Empat belas

3.5K 419 51
                                    

Rindu ini, hanya bisa diobati dengan pertemuan, kau dan aku
Andai saja aku bisa bersikap egois
Aku ingin menahanmu sejenak di sini...
Bersamaku, melepas segala penat dan sepi
Yang melanda hati, dan menggelora layaknya lautan api

Rindu ini, kenapa selalu datang menghampiri?
Sulit mengatakan jika aku baik-baik saja... Karena nyatanya, aku sedang tidak baik-baik saja
Menjalani hari-hari tanpamu...
Rasanya aku seperti berada dalam lautan hampa
Dan tenggelam jauh di dasarnya

TWIN

Tangan itu terjulur untuk membelai perutnya yang sudah mulai menunjukkan keberadaan makhluk lain yang bergelung nyaman di dalamnya. Usia kehamilannya baru menginjak lima belas minggu dan perutnya sudah menunjukkan tanda-tanda keberadaan si jabang bayi.

Namun sedihnya, sang suami tak bisa berada di sisinya, di usia kehamilan yang rentan dengan istilah ngidam ysng terasa menyiksa.

Karena Sakura selalu menginginkan aroma suaminya berada di dekatnya.

Ia menghela napas besar, menghalau rasa bosan yang datang menghampiri, dan kembali membelai perutnya, membisikkan kata sabar dengan lirih. Berharap agar sang jabang bayi bisa menahan rasa rindu untuk bertemu dengan ayahnya. Tiga bulan akan berakhir dua minggu dari sekarang. Menunggu sebentar lagi, tidak akan menjadi masalah bukan?

Ia menutup pintu kamarnya. Berjalan pelan menuruni setapak demi setapak anak tangga. Menganggukkan kepala dan tersenyum membalas sapaan maid yang lewat.

Namun, langkahnya terhenti ketika ia mendengar suara berisik dari arah dapur, serta aroma gosong yang menyengat indera penciumannya. Merasa khawatir, Sakura mempercepat langkahnya dan menemukan dapur luas itu sudah layaknya kapal pecah. Para maid juga hanya bisa diam tanpa berani menegur sosok yang membuat suasana di dapur layaknya medan pertempuran.

"Izumi?"

"Sudah kukatakan, aku bisa melakukannya sendiri, kalian jangan menggangguku, okey!" Tanpa menoleh, gadis itu memberikan perintahnya.

"Astaga! Kenapa ikan ini suka meletus, auh!" Izumi mengibas-ngibaskan tangannya yang terkena cipratan minyak. Dan beberapa benda yang jatuh membuat bunyi gaduh yang memekakkan telinga.

Tatapan tajam itu menghunus pada Ikan yang seolah memberikan ejekan padanya, lalu bungsu Uchiha itu menunjuk ikan tak berdosa di dalam penggorengan itu seolah siap mengajaknya bertempur.

"Kau pikir aku tak bisa menaklukkammu, hm. Dasar ikan sialan!" teriak Izumi.

Dan Sakura tak bisa lagi menahan tawanya. Calon ibu muda itu terpingkal menyaksikan drama yang dilakukan adik iparnya itu.

Izumi menoleh, lantas tersenyum kaku melihat Sakura yang masih terkikik dengan bersandar pada pintu dapur, namun sejurus kemudian binar tatapnya justru membuat Sakura khawatir. Tak membutuhkan waktu yang lama bagi Sakura untuk mengetahui apa keinginan si adik ipar ketika suara itu mengalun penuh permohonan.

****

Sasuke melonggarkan dasinya dan menyandarkan punggungnya pada kursi setelah ia selesai menutup beberapa berkas yang selesai ia teliti dan tandatangani. Tak lama setelah itu, ia memijat keningnya dan menghela napas pendek.

TWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang