“Akhir-akhir kok lo baik banget ama gue. Mau apa lo ?”
Luna terkekeh lalu mendengus sebal. Kebaikan tulusnya justru dicurigai sahabatnya sendiri. Sesuai janjinya seminggu yang lalu, Luna ingin meninggalkan kesan baik dengan orang terdekatnya. Itu kenapa Luna sebisa mungkin mentraktir dan berperilaku baik pada Candra.
“Suudzon banget sih lo.”
“Abisnya lo nggak kayak biasanya.”
“Emang nggak boleh traktir temen sendiri ?” tanya Luna memasukkan sebiji bakso ke dalam mulutnya.
Candra menyimpitkan mata.
“Jangan-jangan lo mau berhenti sekolah karena mau nikah sama kak Dirga ?”
Tangan kanan Luna yang baru menyendok kuah bakso, terhenti diudara. Menikah ? Dulu, Luna pernah memimpikan itu. Menikah dengan jodoh dan tinggal bersama malaikat kecil mereka nantinya. Sayang, itu tinggal mimpi yang tak nyata.
Apalagi benang merahnya semakin memudar.
“Nggak, kak Dirga kan mau kuliah.”
“Kalo cowok mah gampang, kalo abis nikah masih bisa kuliah.”
“Gue masih muda yah Can. Belum mikir mau nikah kali.”
“Siapa yang tau coba. Kalo besok tiba-tiba lo nikah. Kan bisa aja.”
“Lo duluan deh.”
“Belum ada calon Lun. Lo kan udah ada.” Goda Candra lagi.
“Iya deh. Makasih traktirnya Lun.”
Luna membalas senyum Candra. Jika waktunya semakin dekat, Luna akan mengatakan semuanya pada Candra.
***
Angin berembus pelan, sejuk sekali. Luna memejamkan mata dan tanpa sadar ujung bibirnya terangkat. Ternyata banyak hal yang bisa membuatnya bahagia meski dengan hal sederhana. Atau mungkin rasanya berbeda karena waktunya semakin menipis.
Sensasi berada diatap bangunan pencakar langit memang berbeda. Luna menoleh dan mendapati Dirga tengah menatapnya serius.
“Kamu kenapa tiba-tiba pengen naik bangunan tinggi ?”
Luna berkedip beberapa kali. “Pengen aja.”
“Untung aku nemu bangunan nggak kepake ini.”
Luna mengacungkan jempol keudara. “The best emang pacar aku.”
Tidak diduga, tawa Dirga meledak ditengah kesunyian. Luna bingung apanya yang lucu.
“Lucu banget sih.” kata Dirga mengacak rambut Luna.
Untuk kali ini, Luna tidak akan marah. Meski rambutnya berubah seperti raja singa, Luna akan membiarkannya. Namun yang terjadi, Dirga justru berhenti.
“Tumben nggak marah.”
“Karena aku sayang sama kak Dirga.”
Luna ingin untuk terakhir kalinya, berada sangat dekat bahkan tanpa jarak dengan Dirga. Tanpa menunggu lama, Luna melangkah dan menghambur ke dalam pelukan Dirga. Menenggelamkan wajahnya dan berharap bisa diberi kesempatan oleh Tuhan. Benang merahnya nyaris hilang.
“Kamu kenapa Lun ? Biasanya aku yang minta peluk.” gumam Dirga terkekeh pelan.
“Sekali-kali aku dong yang duluan.”
“Udah pinter yah kamu sekarang.”
Luna ikut tertawa mendengar candaan Dirga. “Kan kamu yang ngajarin.”
“Enak aja. Aku lagi yang disalahin.”
“Kata orang kan cewek nggak pernah salah.”
“Iya deh, aku ngalah.” Kata Dirga pasrah.
“Laper nggak ?” tanya Dirga setelah beberapa saat saling diam.
“Laper.”
“Mau makan apa ?”
“Mie ayam.” jawab Luna keluar dari pelukan Dirga.
Dirga mengangguk setuju.
“Ayo..” ajaknya menggandeng tangan Luna.
Sesampainya di bawah, baru saja Luna ingin naik di atas motor. Diseberang jalan, Luna melihat perempuan yang tidak asing.
“Luna ? Kamu liat apa ?” tanya Dirga yang sudah siap di atas motor.
Luna ingat! Perempuan itu yang dilihat di rumah sakit waktu itu.
Tetapi yang membuat Luna takut adalah pandangan perempuan itu kosong. Kakinya melangkah tanpa menoleh kanan dan kirinya. Luna yang panik segera berlari tanpa menghiraukan teriakan Dirga. Luna menahan mobil dan melewatinya dengan tergesa-gesa.“Tante bahaya. Kita ke pinggir jalan yah ?” tanya Luna hati-hati.
Luna lalu memegang tangan perempuan itu namun segera ditepis. Luna yang terkejut menatapnya dengan alis terangkat. Perempuan itu menatap Luna penuh amarah kemudian mendorong Luna sekuat tenaga.
Suara klakson yang cukup keras memekak telinga mengalihkan pandangan Luna. Sebuah truk besar melaju kearahnya. Terlambat dan mungkin ini saatnya ia pergi. Luna mengangkat tangan kanannya ke udara, sebelum benang merahnya benar-benar hilang. Ia menyusuri benang merahnya hingga berakhir pada seorang laki-laki yang seberang sana. Dirga berteriak memanggil Luna.
Senyum Luna mengembang, setidaknya ia pernah bertemu dan membangun hubungan dengan jodoh sesaatnya.
Selamat tinggal dan terima kasih.
THE END
Selesai! Eh, belum. Masih ada epilog dong:)
![](https://img.wattpad.com/cover/202810471-288-k116303.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Mate For A Moment [END]
FantasyUpdate setiap hari! Pernah dengar legenda "Benang Merah Takdir" ? Awalnya Luna bahkan tidak tahu jika legenda semacam itu ada. Sampai akhirnya, entah apa yang terjadi Luna bisa melihat benang merah dua orang yang berjodoh. Hari-harinya menjadi rumit...