Tiga Belas

5K 492 191
                                    

Ketakutan terbesarku adalah
Masalalumu

Senyum itu terkembang mengerikan, meluluh lantakkan kebahagiaan yang terlukis di wajah ayunya, ketika Sakura berbalik untuk memastikan apa yang tertangkap oleh indranya, namun sayangnya ia tak mendapatkan apa-apa selain hampa. Dia sendiri di dalam toilet itu. Dia dan ketakutannya, Halusinasi?

Sakura menghela napas panjang, ia memejamkan matanya untuk menetraliair suasana hati yang mendadak kacau dengan cepat hanya karena melihat sekilas bayangannya. Sosok itu, apakah sebegitu menakutkannya hingga ia harus menjadi lemah dalam waktu yang singkat?

Kelopak mata itu terbuka perlahan seiring deru napasnya yang berjalan normal, setelah memastikan jika hatinya sudah tenang, Sakura berbalik dan gadis itu benar-benar teelonjak kaget ketika sosok itu benar-benar ada, dan nyata. Bukan halusinasi yang sempat terpikir olehnya, bukan juga bayang-bayang ataupun ilusi fatamorgana, tapi dia nyata, sungguh-sungguh nyata.

Suara serak itu melantunkan tawa yang mengerikan, yang menebarkan rasa takut dan khawatir secara bersamaan.
"Halo, Sakura."

Bibir mungil itu bergetar, pandangannya mendadak buram. "Samara, kau?"

"Ya, ini aku, Samara." Tawa itu kembali mengalun, menebarkan teror kengerian ketika manik yang sama itu menatapnya penuh ketelitian.

"Ah, sudah berapa bulan berlalu, lihat penampilanmu sekarang, kau berubah. Kau tidak terlihat menyedihkan seperti saat pertama kali kita bertemu. Kau, menikmati peranmu dengan baik, Sakura?"

Sakura memejamkan matanya. "Pergi kau, jangan pernah menggangguku dan keluargaku!"

Kembali, suara Tawa itu memenuhi kesunyian toilet, menebarkan kengerian untuk gadis yang lebih muda tujuh tahun darinya namun memiliki rupa yang sama persis dengannya. Dengan gerakan cepat Samara menarik rambut Sakura dengan kuat, membuat gulungan itu terlepas dan Sakura merintih menahan nyeri.

"Gadis kemarin sore sepertimu bisa apa, hm? Siapa kau berani memerintahku!"

Sakura meringis menahan sakit, sekuat mungkin ia berusaha melepaskan tarikan Samara pada rambutnya dan ketika dia berhasil, gadis itu mendorong balik tubuh Samara dan memberikan tamparan keras pada pipi wanita itu.

"Aku Uchiha Sakura, aku istri dari Uchiha Sasuke dan ibu dari Uchiha Sarada." Nafasnya naik turun menahan amarah.

Samara mendecih, mengumpat dalam hati pada sosok Sakura yang kini jauh lebih kuat dibandingkan dengan Sakura yang ia jumpai dulu.

"Pergi, dan jangan pernah muncul lagi di kehidupan kami."

"Kau mengancamku?"

"Tidak, ini hanya sebuah peringatan."

"Aku memegang rahasiamu bocah!"

"Dan aku juga memegang rahasiamu, kita sama-sama memiliki rahasia. Lalu, kenapa harus aku takut pada ancamanmu."

"Bedebah!"

Sebelum Sakura benar-benar meninggalkan toilet Samara kembali menyerangnya yang tidak siap, mencekik leher Sakura dengan kuat seakan ia bisa meremukkannya dalam satu genggaman kuat, membuat sakura terbatuk, Samara tertawa keji sebelum membenturkan kepala gadis itu pada tembok hingga Sakura jatuh tak sadarkan diri, dan Samara menyeringai penuh kemenangan.

"Jangan pernah melawanku sayang, karena kau tidak akan sanggup," tatapan itu berkilat penuh amarah. "Ini hanyalah awalan. Setelahnya kau akan mendapatkan kejutan yang lebih indah lagi." Samara kembali tertawa puas dan meninggalkan Sakura yang tak sadarkan diri.

***

Sarada menyandarkan kepalanya pada bahu tegap sang ayah. Gadis itu baru bisa berhenti menangis dan kembali terlelap ketika dokter mengatakan jika ibunya dalam keadaan baik-baik saja, tidak mengalami cedera yang serius. Hanya sedikit trauma dan luka lecet pada dahinya.

TWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang