☾O8

89 21 9
                                    

Suasana kelas hari ini, tak seperti hari-hari biasanya. Semua orang diam membisu, tanpa bersuara. Siswa-siswi tertunduk takut, melihat ketua kelas mereka yang datang dengan tampak berbeda.

Rambut yang sengaja di berantakan, pakaian juga di keluarkan, dan tas yang hanya di gendong sebelah bahu kanan.

Ia berjalan tanpa mengucapkan salam, dan selamat pagi seperti biasanya. Untuk senyum saja tak ia tampakan, apalagi menyapa.

Tak lama waktu berselang, bel masuk berbunyi nyaring, menggema di setiap lorong, disusul dengan suara khas wali kelas sebelas mipa satu.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" jawab murid serempak.

Bu Nata masuk dengan memeluk tumpukan kertas ulangan. Ia lantas menaruhnya di meja untuk di bagikan. Setelah itu ia menatap ke arah pintu, dan menyuruh tiga orang yang bersembunyi dibalik sana untuk masuk, dan perkenalan.

"Jadi kita kedatangan tiga murid baru, ayo mulai perkenalan dari yang cewek" instruksi bu Nata.

"Hai! Saya Nancy, pindahan dari amerika. Maaf kalau bahasa indonesia saya masih buruk. Salam kenal semuanya" anak cowok di kelas ini langsung pada ribut, dan bisik-bisik, ya iyalah dia kayak titisan surga gitu.

Lanjut,
"Gua Adhitama damian genandra. Panggil aja gege, sebelumnya homescholling"

"Njir ganteng banget!!" niatnya ingin bergumam, tapi apa daya Deva keceplosan, dan itu membuat semua orang menatapnya. Yang di tatap pun hanya bisa memasang wajah tanpa dosa.

"Ayo lanjut" perintah bu Nata.

"Melviano pradipa altares. Terserah mau panggil apa aja, vian, viano, altares, al, ares, asal jangan panggil sayang ya" ciwi-ciwi genit langsung pada natap gemes gitu kan.

Sedangkan bu Nata langsung mempersilakan mereka mencari tempat duduk. Anak-anak kelas langsung menjadi ribut dan berisik.

"Tenang!!" semua menjadi diam dan kembali duduk, daripada di amuk sama pak ketu.

"Kalian bertiga pilih tempat yang kosong ya. Ibu mau rapat, jangan ada yang berisik. Sekretaris tolong catat yang berisik, keluar, jalan-jalan. Dah ya, assalamualaikum" bu Nata kembali melangkahkan kakinya keluar dari ruangan kelas.

Nampak Vian yang jalan terlebih dahulu untuk mencari kursi kosong, sampai ia menemukannya,
"Boleh duduk di sini?"

Nara yang merasa di ajak bicarapun menoleh,
"Udah ada orang"

"Oh" Vian lantas duduk di sebelah Nara, ya sekarang gantian Fana yang sakit.

//Sakit hati:)

"Di bilang ada orang, ngeyel banget sih lu nj*r" Nara terus mengumpat dan memaki, namun tetap saja, Vian tak menghiraukannya.

Fokus anak kelas beralih ke macan dan kelinci yang sedang berdrama,
"Saya boleh duduk sini?" Nancy memasang senyuman andalannya, namun Langit malah membuang muka dan lanjut menidurkan kepala di atas meja.

Geng nyinyir pun mulai berkumpul dan melakukan hobinya, ya apalagi kalau bukan ngegibah.

Berbeda dengan yang lain, Deva menerima dengan senang hati karena Gege duduk di sebelahnya. Sedangkan Nares langsung dicampakkan dan duduk dengan temannya.

 Sedangkan Nares langsung dicampakkan dan duduk dengan temannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak terasa hari terus saja berganti,

Ninuninu squad sekarang sudah berubah, tak ada lagi yang mengajak kumpul dan main. Bahkan setelah drama selesai di tampilkan semuanya lost contact, dan fokus pada banyaknya kesibukan.

Mulai dari Nares yang sibuk dengan latihan tari untuk pentas, dan masih membenahi diri juga hati.

Jingga yang lebih suka menyendiri dengan gitar kesayangannya.

Deva yang mulai menjauh dari Bara, dan membuka hati untuk Gege.

Bara yang baru saja putus dari Runa, dan mencari pelampiasan.

Nara yang selalu menghindar saat ada Jay.

Sebaliknya, Jay yang selalu mencuri waktu agar bisa minta maaf pada Nara.

Terakhir,
Langit dan Fana yang masih dihantui rasa bersalah, juga perasaan kesal.

Mereka semua bingung, bimbang, ragu, bagaimana harus bertindak dan bagaimana cara menyelesaikan masalahnya?

Di usia mereka sekarang, mereka masih memiliki ego yang tinggi, tak pikir panjang, dan selalu self harm lah perlariannya.

Padahal kalau mereka saling memaafkan semua akan selesai kan?

Semua bisa balik seperti semula, hanya saja suasana yang akan terasa berbedanya.

Kita terlalu sering mengeluh pada semesta, juga benci. Lalu merasa ingin menghilang dari muka bumi.

Pikirkan ini, bagi dunia kamu mungkin satu orang. Tapi bagi satu orang kamu mungkin dunianya.

Ingat, nikmati saja lukanya. Nikmati saja bagaimana perihnya. Dan semoga suatu saat, di suatu masa yang masih menjadi rahasia-Nya. Semesta menghadiahkan bahagia yang tak terkira.



















Inilah mengapa judulnya seribu ragu, karena kerap kali manusia ragu untuk menentukan pilihan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Inilah mengapa judulnya seribu ragu, karena kerap kali manusia ragu untuk menentukan pilihan. Dan ujung-ujungnya salah mengambil jalan.

So, ikuti kata hati sebelum kau menyesal di kemudian hari:)

So, ikuti kata hati sebelum kau menyesal di kemudian hari:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐒𝐞𝐫𝐢𝐛𝐮 𝐑𝐚𝐠𝐮『√』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang