Hadiah Dari Opa

38 7 0
                                    

Kami tiba dirumah sakit agak sedikit terlambat karena kondisi jalanan yang lumayan macet. Tapi keterlambatan kami ternyata tidak ada efecknya untuk pemeriksaan opa karena sampai sekarang opa masih didalam ruang pemeriksaan dan belum ada kabar sama sekali dari dokter.
Aku bisa melihat wajah khawatir Abi, Wajah cemas mas Rifai dan wajah Umi, sekarang umi menangis.

sudah hampir 1 jam Opa didalam ruangan didepan kami ini tapi tidak ada tanda-tanda bahwa pintunya akan segera dibuka.

Setelah lama menunggu akhirnya pintu yang kami nanti dari tadi ini terbuka juga dan keluar seorang dokter dari baliknya.

"Keluarga bapak Taufik Hamzah?" Kata dokter tersebut

"Iyah dokter, bagaimana kondisi Papa saya?" Tanya abi

"Pak Taufik berhasil melewati masa kritisnya, akan tetapi saat ini kondisi beliau masih sangat lemah, untuk beberapa saat harus diopname disini dan kami akan segera memindahkan beliau diruang rawat."

"Masya allah, Alhamdulillah"

"Tapi sebelum itu, mohon segera mengurus administrasinya"

"Lakukan yang terbaik dokter" ucap Abi setelah itu pergi menuju lobi untuk mengurus administrasi Opa.

"Umii" tangisku kembali pecah setelah mendengar kondisi opa saat ini, Alhamdulillah.

"Ga papa sayang, dokter sedang berusaha melakukan yang terbaik, lira do'akan opa ya sayang" kata umi dengan lembut padaku.

Entah kenapa setiap mendengar suara umi, aku seperti dihipnotis oleh kelembutan sang kuasa.

"Lira takut umi"

"Lira udah ya jangan nangis, Lirakan anak yang kuat pecahkan semua masalah dengan doa. Semua akan baik-baik saja" mas rifai kini ikut menenagkanku juga.

*****

Aku duduk dikursi dekat nakas dan disamping tempat tidur, dari tadi aku selalu berharap orang yang kunanti matanya terbuka agar segera terbangun. Aku benar-benar merindukan Suaranya yang selalu mengajakku main, mata yang selalu menatapku dengan penuh cinta. Aku rindu senyuman itu, senyuman yang selalu hangat kepadaku.

Opaaa lira mohon bangun opa, jangan buat dada lira sesak karena mengkhawatirkan opa.
Hiks hikss lira sayang sama opa mbak ale dan yang lainnya juga sangat mencintai opa.

"Iraaa a."

Aku mendengar suara berat itu memanggilku namun aku tidak mau mendongakkan kepalaku, aku takut harapanku akan menjadi abu. Aku tidak ingin harapanku melayang bersama angin, please jangan.

"Raa a"

Suara itu lagi, aku memberanikan diri dengan mengangkat kepalaku dari sisi ranjang tempat tidur dan ini Masya Allah, ini bukan harapan kosong harapanku tidak menjadi abu, Opa bangun Masya Allah opa bangun.

"Abiii! Umii! Mas rifai !!" Aku langsung meneriaki semua orang yang dari tadi sedang berbicara dengan dokter di luar.

"Ada apa lira!" Tanya Abi

"Opaa" jawabku dengan senyum samringai

"Papa" panggil Abi bahagia melihat opa sudah sadar

"Papa baik-baik saja kan?" Lanjutnya lagi.

Kami semua begitu bahagia ketika melihat opa sadar, mendengar suara opa. Terima kasih Rabbi.

Abil, Kau adalah ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang