Chapter 2

174 20 0
                                    

“Menurut gue yah, jodoh lo berubah. Sementara benang merah Dirga bakal pindah ke Salsa.”

“Nggak mungkin. Selama ini kejadian kayak gitu nggak pernah ada.”

“Jadi, lo mau gimana ?”

Luna terdiam. Ia baru sadar ternyata terus mondar-mandir di samping meja guru. Pertanyaan Candra membuatnya diam, belum ada yang terpikir oleh otak minimalisnya.

“Nggak tau.” gumam Luna menggigit kuku jempolnya.

Candra bangkit dari balik meja guru. “Atau gini aja Lun.”

Luna mengalihkan pandangan dengan cepat. “Apa ?” katanya penasaran.

“Lo coba pacaran sama kak Dirga.”

“Hah ?” Luna melongo tidak percaya mendengar saran Candra. “Lo gila yah! Gimana caranya coba. Kak Dirga kan punya pacar.”

Candra baru saja menarik napas untuk membela diri, Luna lebih dulu melanjutkan.

“Lagian jodoh itu nggak mungkin berubah.”

Candra mengendikkan bahu. “Siapa yang tau ?”

Sejenak Luna menjadi ragu. Ia menatap jari kelingking kanannya, warnanya tak secerah dulu. Dan Luna ingin tahu alasannya. Ah, bukan. Luna ingin memastikan apakah alasan yang ada di otaknya salah. Luna tidak ingin itu terjadi.

Melihat Luna yang tampak bimbang, akhirnya Candra membiarkan sahabatnya itu berpikir terlebih dahulu. Wajar jika Luna begitu memikirkannya, ini menyangkut jodoh.

***

Awalnya Luna menolak saran Candra. Sekeras apapun Luna berpikir, itu adalah sesuatu yang salah. Kenapa ? Dirga punya pacar dan Luna tidak ingin dicap sebagai pelakor. Luna sangat menjunjung tinggi martabatnya sebagai wanita yang punya harga diri. Tapi, itu semua berubah ketika Luna bangun dipagi hari.

Benang merahnya memudar dari sebelumnya. Rasa takut kembali menghampiri Luna.

Morning teripang.”

“Tau ga ? Hari ini ada berita heboh sekaligus menggembirakan.” kata Candra sambil berjalan menuju meja Luna.

Luna menatap malas, “Apa ?”

Candra duduk di atas meja Luna dan menatap perempuan itu dengan menaik turunkan alis.

“Ihh apa sih ?” Luna memandang Candra jijik. Tidak biasanya laki-laki tulen ini menggodanya.

“Mau denger nggak ?”

“Yaudah apaan ?”

“Kak Dirga putus sama pacarnya.”

“Kok bisa ?” Luna benar-benar terkejut. Bukan senang.

Candra mengendikkan bahu. “Kan bagus. Biar lo leluasa deket sama kak Dirga.”

“Tapi kok tiba-tiba ? Maksud gue, 2 hari yang lalu mereka baik-baik aja kok.”

“Mereka kan bukan jodoh, nggak usah heran. Dari yang gue denger, mereka emang sering putus nyambung. Kak Dirga selalu ngalah trus minta balikan. Tapi kali ini, katanya kak Dirga serius pisah.”

Luna menyimpitkan mata heran. Dari mana Candra mendengar gosip yang tidak terjamin kebenarannya.

“Gosipnya sih gitu. Terserah lo percaya apa nggak.”

Memang benar apa kata Candra. Tuhan seakan membuka jalan baginya agar bisa dekat dengan Dirga dan mencari tahu alasan benang merahnya memudar. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana Luna dekat dengan Dirga ? Mereka hanya pernah bertemu karena insiden bola basket. Selebihnya tidak pernah.

A Mate For A Moment [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang