Empat

5.3K 526 188
                                    

Apapun alasan yang ku berikan
Itu tak akan mengubah kenyataan
Jika saat ini, aku tak lebih dari seorang jalang.
Menyedihkan bukan?

Sakura memakai pakaiannya, percintaan keduanya telah usai, hati dan tubuhnya lelah secara bersamaan dan dia tak sanggup lagi untuk menangis. Lelah seakan menawan air matanya untuk tidak lagi jatuh ke bumi, menunjukkan kerapuhannya pada alam. Kotor, hanya itu yang bisa ia umpamakan pada dirinya sendiri saat ini.

Diliriknya Sasuke yang masih terlelap, ia menutup tubuh polos itu sebatas dada sebelum beranjak, mencari kemanakah ponselnya berada. Sejak ia datang, gadis itu lupa membuka ponselnya, dirinya terlalu larut dalam kecanggungan dan tekanan situasi.

Hanya satu kalimat yang terngiang di otaknya kala melihat rentetan panggilan dan pesan dari sahabatnya. Dia terlambat mengetahui segalanya. Kenapa takdir suka sekali menguji kesabarannya?

Maafkan aku.

Dan isak itu lolos, menyapa awal hari dengan sayatan luka yang bertambah setiap harinya.

Onyx terbuka, suara isakan dari dalam kamar mandi mengganggu tidurnya yang damai. Ia memakai pakaiannya dengan segera dan melangkah dalam diam.

Tertangkap dalam pengelihatannya, sang istri yang menangis di bawah guyuran shower dengan ponsel yang masih dalam genggamannya. Tubuh wanita itu bergetar, suara kata maaf terucap berkali-kali. Pemandangan wanita yang tengah terluka itu mengusik hatinya, memberikan rasa tak nyaman, seolah ia juga terlarut dalam rasa sakit yang sama.

Sasuke melangkah mendekat, mematikan Shower, duduk berjongkok dan memeluknya dari belakang.

"Jangan bergerak," titah Sasuke kala pria itu merasakan pergerakan dari istrinya. "Kenapa?" bisiknya lagi.

Tak ada jawaban, hanya terdengar sisa suara tetesan air yang mengisi keheningan.

"Jangan memelukku, aku basah, kau bisa sakit nanti." Suaranya terdengar lirih, gadis itu mencoba mengalihkan perhatian, debaran rasa sakit bercampur aneh itu kembali menyerangnya secara bersamaan, membuatnya bingung dan canggung dalam waktu yang sama.

"Itu bukan jawaban yang ingin kudengar," Sasuke memegang dagu istrinya menengadahkannya, membuat istrinya itu mendongak, menunjukkan emerald teduhnya yang tengah terluka. Onyx menjelajahi pahatan yang terbentuk indah dalam sentuhannya. "Kenapa?" bisiknya lagi.

"Ada dua alasan di dunia ini yang bisa membuat manusia menangis," emerald itu kosong menatap onyx. "Yang pertama, karena dia tengah berbahagia, dan yang kedua, karena dia tengah terluka." jawabnya lirih, masih dengan tatapan kosong yang menyayat hati.

"Dan kau sedang terluka."

Sakura tersenyum tipis. "Kau sedang melihatnya, aku terluka." Dan lelehan air mata itu kembali mengalir. Sasuke menundukkan kepalanya, dan membungkam bibir itu dengan lembut. Memberikan ketenangan dalam setiap kecupannya.

"Jangan menangis." Bisiknya.
Sasuke menyeka air mata itu, ia melepaskan sentuhannya dan mengangkat tubuh lemah itu untuk kembali berdiri, menopangnya sekali lagi dalam pelukan.

'Jika kau tahu aku bukanlah Samara, apa kau akan tetap memelukku seperti ini?'

Sakura mengeratkan pelukannya, menyandarkan kepalanya di dada bidang Sasuke, mendengarkan alunan detak jantung pria itu yang normal, menghirup aroma yang akan menjadi rasa candu di masa mendatang.

TWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang