S E B E L A S

3.4K 395 148
                                    

Happy Reading...!!!


Bunyi ketukan sepatu menggema di sepanjang lorong dengan cahaya remang, setiap ketukan terasa mengintimidasi seolah mengancam keselamatan.

Pria berpakaian serba hitam semakin melebarkan langkah kaki nya membuat beberapa orang yang mengikutinya dari belakang tertinggal cukup jauh hingga mereka harus sedikit berlari untuk mengikis jarak antara mereka.

Kaki jenjang itu berhenti di sebuah pintu kayu usang terlihat dari warna cat yang memudar serta banyak serpihan di sisi kayu tersebut. Tanpa berpikir panjang Pria itu langsung menendang pintu hingga terdengar bunyi benturan keras antara pintu dengan lantai.

Pria itu masuk dengan gaya-nya yang khas, dominan. Melangkah perlahan memasuki ruangan, bau anyir langsung menyapa indera penciumannya. Seolah terbiasa pria itu justru tersenyum miring seakan bau itu tak ada artinya. Ia menyukai bau ini, sangat. Bau ketakutan, kewaspadaan, kehancuran, sungguh ia amat menyukainya.

Melihat semua orang bertekuk lutut dibawah kuasanya menghasilkan kesenangan tersendiri. Terlebih jika mereka semua memohon dengan suara tercekat seakan diambang kematian seolah-olah hanya dirinyalah yang bisa menjadi malaikat penolong atau mungkin malaikat kematian?

"Hei..." Suara Bas itu menggema ke seluruh ruangan. "Apa kabar?" Tanya-nya lirih namun penuh ketajaman.

Pria itu berhenti didepan pria baya dengan pakaian yang rusak serta tubuh berlumur darah. Berlutut dihadapannya, Pria tampan itu menghirup dalam aroma anyir berasal dari darah yang telah mengering di tubuh pria baya itu.

"Kau tau aku suka bau mu haha.." Tawa itu terdengar seperti suara malaikat kematian datang ingin menjemput setiap manusia yang bernyawa.

Pria baya itu merunduk ketakutan pelipisnya dipenuhi keringat dingin, tubuhnya bergetar.

"Kenapa? Kau takut?" Telunjuk pria itu terulur mengangkat wajah pria baya dihadapannya. "Sepertinya wajah mu perlu ku ubah sedikit lagi agar terlihat lebih baik." Lengan kekarnya mengambil sebuah pisau lipat di saku celana mendekatkannya ke hadapan pria baya tersebut.

"Tolong tidak lagi..." Suara pria baya terdengar bergetar.

"Aku tidak akan melukai-mu jika saja dari awal mau berdiskusi denganku. Kau yang memilih takdir hidupmu seperti ini, bukan aku. Kau serakah humm.. Kau sungguh serakah, sudah mengambil hartanya lalu kau membunuhnya juga dengan alibi bahwa orang itu mati karena sakit. Ckckckck trik murahan."

Kepala pria itu bergerak ke kanan-kiri seirama dengan gerakan pisau di tangannya.

"Bukan aku yang membunuhnya, tapi kau!" Ucap pria baya itu dengan lantang.

Merasa tidak terima, Pria tampan itu langsung menggoreskan ujung pisau lipat itu ke arah wajah pria baya dihadapannya. Memutarnya, menusuknya, dengan cara teramat pelan. Ia ingin menikmati suara kesakitan yang bagaikan candu untuknya. Setelah puas dengan karya nya, Pria itu berdiri menatap pisau lipat yang kini berlumur darah. Tak merasa jijik pria itu menjilat ujung pisau lipat dengan seringaian menakutkan. Psychopat.

"Obati dia!" Perintah Pria itu pada penjaga dan meminta mereka menjaga pria baya itu dengan ketat, jangan sampai pria baya itu mati karena belum waktunya pria itu mati.

"Takdir kalian berada di genggamanku Hahahahaha" Ucap pria tampan itu sambil berbalik keluar ruangan.

****

Pintu ruang terbuka mendadak membuat seseorang di dalam terlonjak dari duduk-nya hingga berdiri.

"Yak! Wang Yibo, bisakah kau mengetuk pintu terlebih dulu?" Omel Yu Chen sambil memegang dada nya yang berdegub lebih cepat karena hadiah kejutan dari sahabatnya.

[TAMAT] THE DISAPPOINTMENT HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang