangan. Telinganya kembali menangkap suara. Namun, suara yang di dengar kali ini, langkah kaki. Orang yang melompat di malam hari. Bakri tahu benar apa yang sedang ia dengar.
Keringat dingin semakin keluar. Tubuh seakan kaku saking takutnya. Dan kegelisahan semakin membuat Bakri sulit untuk tak terjaga. Mata tak bisa dipejamkan walau pun ia memaksanya untuk tertutup. Suara langkah kaki yang melompat terdengar ganjil. Dia dekat. Berada di samping ruangan tempat tidur. Tak tahu mendapat ilham dari mana Bakri baru sadar dengan posisi tidurnya. Kamar ini berada dekat dengan rumah nyai Katemi.
Dan sekarang. Suara kaki melompat di pagi buta? Ia paham bila derap kaki itu bukan langkah kaki manusia. Mana mungkin ada manusia beraktivitas di pagi buta. Dia menyadari bahwa desanya sangat sepi di malam hari. Dan pasti bukan warga lain yang datang.
" Ri,,, tolong Ri,,,"sebuah suara memanggil dari arah luar. Bakri kenal dengan suara yang memanggilnya meskipun suara itu sedikit berubah. Suara orang yang dia sayang yang baru saja dikuburkan pagi tadi. Kenapa akinya datang mengganggunya.
" Ri,,,tolong,,," suara yang sama memanggil lagi. Dia semakin menggigil ketakutan terlebih suara ketukan dari luar terdengar. " tok,,,tok,,," jendela kamar di ketuk.Bakri tak berani menjawab ataupun memastikan siapa yang sudah memanggil dan mengetuk jendela. Nyalinya sudah habis termakan ketakutan yang mendera. Rasanya ingin cepat-cepat pagi agar ia bisa segera melarikan diri dari ketakutan yang mencengkram.
Mata Bakri tak bisa dipaksakan tertidur kembali. Suara panggilan yang menyebut namanya benar-benar mengusik untuk tetap terjaga. Suara itu lenyap. Namun, suara langkah kaki melompat-lompat lagi yang didengar. Terdengar jelas dan berhenti. Suara langkah yang berhenti berganti dengan suara derit pintu dari arah belakang.
" kreeettt" nada khas pintu kayu yang terbuka.Bunyi bantingan pintu belakang terdengar. Hampir saja Bakri melompat dari rebahnya. Suara lompatan kaki kembali terdengar dan mendekat. Arahnya menuju kamar Bakri dan dokter Lina serta mak Ida tertidur.
Bakri buru-buru menarik selimut yang membalut tubuh. Selimut digunakan untuk menutupi seluruh tubuh dari ujung kepala sampai ujung kaki. Semoga dengan ide ini, dirinya bisa terhindar dari kunjungan tamu yang tak pernah diinginkan. Pemuda itu menangkap suara langkah halus mendekat. Dekat dan sangat dekat. Mulutnya ingin berteriak, tapi,semuanya seolah terkunci. Tenggorokan serasa ada yang menghambat. Susah mengeluarkan suara dan dia hanya bisa menahan untuk tidak teriak atau itu malah akan memancing perhatian pemilik langkah itu. Si pemilik langkah berhenti. Terasa sensasi dingin menembus kulit Bakri. Perlahan kain yang menutupi tubuh pemuda itu tersingkap dari arah kaki. Bakri merasakan sekepal tangan menempel di pergelangan kaki. Dingin. Tangan yang menempel benar-benar dingin, memegang kuat dan tercium bau busuk.
" Ri tolong,,," suara yang sama terdengar lagi lirih dan parau.
"Ri,,,tolong,,," suara parau membisik ditelinganya.
Terpaksa Bakri harus membuka mata. Ia tidak bisa bertahan terus bersembunyi dibalik kain yang menyelimuti seluruh tubuh. Kain itu terus tersingkap dengan sendirinya. Perlahan mata itu terbuka. Walaupun dengan nafas yang menderu, menahan seluruh rasa takut. Ia memastikan siapa yang menarik kain itu. Mata Bakri terbelalak ketika dia tau siapa yang ada dihadapannya.
Jerit histeris menggema.setengah tak percaya. dihadapannya,nyai Katemi. Warga desa Mekar Sari yang telah meninggal dua tahun lalu, kini tengah memegangi pergelangan kakinya. Wajah pucat. Airmukanya menunjukkan kesedihan. Seperti tersiksa dengan keadaanya.
" Ri,,,tolong,,," nyai Katemi memelas. Namun, bukannya iba Bakri malah semakin merasa ketakutan.
" poc,,poc,,,pocong" jeritan menggema di dalam kamar itu.Jeritan itu membangunkan dr. Lina dan mak Ida.
" Ya Allah,,,ada apa Ri" pekiknya.
Kemudian dengan cepat memeriksa keadaan Bakri. Matanya terbelalak dan terpaku sejenak saat kesadarannya menangkap sosok putih dengan dibalut kain kafan,menghilang dari hadapan dengan cepat. Dokter Lina memeriksa dada Bakri, terdengar detak jantung berdetak dengan cepat. Bola mata Bakri hampir semuanya berada pada sisi putih. Sang dokter mengambil botol minyak kayu putih diciumkan pada lubang hidung pasien.
" Ri,,,sadar,Ri"
Bakri menunjukkan reaksi. Matanya yang memutih dan tertutup, mulai terbuka. Agak kaget, dengan apa yang terjadi.
" mak, dimana ?dimana?pocongnya"
" tenang, Ri. Tidak ada apa-apa"
" tapi,,,tapi,,,tadi pocong. Nyai Katemi datang dan....," matanya melirik ngeri.
" dok, apa dia masih ada di sekitaran sini"
" Ri,,,tenang. Tadi itu hanya bayangan ketakutan kamu saja"
" Ri,,,mak rasa. Sebaiknya kamu sholat supaya lebih tenang"
" iya mak"Sedikit merasakan ketenangan. Rasa takut yang menjerat Bakri, sedikit berkurang. Ia berpikir kembali. Apa yang dikatakan dokter Lina dan neneknya ada benarnya.
" bagaimana kalau kita sholat berjamaah"tanya dokter Lina berusaha santai dan menganggap tidak terjadi apa-apa. Padahal sebenarnya ia sempat melihat sosok terbungkus kain kafan dengan ikatan khas mayat saat bangun, persis di sebelah Bakri. Namun ia tidak ingin semuanya menjadi sangat menakutkan. Dokter Lina cukup tenang untuk mengendalikan keadaan agar tak terlalu menyeramkan. Cukup dengan jeritan Bakri yang membuatnya tak sadarkan diri. Menurutnya derajat manusia lebih tinggi dari makhluk lainnya, dan manusia yang sudah meninggal tidak memiliki urusan lagi di dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nyai Katemi (Tamat)
HorrorSemenjak meninggalnya nyai katemi dua tahun lalu, Desa Mekar Sari sering mengalami hal-hal aneh. Banyak warga mengaku setiap malam melihat penampakan pocong pada pohon beringin yang ada disamping rumah nyai katemi.