Tigabelas

7.7K 308 13
                                    

Kabar duka atas meninggalnya istri pak lurah mendapatkan simpati dari warga desa. Masyarakat sangat mengenal istri dari lurah tersebut. Sosok yang begitu baik, ramah,hangat,dan senang membantu sesama kini telah tiada meninggalkan sejuta kenangan di mata orang yang mengenalnya. Pagi hari istri pak lurah sudah dimakamkan. Tanah yang masih basah dengan bermacam-macam bunga diatasnya masih menyisakan kesedihan bagi para pelayat. Begitu juga sang suami yang menatap pusaran istrinya dengan kesedihan yang mendalam. Setelah mendoakan almarhumah satu persatu pelayat pergi meninggalkan area pemakaman, hanya tersisa pak lurah, mak Ida, dan dr. Lina.

"Pak lurah. Saya sangat mengerti perasaan bapak. Saya juga pernah kehilangan orang yang saya sayangi. Memang tidak mudah, tapi kita harus menerimanya"

"Saya mengerti mak. Mungkin ini sudah takdir istri saya"

"Pak lurah. Saya turut berduka cita" ucap dr. Lina pada paj lurah

"Terima kasih bu. Saya mohon doanya"

"Pasti pak lurah. Saya akan mendoakan bu Karina"

"Saya masih bingung drngan srmua ini. Istri saya tidak mungkin bunuh diri. Pasti ada orang yang mencelakainya. Kematiannya penuh misteri"

"Kita pasrahkan saja semua ini pada yang di atas pak lurah"

"Semoga istri saya yang terakhir meninggal dengan tidak wajar".

Mereka berjalan beriringan menuju rumah pak lurah. Disana sudah ada keluarga pak lurah dan beberapa warga sedang menyiapkan keperluan untuk tahlilan.

Surah yasin mengalun indah di rumah duka. Suasana begitu hikmat. Namun, tidak dengan pak lurah. Pikirannya melayang jauh entah kemana. Tatapannya kosong. Sebagai seorang pemimpin desa, dirinya tidak bisa berbuat apa-apa. Kematian ketiga warga desa Mekar Sari belum menemukan titik terang. Tidak tahu apa penyebabnya dan siapa pelakunya. Pikiran itu yang selalu ada dalam otaknya. Harapannya hanya satu, pelaku tertangkap dan desa kembali tentram.

" pak lurah. Jangan melamun"

"Maaf Ismat. Saya tidak fokus"

"Tak apa pak. Itu wajar bagi seseorang yang ditinggalkan"

"Bagaimana. Apa kamu sudah mengirim surat pada kiai Ilyas"

"Sudah pak. Tapi belum ada balasan, mungkin beliau sedang sibuk"

"Saya hanya ingin desa ini kembali seperti dulu"

"Saya juga sememikiran dengan bapak. Semua warga desa pasti akan membantu untuk masalah ini pak"

"Ya, kamu benar. Mereka tidak akan tinggal diam"

Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Para warga sudah pulang ke rumah masing-masing.

                            ***
Entah mengapa malam ini udara terada dingin, padahal keadaan alam sedang bersahabat. dr. Lina berdiam di atas kasur. Pikirannya menerawang kejadian satu hari yang lalu. Makhluk itu begitu nyata. Ia masih ingat dengan jelas wajahnya. Sangat mengerikan. Mukanya hancur berwarna hitam, bola mata berwarna merah, dengan banyak belatung di pipi sebelah kanan, serta bau busuk yang sangat menyengat. Bayangan itu tidak bisa hilang dalam pikirannya seolah- olah menghantui otaknya. Ia menengok ke samping dimana wanita tua tertidur dengan pulas. Semoga wanita ini tidak mengalami apa yang telah menimpanya.

Tengah malam dr. Lina terbangun karena merasakan udara sangat dingin. Ternyata jendela kamar terbuka. Siapa yang telah membukanya, dan kenapa jendela itu bisa terbuka. Ia bangkit dari tidurnya dan menuju jendela untuk menutupnya. Namun, matanya menangkap sosok perempuan berbaju putih panjang. Perempuan itu menatap dirinya. Wajah pusat dan sorot mata sayu. Tatapannya menunjukkan kalau ia ingin menyampaikan sesuatu pada dr. Lina. Tapi mulut itu hanya diam seribu bahasa. Saat dr. Lina mengedipkan mata. Perempuan itu hilang entah kemana. Dirinya menengok ke kiri dan kanan mencoba mencari sosok itu. Tapi sosok itu tidak ditemukan. dr. Lina akhirnya memutuskan untuk tidur kembali.

                            ***
Sang surya menampakkan sinarnya membuat orang-orang yang terlelap perlahan membuka matanya. Pagi yang cerah mampu membangkitkan semangat warga desa. Sama halnya dengan pak lurah yang sudah berada di kantor desa. Meskipun masih diselubungi duka. Nanun pak lurah harus tetap menjalankan tugaskan.

"Ismat bagaimana, apakah sudah ada balasan dari kiai Ilyas"

"Belum pak. Saya sudah mengirim surat yang ke dua. Namun sama seperti surat yang pertama. Tidak ada balasan"

"Baiklah. Kau usahakan agar kiai mau datang ke sini"

"Baik pak"

Masalah yang terjadi cukup rumit. Desa yang semula tenang, kini telah menjadi sebuah desa yang suram dengan sejuta misteri. Hanya ada satu pertanyaan dalam benak pak lurah. Apakah istrinya juga akan gentayangan dan mengganggu warga desa. Semoga saja tidak. Ia akan berusaha mengembalikan desanya yang dulu.

                            ***
Beberapa warga desa sedang melakukan kegiatan yang wajib dilakukan oleh laki-laki desa, yaitu ronda malam. Tak banyak yang mereka lakukan, hanya bercerita dan bermain remi apabila terasa membosankan.

Seorang bapak-bapak yang berbadan gemuk melihat sesuatu yang berjalan dari kejauhan. Sangat pelan. Mata bapak itu masih tertuju kepada sosok yang sedang berjalan pelan. Sampai akhirnya lampu pada pos ronda menerpa wajahnya. Leher yang terkoyak dengan luka tusuk diperutnya membuat bapak itu  lari tunggang langgang sambil berteriak "hantu".
Orang-orang yang mendengar teriakan dari temannya langsung menengik ke arah jalan. Merrka pun kangsung dan berteriak teriak.

Warga yang mendengar suara teriakan terbangun dari tidurnya dan keluar rumah untuk melihat apa yang sedang terjadi.

"Bapak-bapak ada apa ini"

"Kami melihat hantu perempuan di pos ronda"

Tidur pak lurah terganggu karena suara ketukan pintu. Suaranya sangat gaduh, setelah membuka pintu pak lurah kaget melihat beberapa kumpulan watga di depan rumahnya.

"Pak lurah kami tidak ingin meronda lagi"

"Ada apa sebenarnya bapak-bapak. Tolong jelaskan"

"Pak kurah, kami melihat hantu di pos rinda. Keadaannya lebih mengerikan daripada pocong yang selama ini meneror desa"

"Iya pak lurah. Lebih baik kegiatan ronda dihentikan untuk sementara waktu sampai situasi benar-benar aman"

"Bapak-bapak lebih baik pulang dulu, besok kita bahas masalah ini di kantor desa"

Setelah diberikan instruksi oleh lurah, warga kembali pada rumahnya. Lagi-lagi masalah teror, sebenarnya ada apa dengan desanya kenapa selalu ada teror. Mungkin apabila warga Mekar Sari tewas semua barulah desa ini aman dengan teror.

Nyai Katemi (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang