Izumi mendesis, masih memberikan tatapan nyalangnya pada Samara, ia mengambil Sarada dan menggendongnya, menjauhkan keponakannya dari sosok itu.
"Kenapa kau diam?" gumamnya. "Merenungi kesalahanmu, eh." gadis itu berlalu sesaat namun berhenti, dan kembali menghadap Samara sekali lagi. "Oh, aku lupa, orang sepertimu mana mau merenungi kesalahannya. Kau, adalah ibu terburuk yang pernah ada di dunia ini. Semoga kakakku segera disadarkan dari kebodohannya, dan semoga kau tenggelam di neraka." dan iapun berlalu. Meninggalkan dua manusia di sana yang berdiri dengan pemikirannya masing-masing.
Haruskah aku menanggung kebencian itu? Kenapa harus aku?
Dan ketika Sakura hendak beranjak menyusul Izumi, suara Uchiha Sasuke meng interupsinya, memintanya untuk segera mengikutinya masuk ke dalam kamar. Dan Sakura yakin, jika pembicaraan ini belum selesai meski Izumi telah memberinya penghakiman. Hukumannya belumlah selesai.
Dengan ragu-ragu, Sakura memasuki ruangan yang ia yakini sebagai kamar Samara dan suaminya. Harum aroma citrus menyeruak menusuk indera penciumannya. Tak ada sosok Uchiha Sasuke, namun suara gemericik air dari dalam kamar mandi meyakinkan gadis itu jika sang pemilik kamar tengah membersihkan dirinya, mungkin juga menenangkan pikirannya?
Ia kembali melangkah lebih dalam, mengeksplor ruangan yang lima kali lebih besar dari kamarnya sendiri di apartmen murah di pinggiran Tokyo. Sebuah potret keluarga menarik perhatiannya. Photo pernikahan Samara dan juga photo keluarga kecil mereka yang diletakkan berdampingan di atas nakas.
Ia tersenyum memandangi salah satu photo itu. Dengan hati-hati, ia mengambilnya, di mana terlihat sosok Uchiha Sasuke yang berbahagia menggendong bayi Sarada dan Samara yang diam tak ber ekspresi.
Gadis itu terlalu larut dalam kebahagiaan semu yang tertangkap lensa kamera, terabadikan dalam kenangan mereka.
Sosok Uchiha Sasuke keluar dengan piyama hitam yang membungkus tubuh indahnya. Onyxnya mengamati sang istri yang nampak serius memandangi photo keluarga kecil mereka. Ia berjalan dengan tenang mendekati sosok itu yang terlampau serius.
"Apa yang kau tangkap di sana, hm?"
Sakura terhenyak, gadis itu tak sempat menoleh, ia tak bisa berontak ketika tangan kekar itu memeluknya posesif dari belakang. Membuatnya kehilangan kekuatan untuk melawan. Sakura tidak pernah dalam situasi seperti ini. Ia tak pernah melakukan kontak fisik dengan lawan jenis seintim ini. Dan Uchiha Sasuke adalah yang pertama.
"katakan, apa yang terlihat." Sasuke kembali menunjuk gambar keluarga kecilnya dengan dagunya. "Potret kebahagiaan, atau hanya aku yang terlihat berbahagia di sana, atau mungkin tidak ada kebahagiaan sama sekali, jawab aku, sayang."
Sakura memejamkan matanya, nafasnya naik turun layaknya roaller coaster ketika jemari itu menekan titik-titik sensitifnya, tubuhnya bergetar hebat. Pelepasan pertamanya tiba.
"Aku."
"Tiga tahun kita berteman, dan enam tahun kita hidup bersama, nyatanya tak sanggup membuatku memahamimu." Sasuke mendorong tubuh iatrinya ke dinding dan menghimpitnya. "Kau membuatku bingung, tak berdaya. Katakan padaku, apa yang harus aku lakukan agar aku bisa benar-benar memahamimu."
Sepanjang pernikahannya, baru sekali ini Sasuke mengumpati istrinya. Ia begitu marah, sangat. Sarada sakit ketika ia berada di Moscow untuk urusan bisnis, dan Samara lebih mementingkan ketenangan batin daripada mengurus putri mereka yang terbaring tak berdaya. Alasan yang tidak masuk akal.
"Bukankah sudah lima tahun, kenapa kau masih belum bisa menerimanya, Sarada putri kita. Dia terlahir bukan dari sebuah kesalahan."
Sakura memejamkan matanya ketika Sasuke membalik tubuhnya, jemari tangan itu kuat mencengkeram dagunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWIN
FanfictionSakura tidak pernah menyangka jika hal ini terjadi padanya. Bertemu dengan wanita yang kembar dengannya. Takdir memainkan perannya dengan begitu apik. Membuatnya terperangkap pada perjanjian itu. Naruto© Masashi Kishimoto Pairing : Sakura x Sasuke...