Sesampainya di parkiran rumah milik Genta, Cinella tidak langsung turun. Ada hal yang lebih penting untuk dia kerjakan. Ya apa lagi kalau bukan sibuk mengatur napas agar jantungnya bisa kembali memompa dengan normal.
"Kok ngga turun?" tanya Genta yang mulai melepas helmnya dengan santai tanpa rasa bersalah.
"Kakak beneran mau nyampe di alam barzah?" sahut Cinella dengan nada kesal. Bagaimana tidak kesal coba, kita ini masih sayang nyawa. Dan cara Genta menjalankan motor tadi adalah salah satu hal ekstrim yang harus dihindari agar nyawa Cinella bisa tetap bertahan di tubuhnya.
"Loh, ini kita udah nyampe di rumahku. Bukan di alam barzah. Lagian, kamu pengin banget apa ke alam barzah? Sampai dari tadi ngomongin alam barzah terus." Cinella tidak sanggup lagi membalas ucapan Genta. Sekarang terserah lah dia mau bilang apa. Yang pasti, pulang dari sini dia tidak mau diantar sama Genta. Mendingan nail ojol saja. Tidak apa-apa deh kalau harus bayar, yang penting bisa meminimalisir kemungkinan ia mengalami kecelakaan. Bukan, bukan maksudnya dia menyalahi takdir. Ya kalau memang sudah ajalnya meski pun pulang dengan ojol, ya sudah. Setidaknya dia tidak mati karena mencari celaka seperti yang dilakukan Genta beberapa menit yang lalu.
Melihat Cinella tidak lagi meresponnya, ia pun mengajak gadis berhijab abu-abu itu untuk masuk ke dalam rumahnya.
"Yuk," ajaknya.
Cinella masih bergeming. Dia lalu menaruh helm di atas jok motor milik Genta lalu beralih menatap lelaki yang masih setia menunggunya itu.
"Aku tunggu di sini saja deh, Kak." Cinella lalu mengeluarkan ponselnya untuk memesan ojol. Tapi, sebelum ia membuka aplikasi khusus untuk memesan ojek online itu, Genta merebut ponselnya. Cinella terkesiap dan menatap sebal ke arah Genta.
"Mau ngapain kamu?"
"Ya pesen ojol, Kak," jawab Cinella dengan nada kesal. "Kakak tolong ambilin buku diariku aja. Aku tunggu di sini sambil nunggu ojolnya."
Genta menatap Cinella jengah. Cewek ini ya, benar-benar. "Aku yang ngajak kamu ke sini. Jadi aku juga yang bakal nganterin kamu pulang. Paham?" Kening Cinella mengerut dalam. "Hp kamu aku yang pegang." Benda pipih itu lalu ia masukkan ke dalam saku jaketnya. Tidak akan ia biarkan Cinella pulang sendiri.
Tak habis pikir, Cinella lalu mengikuti langkah Genta yang mulai meninggalkannya. Dengan kekesalan yang membuncah, ia lalu berusaha merebut kembali ponselnya itu. Tapi, kekuatan Cinella tak sebanding dengan kekuatan Genta. Laki-laki itu bahkan terlalu pandai menghindar sehingga membuat Cinella kelelahan dan akhirnya mengikut saja dengan kemauan Genta.
Genta terkekeh melihat Cinella yang sudah mulai putus asa dan kesempatan itu ia gunakan untuk membuka pintu rumahnya yang tertutup rapat.
"Aku tunggu di sini saja," kekeh Cinella dengan kedua tangan terlipat di depan dada.
"Mau hp-nya balik ngga nih?"
"Ish! Kan ngga baik cowok dan cewek berduaan di dalam ruangan!"
"Siapa yang bilang sih kita cuma berdua? Ada mbok Siti kok di dalem." Genta melebarkan daun pintu rumahnya, mempersilakan Cinella untuk masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Heart Found a Home in Yours [SUDAH TERBIT]
Fiksi Umum⚠️AWAS BAPER! Novel bisa dipesan melalui WA +6285230484744 . . . Cinella. Biasa dipanggil Cincin oleh orang terdekatnya. Hidupnya datar saja. Tidak ada yang spesial. Pernah ia menginginkan kisah hidupnya seindah, seromantis drama-drama Korea. Tapi i...