19. Pelatih Profesional?

1.9K 170 14
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

***

Suaramu menjadi begitu meneduhkan. Seolah aku mendapat ketenangan. Apakah aku sedang jatuh cinta?

~Tak Terucap~
Rani Septiani

***

Akhirnya setelah sekian lama aku tidak mengunjungi taman belakang sekolah, sekarang aku bisa mengunjunginya rasanya rindu duduk di salah satu kursi taman sembari membaca buku dan sesekali memandangi keindahan taman ini.

"Permisi, lo yang namanya Difa?" tanya seorang siswi yang mengenakan hijab.

Aku tersenyum seraya menganggukkan kepala, "Kenapa?" tanyaku ramah.

"Boleh gue duduk sama lo? Ada yang mau gue omongin," jawabnya.

"Silakan. Iyaa ada apa? Nama lo siapa?" tanyaku penasaran.

"Nama gue Zaskia. Gue mau bilang makasih karena lo udah mau ngebantuin Vino untuk memahami materi yang tertinggal," jelasnya.

"Lo tahu dari mana? Lo--" Aku ingin bertanya sejujur-jujurnya tetapi takut menyinggung.

"Gue bukan pacar Vino tapi sepupunya," jawab Zaskia seraya terkekeh seolah tahu pertanyaanku, dan memang benar itu yang mau aku tanyakan tadi, "Gue tahu dari Pak Bagas, ya walaupun gue jurusan IIS tapi gue ngambil lintas minat kimia dan yang ngajar Pak Bagas makanya gue tahu," jelas Zaskia membuat aku paham.

Aku menyadari satu hal, jangan-jangan fans Vino itu juga tahu dari Pak Bagas? Apa Pak Bagas selalu menceritakan perihal belajar bersama Vino saat mengajar? Bisa-bisa satu sekolah tahu.

"Vino itu orangnya baik walaupun tittle bad boy dan playboy ada pada Vino tapi dia anaknya nggak aneh-aneh," kata Zaskia menjelaskan tentang Vino.

***

"Sekarang giliran tim D! Andi, Cakra, Raka, Salsabila, Sandra, Selly. Ayo segera masuk ke lapangan!" tegas Pak Salam.


Jantungku berpacu berkali-kali lipat padahal permainan belum dimulai. Entah kenapa setiap pelajaran olahraga aku selalu merasakan keringat dingin dan ada rasa takut saat pengambilan nilai tiba.

Suara peluit milik Pak Salam terdengar sangat nyaring sebagai tanda permainan dimulai. Aku mendapat posisi di depan bagian tengah. Aku berusaha fokus memerhatikan bola yang melayang-layang di udara berpindah-pindah tempat.

"Difa fokus! Tenang..jangan grogi. Kalo lo grogi nanti lo nggak fokus!" teriak seseorang dari pinggir lapangan. Aku sangat hafal suara itu. Maaf aku tidak menoleh karena aku harus fokus memerhatikan bola. Aku menarik napas berusaha mengikuti instruksinya.

"Kalo lo ngerasa bola itu jatuh di wilayah lo langsung lo pukul bolanya. Tapi kalo menurut lo itu bola di luar wilayah lo biarin yang lain yang mukul bolanya. Ayo fokus!" suara instruksinya kembali terdengar bagaikan seorang pelatih profesional. Tetapi aku tetap menurut apa yang ia katakan. Hingga pertandingan selesai dengan tim kami sebagai juara karena berhasil mencetak skor paling tinggi.

"Kamu Arvino kan?" tanya Pak Salam pada seseorang yang sendari tadi memberi instruksi layaknya seorang pelatih. Yang ditanya hanya tersenyum lalu menyalimi tangan Pak Salam.

"Ngapain kamu di sini? Ini masih jam pelajaran. Sana masuk ke kelasmu!" perintah Pak Salam.

"Iya Pak," jawab Vino patuh.

Kini Pak Salam menatapku, "Kamu pacarnya Arvino?" sontak pertanyaan Pak Salam berhasil membuat semua mata tertuju padaku.

"Saya. Bu-kan pacar Arvino Pak," jawabku terbata-bata karena menerima pertanyaan secara dadakan.

***

"Nggak usah sok nggak tahu! Lo itu harusnya tahu diri. Cewek kayak lo itu nggak cocok sama Vino!" kata perempuan berambut sebahu itu membuat emosiku tersulut. Namun aku berusaha tetap tenang.

***

M

ohon maaf sebagian part ini dihapus untuk kepentingan penerbitan. ❤🙏

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tak Terucap [TAMAT] | TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang