(2) Ngapain Sih!?

2.2K 307 16
                                    

Gue mendengus kasar sembari berjalan dengan langkah kesal. Sesekali melirik Junghwan yang tengah berjalan di samping gue. Ini masih pagi dan cowok itu udah mulai ngintilin gue lagi.

"Ngapain sih ngikutin gue!?"

"Kelas aku itu sebelas Bahasa satu, cukup deket sama kelas Kakak walau pun masih ada satu koridor lagi buat di laluin setelahnya. Jadi enggak ada salahnya kan aku bareng Kakak sekaligus jagain Kakak?" Cowok itu tersenyum, menatap gue dengan kekehan kecilnya.

Sekali lagi, kalimat Junghwan membungkam gue. Setelah dua Minggu yang lalu gue di buat diam sampai masuk ke dalam kelas karena ucapan bernada satire dari cowok itu.

"Yaudah, terserah"

Dia senyum lalu mengangguk. tangannya yang dia selipkan di saku hoodie di tambah wajahnya seriusnya, membuat gue yang tengah mendongak untuk menatap wajah cowok itu di buat bersemu.

Astaga, Ahn Sonri sadar bodoh. So Junghwan itu adik kelas yang cuman bisa bikin lo sebel. Junghwan enggak akan bisa bikin gue jatuh hati segampang itu. Gue menggeleng kuat, membuat Junghwan menatap gue bingung.

"Kak kenapa?"

"Hah? G-gak papa" sahut gue gugup, yang di angguki Junghwan walaupun wajah terlihat gak yakin sama jawaban gue.

"Kak, aku boleh minta bantuan enggak?" Gue mengerjapkan mata gue berkali kali, lalu langsung mengangguk setelahnya.

"Apa?"

"Lintas minat IPA, tugasnya susah aku enggak bisa, bahkan bikin cerpen lebih gampang dari pada ngitung fisika yang bikin aku puyeng" entah dorongan dari mana, gue malah tertawa membuat Junghwan tersenyum senang. Mungkin karena berhasil bikin gue tertawa.

"Emang sih, gue sebagai anak IPA pun ngakuin hal itu"  sahut gue setelah tawa gue mereda. Junghwan mengangguk mantap untuk menanggapi ucapan gue. Cowok itu menjentikkan jarinya, seakan mendapatkan sebuah ide bagus saat ini.

"Maka dari itu, ajarin aku dong. Janji deh bakalan nurutin semua yang Kakak mau" tawarnya, gue diam sembari berfikir. Gak tau kenapa, Junghwan malah terkekeh. Padahal gue cuman mikir.

"Beneran semua?"

"Iya, asalkan jangan nyuruh aku jauhin Kakak aja"

Dia menyengir lebar, membuat gue kesal dan memukul kencang bahunya, gue tatap cowok itu geram. "Itu bukan semua namanya!"

"Hehe, yang lainkan masih banyak"

Lagi lagi gue diam, walaupun masih menyapa Junghwan dengan sinis namun otak gue bekerja untuk mencari hal apa yang bisa gue suruh ke cowok ini.

"Gimana kalo lo bantuin tugas lintas minat bahasa gue? Gue di suruh bikin puisi"

"Puisi ya?" Gue mengangguk sembari kembali memfokuskan mata gue ke depan. Menghindari sorot serius Junghwan

"Bisa sih, tapi aku enggak sepinter Roman Picisan buat bikin puisi dadakan, tapi itu jauh lebih mending dari pada aku harus ngitung Fisika. Besok aku kasih puisinya dan Kakak ajarin aku, oke?" Cowok itu mengusap tengkuknya sembari meringis pelan, dan kemudia kembali tersenyum lebar saat mengucapkan kalimat persetujuannya di akhir tadi.

"Oke" final gue, melirik Junghwan sebentar dan kemudian kembali menatap ke arah depan

"Btw puisinya tentang apa?"

"Terserah, tentang bucin juga enggak papa. Pak tuh June bucin, jadi santai aja" sahut gue asal sembari tertawa kecil.

Junghwan mengangguk sembari ikut tertawa. Tapi serius, Guru Bahasa kita itu bucin akut, enggak jarang dia ceritain tentang kehidupan percintaannya dulu ke muridnya.

[1] HOBAE || So Junghwan ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang