9

1.8K 348 9
                                    

______________

Dev berhasil meraih tangan Ruby dan membuat Ruby menghentikan langkahnya.

"Lepaskan!" Tepis Ruby. "Jangan berpura-pura bodoh, dasar pengkhianat!" Ucap Ruby terisak tangis.

Dev terkejut, lututnya tiba-tiba lemas. Yang ditakutkannya, akhirnya terjadi juga.

Ingatan Ruby telah kembali.

Ruby melihat ke perutnya sendiri, ia merabanya dengan panik.

"Anakku!" Ucapnya panik. "Kemana bayiku?!" Masih tidak percaya melihat perutnya yang sudah rata. Seingatnya, kala itu ia sedang mengandung.

"Ruby, dengarkan aku.." Dev menatap Ruby berusaha menenangkannya, ia memegang kedua lengan Ruby. "Ruev adalah anak kita.." jelasnya.

"Ruev..?"

Lalu Ruby menyingkirkan tangan Dev darinya.
Ia langsung memberhentikan taksi yang lewat dan menaikinya.

"Ruby kau mau kemana?!" Dev Menahan Pintu taksinya.

"Aku akan menjemput Ruev." Lalu menutup pintu taksinya dan berlalu meninggalkan Dev begitu saja disana.

Dev langsung menyusul Ruby.
.
.
.
.
.
.
"Ruby?" Gwen terkejut melihat Ruby didepan pintunya, Ruby langsung menerobos masuk menuju kamar Ruev.

Tak lama Dev datang. "Dimana Ruby?!" Tanya Dev tergesa pada Gwen. "Dikamar Ruev, ada apa sebenarnya dev?" Gwen bingung, mereka berdua belum lama pamit pulang dan sekarang kembali dengan keadaan seperti ini.

Dev langsung menghampiri Ruby dikamar Ruev. Mereka bertemu tepat didepan pintu kamar Ruev. Ruby tengah mengendong Ruev, ia akan membawa Ruev pergi bersamanya.

"Ruby—"

"Aku akan segera memproses perceraian kita. Dan aku akan membawa Ruev bersamaku. Sudah cukup kau membohongiku selama ini Dev." Ucap Ruby lalu melangkah melewati Dev sambil menggendong Ruev.

"Tidak. Kita tidak akan pernah bercerai." Dev menahan Ruby ketika ia hendak pergi.

"Demi Ruev aku mohon jangan lakukan itu. Maafkan aku.." Dev berlutut memohon dihadapan Ruby. "Aku tidak ingin berpisah dari kalian, aku tidak bisa. Ruby, aku mohon beri aku kesempatan.." tambahnya.

"Kau seorang pengkhianat dan juga pembohong besar. Kau memanfaatkan hilangnya ingatanku untuk Egomu!" Ruby berusaha menahan tangisnya. "Keputusanku sudah bulat." Tambahnya lalu pergi begitu saja dari rumah Gwen.

Dev lemas, ia tidak bisa bangkit berdiri, bahkan untuk mengejar Ruby. Semuanya sudah kacau. Berpisah dari Ruby dan Ruev adalah kehancuran baginya.

"Arrggh!" Dev sangat frustasi, ia tak kuasa menahan tangisnya disana.

"Dev, bangun.. jangan seperti ini. Semua pasti ada jalan keluarnya, jangan biarkan rumah tanggamu berakhir dengan perceraian.." Gwen berusaha menenangkan Dev.

Dev hanya terdiam, ia tidak bisa berkata-kata lagi. Ini semua memang kesalahannya.

***

My Wife (Wattpad Ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang