Sudah sebulan ini, Luna dan Dirga dekat. Bahkan bisa dibilang Dirga yang gencar mendekatinya. Dan Luna tidak tahu alasannya. Tidak mungkin Dirga move on secepat itu dari Salsa. Kenapa ? Pertama, Salsa itu termasuk daftar siswi tercantik di sekolahnya. Kedua, hubungan mereka bukan hubungan seumur jagung. Ketiga, Luna tahu Dirga bukan laki-laki yang mudah berpindah hati.
Lalu maksudnya semua ini apa?
Luna sampai uring-uringan sendiri. Terlebih, Dirga belum mengutarakan perasaannya. Itupun kalau Dirga memang menyukai Luna. Terus kadang antar jemput, chat hampir setiap hari, jalan keluar seminggu sekali itu apa ? Atau Dirga cuman menganggapnya teman ?
Wah! Luna melempar sendok ditangannya. Candra yang duduk menikmati nasi kuning langganan mereka cepat-cepat meneguk segelas air karena tersedak.
“Kenapa lagi lo ? Perasaan pas jogging nggak kenapa-kenapa.”
Luna mencondongkan tubuhnya ke depan. “Can, menurut lo kak Dirga suka nggak ama gue ?”
Candra berkedip sekali lalu menjawab, “Bisa jadi. Orang dia ngedeketin lo mulu.”
“Iyakan! Tapi kok belum nembak-nembak juga.”
“Takut digosipin kali.”
“Digosipin kenapa ?”
“Lun, dia tuh masih terbilang baru putus sama pacarnya. Bisa-bisa lo juga ikut dinyinyirin orang.”
Luna terdiam, Candra ada benarnya juga.
“Atau gini deh, lo sekalian tanya kak Dirga aja. Alasan dia putus sama Salsa. Kalo misalnya dia jawabnya udah lama nggak ada rasa sama Salsa, yah bisa jadi perasaan kak Dirga ke lo itu serius.”
“Serius suka gitu ?”
“Serius jijik! Iyalah suka.”
Boleh dicoba. Tetapi Luna bingung harus memulai dari mana. Masa Luna langsung to the point, basa-basi nya apa.
“Tumben kak Dirga nggak kesini.”
“Hah! Mana ?” Luna menoleh cepat. Mencari sosok laki-laki yang membuatnya pusing setengah hidup.
“Gue bilang tumben nggak kesini, lo dengernya apa coba ?” sewot Candra kembali melahap sisa nasi kuningnya.
Sepertinya Luna memang tidak punya pilihan lain. Bisa-bisa ia gila karena terus penasaran dengan perasaan Dirga. Ah, satu lagi. Luna meletakkan tangan kanannya di atas meja dan mengamatinya lama.
“Warnanya belum balik ?”
Luna tersenyum kecut lalu menggeleng pelan.
***
“Oke, ini lagi otw.”
Luna menutup jendela obrolannya dengan Dirga dan memasukkan ponselnya ke dalam saku roknya. Mata Luna kemudian sibuk menjelahi deretan buku yang sama sekali tidak menarik minat. Tidak ada novel, itu kenapa Luna sangat jarang menginjakkan kaki di perpustakaan.
Dan alasannya di sini bukan untuk membaca atau mengerjakan tugas. Sejam sebelumnya Luna sudah membuat janji bertemu Dirga di perpustakaan. Luna merasa harus menanyakannya sekarang. Kasian hatinya jika terus-terusan penasaran.
Tangan Luna lalu menarik salah satu buku secara acak. Diantara celah kosong itu, Luna melihat Salsa. Sialnya, perempuan itu juga melihatnya. Luna berusaha mengontrol raut wajahnya. Baru saja Luna bernapas lega saat Salsa tidak lagi terlihat, tepukan dibahunya kembali membuatnya terkejut.“Gue denger-denger lo lagi deket sama Dirga.”
Lah? Terus urusannya sama situ apa ? Seandainya jawaban itu bisa Luna utarakan dengan berani.
“Nggak juga.”
