Luna mengangkat tangan kanannya ke udara. Menatap lama jari kelingking yang terlilit benang berwarna merah. Dipikir bagaimanapun, Luna tetap tidak mengerti mengapa harus dirinya yang memiliki kelebihan ini ? Pasti ada jawabannya namun sampai sekarang Luna belum mendapatkannya.
Cukup lama menatap jari kelingking, Luna mengikuti kemana ujung benang merah ini berlabuh. Nah itu dia! Laki-laki jangkung dengan lesung pipit dipipi kirinya. Sedang melatih kekasih hatinya bermain basket di bawah terik matahari. Mereka tampak bahagia, kadang saling mengganggu seakan tidak peduli dengan siswa lain yang berada di tengah lapangan.
“Kak Dirga ngapain disitu ?”
Luna menurunkan tangannya lalu menoleh cepat. Di sampingnya, Candra sudah duduk bersila sambil memegang dua botol air mineral.
“Makasih.” sahut Luna setelah menyambar sebotol air mineral dari tangan Candra.
Mata Luna kembali fokus menonton apa saja yang terjadi disana dari pinggir lapangan. Lalu meneguk air dingin yang Luna tahu memang untuknya.
“Mereka udah pacaran 2 tahun tapi masih anget aja.”
Luna menempelkan botol dikedua pipinya secara bergantian. Kemudian melirik Candra sekilas. “Iyalah anget. Orang mereka main di bawah matahari.”
“Bukan itu.”
Luna mengangguk paham.
“Lo nggak kenapa-kenapa ?”
“Maksudnya ?”
“Liat jodoh lo malah bahagia sama cewek lain.”
Ujung bibir Luna terangkat samar lalu menjawab, “Enggaklah. Sebucin-bucinnya kak Dirga sama cewek itu. Akhirnya juga bakal sama gue kok.”
“Tapi emang lo suka gitu sama kak Dirga ? Atau jangan-jangan cuman karena tau kalian jodoh makanya lo maksain diri biar suka ?”
Candra menyerangnya dengan 2 pertanyaan yang seakan memojokkan Luna. Awalnya Luna ingin marah dan berniat menonjok lengan berotot Candra. Tapi Luna urungkan.
Luna menghela napas sebelum menjawab. “Sebenernya sih agak sakit. Tapi gue juga nggak mau jadi pelakor walaupun kak Dirga jodoh gue.”
Candra memutar bola mata gelisah berusaha mencari topik lain. Pembahasan ini harus diakhiri. “Hmm.. Kalo gitu..”
Luna menoleh lagi.
Candra mengacungkan jari kelingkingnya di depan wajah Luna. “Kira-kira jodoh gue ada dimana ?”
“Tangan kanan.”
“Oh.” Candra menurunkan tangan kirinya lalu buru-buru mengacungkan jari kelingking kanannya.
Luna menatap Candra penuh selidik. “Bukannya lo nggak mau tau ?”
“Yah, sekarang gue pengen tau.”
“Kenapa.. arrghh!!”
Luna merasa kepalanya pecah terbelah dua. Sakit yang minta ampun mengaburkan pandangan Luna. Telinganya masih sempat mendengar Candra yang terus memanggilnya lalu setelah itu pandangannya gelap total.
***
Luna memijit pelipisnya untuk menghilangkan rasa pening yang ternyata belum hilang. Luna bahkan sempat tidak ingat kenapa ia sampai terbaring 1 jam di ruang UKS. Salah seorang anggota PMR yang tengah bertugas menyodorkan segelas air dihadapan Luna.
“Minum dulu kak.” tawarnya ramah.
Tahu Luna tidak akan meminumnya, Candra segera menerima gelas dan berterima kasih. Airnya tidak dingin.
![](https://img.wattpad.com/cover/202810471-288-k116303.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Mate For A Moment [END]
FantasiUpdate setiap hari! Pernah dengar legenda "Benang Merah Takdir" ? Awalnya Luna bahkan tidak tahu jika legenda semacam itu ada. Sampai akhirnya, entah apa yang terjadi Luna bisa melihat benang merah dua orang yang berjodoh. Hari-harinya menjadi rumit...