Bismillahirrahmanirrahim
***
Bukan ketampanan yang menjadi tolak ukur untuk mencintai seorang lelaki tetapi iman dan ketaqwaannya yang membuat aku jatuh hati karena lelaki tampan akan kalah dengan lelaki yang beriman.
~Tak Terucap~
Rani Septiani***
Setengah jam kemudian akhirnya aku selesai merangkum untuk literasi hari ini. Ya, setiap hari sabtu satu jam sebelum bel pulang sekolah kami harus melaksanakan literasi, yaitu membaca buku fiksi lalu merangkumnya. Menurutku ini kegiatan yang bermanfaat karena membiasakan siswa untuk membaca dan membuat siswa menjadi kreatif karena merangkai sendiri kalimat yang akan ditulis pada buku. Aku membawa semua buku tulis menuju ruang guru.
Brugh
"Aw.. Astaghfirullah," aku meringis memegangi lututku karena seseorang telah menyenggolku dengan kuat dari arah belakang.
"Kalo jalan hati-hati makanya, jalanan luas gini." ucapnya dengan suara dingin.
Aku mendongak ternyata Vino pelakunya.
"Dasar ya lo itu cowok nyebelin. Lo yang salah juga bukannya minta maaf malah ngomel." ucapku dengan emosi.
"Lo kenapa sama gue sensi banget? Cewek-cewek yang lain aja pada klepek-klepek sama gue. Heran.."
"Gimana gak sensi? Lo itu udah ngebuat waktu gue selama lima menit dua puluh delapan detik terbuang karena ngeladenin cowok nyebelin kayak lo. Lo pikir gue ikan yang kekeringan apa pake klepek-klepek segala?!"
"Oke oke.. Gue minta maaf cewek jutek,"
"Terserahhh."
Segera aku mengambil buku yang berserakan di lantai dan berlalu menuju ruang guru tanpa memperdulikan cowok nyebelin itu. Aku menggerutu sepanjang koridor sekolah karena hari ini matahari bersinar terik dan cowok nyebelin itu telah merusak moodku siang ini.
"Dasar ya tu cowok. Playboy nyebelin... Kok bisa gitu cewek pada suka sama cowok kayak dia.."
Setelah mengantar buku aku langsung menuju luar sekolah. Tadi dia bilang apa? Cewek jutek? Itu orang kenapa sih? Udah nyebelin terus seenaknya aja manggil cewek jutek.
***
Matahari bersinar sangat terik sehingga membuat aku merasa betah berada di dalam kelas karena udara yang terasa dingin dari AC. Saat ini satu per satu murid sudah mulai beranjak pulang sementara aku masih sibuk dengan buku fiksi, sebuah buku tulis dan pulpen. Begitu lincahnya aku menorehkan tinta di atas kertas seolah setiap kalimat sudah terangkai dengan rapinya dalam benakku dan siap untuk dituangkan ke dalam buku tulis yang berada di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Terucap [TAMAT] | TERBIT
Spiritual[Spiritual - Romance] Seorang lelaki yang menaruh rasa pada seorang perempuan, tetapi mereka telah terikat dalam sebuah persahabatan. Lelaki dan perempuan ini adalah orang-orang yang taat sehingga lelaki ini memilih mencintai dalam diam. Namun, keha...