"Para penumpang yang terhormat, selamat datang di penerbangan Prod 101 Indonesia dengan tujuan Berlin, Jerman. Penerbangan ke Berlin akan kita tempuh dalam waktu kurang lebih 23 jam dan 30 menit, dengan ketinggian jelajah … kaki di atas permukaan air laut. Perlu kami sampaikan bahwa penerbangan Prod 101 ini adalah tanpa asap rokok, sebelum lepas landas kami persilahkan kepada Anda untuk menegakan sandaran kursi, menutup dan mengunci meja-meja kecil yang masih terbuka dihadapan Anda, mengencangkan sabuk pengaman, dan membuka penutup jendela. Atas nama ... , kapten Younghoon dan seluruh awak pesawat yang bertugas mengucapkan selamat menikmati penerbangan ini, dan terima kasih atas pilihan anda untuk terbang bersama kami"
"Dear passengers, welcome to Prod 101 Indonesia flight to Berlin, Germany. Flights to Berlin will take us with in 23 hour and 30 minutes, with a cruising altitude of … feet above sea level. We need to inform you that Prod 101 flight is without cigarette smoke, before take off we invite you to hold the chair back, close and lock the small tables that are still open in front of you, tighten the seat belt, and open the window cover. On behalf of … captain Younghoon and all the crew on duty congratulated this flight, and thank you for your choice to fly with us"
Karena pramugari dan pramugara-nya berisik banget. Fana memilih untuk menonton Gumball, dan mengenakan headphone.
Sudah dua puluh dua jam berlalu, Fana melihat keluar jendela. Semuanya lautan, berwarna biru, jadi rindu Langit, pikirnya.
Namun getaran membuyarkan lamunannya, langit kala itu berubah menjadi menyeramkan. Petir, juga kilat, oh jangan lupakan awan cumulonimbus, yang membuat para penumpang panik dan ketakutan.
Fana hanya bisa menghembuskan nafas, lalu berdoa berkali-kali. Meminta pada sang pencipta agar ia dapat selamat sampai tujuan, namun goncangan lebih hebat membuatnya terhantam pada kursi.
Gadis itu buru-buru melepas kaca matanya, dan terus merapal doa. Ia hanya ingin selamat, hanya itu.
"Pesawat Prod 101 dalam masalah, kita kehilangan sinyal"
"Terus sambungkan pada Kapten"
"Dia harus bisa cepat menghindar dari kumpulan awan, atau mereka akan.. bertabrakan dengan gunung"
"Meski mendapat sinyal kami tetap tak bisa berkomunikasi"
"Oh... Ayolah!!"
Para penumpang langsung di terjunkan ke lautan, pelampung, ban, bahkan oksigen semua mereka sediakan. Pesawat sudah dalam ketinggian rendah. Semua penumpang dan barang telah di turunkan.
"Pak Ten, Kapten masih di atas disana!!" teriak sang kop pilot—Johnny.
"Aishh...."
Bum!!!!
Duarrr!!!!
Pesawat menabrak gunung, akibat rendahnya ketinggian. Meski mereka semua selamat, tapi Kapten Yonghoon belum nampak keberadaannya.
Tak lama beberapa speedboat datang menjemput. Semua speedboat mulai meninggalkan lokasi dan pergi ke darat.
Namun masih tersisa satu speedboat khusus, mereka menunggu kapten, juga perempuan yang tadi ia selamatkan, karena sabuk pengamannya macet.
Perempuan itu.. Fana.
"Kok perasaan gua gak enak ya" Nares mengeratkan pelukannya pada guling. Ia lantas menghubungi Langit,
"Halo, Lang. Fana udah telfon lu, belum?"
"Hfftt.. Perasaan gua kok gak enak ya"
"Iya, dia pasti baik-baik aja"
"Waalaikumsalam"
Bayang-bayang tentang Fana mengitari pikiran Nares. Dari awal mereka bertemu, menjadi dekat karena satu kelas juga tempat les.
Nares tertawa mengingat dirinya sering debat dengan Deva, dan berakhir Nara yang pusing, Fana yang nontonin.
Lalu pada saat Nares patah hati karena Jingga sudah jadian. Teman-temannya menyemangati dirinya lalu Fana berkata,
"Tenang aja masih ada bae jinyoung wanna one, eh cix deng"Terakhr saat Fana bercerita tentang ia dan Langit, kalimatnya seperti orang yang tak akan pernah kembali.
Namun Nares harus yakin, kalau Fana baik-baik saja.
Drrrtt...
Handphone Nares bergetar,
"Waalaikumsalam, Jingga. Ada apa?"
"Ok" Nares menyalakan televisi dan mencari saluran yang di pinta Jingga.
'Berita terkini. Di kabarkan pesawat Prod 101 Indonesia, Jakarta–Berlin bertambrakan dengan gunung.....'
"Fa—Fana.."
"Fan..." Jingga yang tengah menonton berita, tanpa sadar menintikan air mata, ia lantas mengusap wajahnya kasar.
"Aku udah tes dna, Fan. Ternyata aku yang bukan anak ayah. Aku udah gak peduli siapa orang tua aku, yang penting itu kamu.. " suara Langit terdengar parau. Pandangannya kosong, ia sudah seperti mayat hidup. Memejamkan mata lalu berdoa, agar Fana selamat. Tidak apa-apa kalau gadis itu bukan jodohnya, yang penting ia selamat.
¿Selamat | Tidak?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐞𝐫𝐢𝐛𝐮 𝐑𝐚𝐠𝐮『√』
Teen Fiction❝𝙺𝚗𝚘𝚠𝚒𝚗𝚐 𝚢𝚘𝚞, 𝚖𝚊𝚢𝚋𝚎 𝚒𝚝 𝚒𝚜 𝚘𝚗𝚎 𝚘𝚏 𝙶𝚘𝚍'𝚜 𝚜𝚌𝚎𝚗𝚊𝚛𝚒𝚘𝚜 𝚝𝚘 𝚖𝚎𝚎𝚝 𝚊 𝚖𝚊𝚝𝚎 𝚒𝚗 𝚊 𝚍𝚒𝚏𝚏𝚎𝚛𝚎𝚗𝚝 𝚠𝚊𝚢.❞ °𝙱𝚊𝚎 𝚓𝚒𝚗𝚢𝚘𝚞𝚗𝚐° °𝙾𝙾𝚕° 𝚜𝚝𝚊𝚛𝚝 : 𝟷𝟸/𝙾𝟷/𝟸𝙾𝟸𝙾 𝚏𝚒𝚗𝚒𝚜𝚑 : 𝙾𝟹/𝙾𝟺/𝟸𝙾𝟸𝙾