Delapanbelas

7.2K 277 13
                                    

Seorang laki-laki yang cukup gagah keluar dari mobil sedan berwarna silver. Ia menghampiri pak lurah yang sedang duduk di kursi kayu rumah dr. Lina.

Pak lurah pun segera bangkit dan menghampiri orang tersebut.

"Apa kabar pak Yadi" sapa pak lurah begitu ramah. Namun yang di sapa tidak membalasnya.

"Dimana Sinta" tanyanya dengan nada yang tidak bersahabat.

"Sinta ada di dalam pak"

Laki-laki itu pun langsung masuk untuk menemui putrinya.

Sinta yang sedang bercanda dengan dr. Lina menoleh saat ada orang yang memanggilnya.

"Ayah"
teriak Sinta begitu senang dengan kedatangan sang ayah.

"Bagaimana kabarmu nak"

"Aku sangat baik ayah"

"Syukurlah. Ayo kita pergi sekarang, ayah tidak bisa berlama-lama"

"Terima kasih bu dokter sudah menjadi anak saya"

"Sama-sama pak"

"Saya permisi"

Setelah berpamitan mereka pun pergi dari desa tersebut. Sinta tak lupa berterima kasih kepada pak lurah. Namun tidak dengan sang ayah yang terang-terangan tidak menyukai lurah Maksum.

"Kamu masih belum memaafkan ku, Yadi" ucap pak lurah dalam hati, ia sedikit sedih mengingat sifat pak Yadi kepadanya.

* Tiga tahun yang lalu*

"Katemi"
Orang yanb di panggil pun menengok ke arah datangnya suara.

"Ilham"
Jawab sang perempuan dengan senyum yang begitu manis.

"Nanti malam kita jadi jalan-jalan"

"Terserah kamu. Tapi bagaimana dengan istrimu. Apa tidak akan terjadi apa-apa"

"Aku sudah bilang pada Karina mau menjenguk ponakanku, dan dia percaya"

"Tidak baik membohongi istri"

"Apa boleh buat. Hanya itu yang bisa aku lakukan untuk kamu"

"Terima kasih Ilham. Kamu sangat baik pada ku"

"Tidak masalah, selagi itu bisa membuat mu bahagia. Maka akan aku lakukan. Nanti malam kita bertemu di perempatan jalan"

"Baiklah. Aku akan menunggumu disana"

Sesuai janji mereka bertemu si perempatan jalan. Kebahagiann terpancar dari wajah keduanya.

Nyai Katemi (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang