Terhitung sudah seminggu lamanya Luna tidak pernah bertemu Dirga. Entah itu di sekolah atau melalui pesan Whatsapp seperti biasanya. Benar sekali. Sejak kejadian dimana Luna pingsan, itu terakhir kali.
Padahal ada yang sangat ingin Luna tanyakan, secara langsung. Itu kenapa selama seminggu ini, Luna tidak henti-hentinya penasaran. Dan kali ini Luna tidak ingin tinggal diam, dengan tekad penuh Luna mendatangi kelas Dirga sendirian. Luna sendiri sebenarnya bingung, dorongan apa yang membuatnya begitu berani.
“Cari siapa dek ?”
Luna berdiri di depan kelas karena tiba-tiba merasa ragu, dihampiri laki-laki jangkung yang keluar dari kelas. Dilihat dari gerak-gerik dan cara bicara saja, Luna bisa menebak kalau teman sekelas Dirga ini lumayan tengil.
Senyum lebar dengan mata berbinar-binar dan tanpa ragu berdiri tepat dihadapan Luna.
“Gue yah ?”
Luna menunduk berusaha menahan tawa. Bisa-bisanya ada orang yang se-PD ini.
“Rangga! Tugas matematika udah gue taro dimeja lo.”
Terdengar familiar. Bersamaan ketika laki-laki dihadapannya memutar leher ke belakang, Luna ikut mengintip. Ternyata benar! Itu Dirga dan sekarang laki-laki itu berjalan keluar dari kelas.
“Luna ?”
“Ohh.. Cari Dirga ? Kirain gue.” kata laki-laki itu terkekek.
Dirga menyempitkan mata melirik laki-laki itu.
“Sana lo.”
“Buset, gitu amat lo sama ketua kelas.” balas laki-laki itu kemudian melirik Luna dengan senyum manis. “Gue Rangga.”
Luna menatap tangan Rangga yang terulur. Berniat membalas namun Dirga dengan cepat menepis tangan Rangga.
“Udah sana.” usir Dirga mendorong Rangga menjauh.
“Iya, iya. Takut banget gue tikung.”
Rangga terlihat tidak rela pergi tetapi langkahnya terus menjauh meninggalkan Dirga dan Luna.
“Beneran kamu cari aku ?” tanya Dirga.
Luna yang masih melihat Rangga yang semakin menjauh akhirnya mendongak dan membalas tatapan Dirga.
“Iya kak.”
“Ada apa ?”
“Aku.. Aku mau ngomong sesuatu.”
Dirga mengangguk, mempersilakan Luna berbicara.
“Nggak di sini kak.” sahut Luna cepat.
***
“Waktu itu kamu salah denger.”
Semilir angin menerpa kening Luna yang semakin berkerut mendengar pembelaan Dirga. Salah dengar katanya ?
“Candra juga ada di sana kak. Dia nggak mungkin salah denger.”
Dirga terlihat tenang lalu menjawab, “Aku kan tau nama lengkap kamu jadi wajar kan aku panggil Dinda ?”
“Tadi, bukannya kak Dirga bilang aku salah denger.”
Tidak seperti tadi. Kali ini Dirga memberi jedah beberapa saat sebelum menjawab. “Luna..”
“Nggak sembarangan orang yang manggil aku Dinda kak.”
“Oke!”
Dirga mengangkat kedua tangannya keudara. “Aku emang manggil kamu Dinda.”

KAMU SEDANG MEMBACA
A Mate For A Moment [END]
FantasiUpdate setiap hari! Pernah dengar legenda "Benang Merah Takdir" ? Awalnya Luna bahkan tidak tahu jika legenda semacam itu ada. Sampai akhirnya, entah apa yang terjadi Luna bisa melihat benang merah dua orang yang berjodoh. Hari-harinya menjadi rumit...