Salsa bersedekap. “Cepet juga yah dia dapet gebetan baru.”
Luna tersenyum seramah mungkin walaupun sulit. Ia tahu ini perpustakaan, bukan tempat cekcok. “Gue bukan gebetan, lo salah paham.”
“Atau kalian udah pedekate waktu gue masih pacaran sama Dirga ?” terkah Salsa dan entah kenapa terdengar menyebalkan ditelinga Luna.
“Maksudnya ?” Kali ini emosi Luna mulai tersulut.
“Gue nggak suka banget hubungan yang ada orang ketiganya by the way.” kata Salsa setengah berbisik.
Salsa menunduhnya sebagai pelakor ? Oh! Sekarang Luna tahu kenapa Dirga memilih melepas perempuan ini.
“Kenapa ? Bukannya itu berarti ada sesuatu yang gue punya dan lo enggak, makanya kak Dirga berpaling.”
Jujur, Luna tidak bermaksud membalas sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Luna sudah tersulut api duluan, kenapa tidak sekalian sulut perempuan di depannya juga. Satu lagi. Luna bukan orang yang membela segala jenis perselingkuhan. Dimana-mana orang yang selingkuh yang salah.
Salsa maju selangkah dengan wajah memerah. Namun tiba-tiba kakinya kembali ke tempat semula ketika satu tangannya ditarik.
“Dirga!” desis Salsa menarik paksa tangannya.
Luna berusaha mengalihkan pandangan dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa.
“Ikut aku.”
Luna menoleh. Ia pikir kata-kata itu Dirga tujukan untuknya. Ternyata bukan. Yang selanjutnya Luna lihat adalah Dirga yang menarik Salsa menjauh entah kemana, meninggalkan Luna tanpa sepatah kata pun. Hatinya perih tiba-tiba. Kenapa Salsa ?
***
“Nggak bareng kak Dirga ?”
Luna mendengus kesal mengingat kejadian kemarin. Tanpa menjawab Luna memasang helm dan naik ke atas motor Candra.
“Ayo!”
“Iya tuan putri.”
Sesekali Luna mendengar Candra yang terus berceloteh panjang lebar sepanjang perjalanan pulang. Hanya beberapa kata, kata lain terbawa angin dan lainnya Luna tidak dengar karena memikirkan hal lain. Apalagi kalau bukan tentang Dirga!
Motor yang ditumpangi Luna berhenti. Mau tidak mau ia mengedarkan pandangan, lampu merah ternyata.
“Lun, lo denger nggak sih ?”
“Denger.” jawab Luna malas.
“Terus kenapa nggak nyahut dari tadi ?”
“Males.” balas Luna singkat.
Baru beberapa detik kepalanya menunduk, sebuah motor berhenti tepat di sampingnya. Luna merasa tidak asing, apalagi sepatu itu. Tanpa menunggu lama, Luna mendongak. Dirga! Laki-laki itu juga tengah menatapnya. Secepat mungkin Luna memutar kepalanya ke samping.
“Eh kak Dirga.” sahut Candra santai.
“Iya Can. Luna, kamu nggak liat pesan Whatsapp aku ?”
“Lagi jarang pegang hp kak.” jawab Luna tanpa menoleh sedikit pun.
“Kalo gitu, sampe rumah--”
Kalimat Dirga terhenti ketika bunyi klakson dari kendaraan di belakang mereka saling bersahut-sahutan. Pas sekali.
“Ayo Can.” kata Luna menepuk pundak Candra.
“Duluan kak.” pamit Candra.
Ini mungkin jawaban yang Luna cari-cari. Dirga hanya menganggap hubungan mereka sebatas teman, perasaannya masih besar untuk Salsa.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
A Mate For A Moment [END]
FantasyUpdate setiap hari! Pernah dengar legenda "Benang Merah Takdir" ? Awalnya Luna bahkan tidak tahu jika legenda semacam itu ada. Sampai akhirnya, entah apa yang terjadi Luna bisa melihat benang merah dua orang yang berjodoh. Hari-harinya menjadi rumit...