Epilog

263 17 0
                                    

Bayu membuka pintu sebuah kamar dan mempersilahkan Dirga masuk. Bayu tersenyum lemah dan meninggalkan Dirga sendiri.

Segala penjuru kamar Luna Dirga amati baik-baik. Kamar bernuansa putih ini membangkitkan kenangan Dirga bersama perempuan itu. Mata Dirga tiba-tiba terhenti ketika melihat susu kotak coklat di atas meja belajar Luna. Bukannya itu pemberian awal mereka pertama kalinya bertatap muka.

Dirga tersenyum pahit.

Sebesar itukah cinta Luna ?

Lalu kenapa Luna pergi ?

Dirga melangkah pelan lalu duduk di sana. Hatinya benar-benar sakit. Terlebih saat itu ia bersama Luna dan tidak bisa menyelamatkan perempuan yang ia cintai. Dirga meregangkan kepala tangannya dan meletakkan origami katak di atas meja.

Dirga pernah berniat untuk mengembalikan origami ini pada Luna. Namun terlambat sudah.

***

Seorang bocah laki-laki bertubuh gemuk duduk bersandar di tembok kelasnya. Ia menangis sesenggukan menyembunyikan wajahnya diantara lekuk lengan besarnya.

Dari pintu masuk, bocah perempuan bertubuh kecil masuk dan menghampiri bocah laki-laki itu. Ia ikut berjongkok lalu mencolek lengan bocak laki-laki itu.

“Dirga!”

Bocah yang dipanggil Dirga itu mengangkat kepala.

“Ini.” kata bocah perempuan itu menyerahkan sebuah origami katak berwarna hijau. “Lain kali kalo ada yang ledekin, lawan dong. Badan kamu kan lebih besar. Tadi aku udah hajar mereka loh hehehe..”

Dirga mengambil origami katak tersebut.

“Dinda!”

“Dinda!”

“Temen aku manggil, dadah Dirga.”

Dirga tidak berhenti menatap bocah perempuan itu hingga ia menghilang dari balik pintu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Mate For A Moment [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang