A

15.2K 1.3K 98
                                    

Jadi, ini FF non-baku pertama yang pernah aku buat, selesai di 2018, dan belum ada yang kedua, sejauh ini. Ini semi-baku sih sebenernya, karena mostly non-baku cuma di percakapan, hehe ....

Dulu FF ini pernah aku post di akun lama aku, judulnya sama, cuma castnya ada yang Winkdeep dan ada yang Luwoo, sekarang aku remake ke Markhyuck buat menghibur kalau aku belum ada ide atau draft-ku belum kelar : D Semoga kalian terhibur sama ceritanya, dan semoga cerita ini nggak jelek dan maksa banget yak :') Maklum bukan ahlinya nulis Teenlit uhuk!

.

.

Playlist: Oh My My - OneRepublic, Cassius (Entah kenapa cocok jadi pengiring Mark yang urakan, uhuk!)

.

.

Padatnya kota Jakarta sudah jadi makanan setiap pagi bagi Sandi Chandra Handoyo. Cowok itu sudah benar-benar hafal kalau di jam-jam keberangkatan sekolahnya, jalanan pasti jadi super macet kayak sekarang, itu makanya dia selalu berusaha berangkat lebih pagi setiap hari, kecuali hari ini ... sialnya. Dia menggigit bibir bawah dengan sedikit gemas.

"Mang, ini benar-benar enggak bisa jalan lagi?" tanyanya.

"Mentok, Den," jawab pria berkumis yang menyupiri Chan.

Melirik jam tangannya sekali lagi, Chan pun membulatkan tekad untuk memilih keluar dari mobil dan berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki. Lagi pula, SMA Bima Jaya sudah enggak terlalu jauh dari tempatnya sekarang.

"Eh, Den, mau ke mana?" tanya si supir begitu melihat Chan membuka pintu.

"Chan jalan aja, Mang. Lagian udah dekat, kok. Makasih ya, Mang!"

Dan setelahnya, cowok itu berlalu.

*

Chan yakin dia sudah berlari secepat mungkin untuk sampai di sekolahnya, tapi kenapa masih terlambat juga? Gerbang sekolah sekarang sudah ditutup, melarangnya masuk.

"Loh, Nak Chandra?" Si satpam melongo saat melihat batang hidung Chan yang cukup awut-awutan di balik gerbang. "Kok telat?"

"Macet banget, Pak. Maaf, ya. Ini udah enggak boleh masuk, Pak?"

"Wah, enggak bisa, Nak."

"Enggak apa-apa, Chan masih bisa masuk kok, Pak."

Tiba-tiba, suara seseorang mengalihkan perhatian mereka. Dan begitu menoleh, sosok tinggi Jaehyun Tan, lengkap dengan seragam putih abu-abunya yang rapi, tertangkap dalam pandangan.

"Kak Jaehyun?"

"Lagian baru telat lima menit, kok."

Mendengar perkataan mantan ketua OSIS dua periode itu, si satpam pun membuka gembokan gerbang dan menggeser pintu besi tersebut, memberi jalan masuk bagi Chan.

"Ini enggak apa-apa, Kak? Enggak melanggar aturan?" tanya Chan, sedikit cemas.

"Kalau dia boleh masuk, gue juga boleh dong?" Kali ini, suara lain muncul, dan asalnya dari balik punggung Chan.

Cowok dengan tatanan seragam yang kurang rapi, serta rambut yang agak lebih panjang dari Jaehyun, tertangkap pandangan mereka. Kalau Chan perhatikan, cowok itu punya mata kumbang yang bagus, terkesan tajam. Hidungnya sedikit lancip, dengan bibir yang tipis. Belum lagi tulang pipinya yang sedikit lebih menonjol.

Jaehyun mengeryit menatapnya, sadar bahwa banyak kekurangan pada tampilan cowok itu.

"Seragam kurang rapi, rambut panjang, enggak pakai ikat pinggang, name tag juga enggak ada. Tas disampirin gitu aja. Kamu mau sekolah atau mau jadi preman pasar?"

"Sekolah, lah! Buta, apa? Orang gue datang ke sini udah pakai seragam, bawa tas. Masa mau nguli?" bantah cowok itu, enggak ada takut-takutnya sama Jaehyun.

Jaehyun sukses mendelik dibuatnya. Melihat itu, si satpam berusaha menjadi penengah.

"Mending gini, Nak Jaehyun anterin dia ke ruang BP aja."

"Iya, Kak. Selesaiin di sana aja," timpal Chan, yang juga enggak mau ada keributan di depan gerbang seperti itu.

Menurut, Jaehyun mengangguk dan langsung menitah cowok awut-awutan tadi untuk mengikutinya. Beruntung, cowok itu enggak memberi penolakan lebih.

"Oh, iya." Sebelum benar-benar pergi, Jaehyun sejenak berhenti dan menoleh ke arah Chan. "Chan langsung ke kelas aja, ya. Entar kalau sama gurunya ditanyain, bilang aja dari kamar mandi. Sini tasnya, Kakak bawain."

"Kak, ini seriusan enggak apa-apa?"

"Udah, tenang aja." Jaehyun menampilkan senyuman manis andalannya, membuat Chan akhirnya percaya dan mengoper tas kepada Jaehyun, tanpa sadar kalau cowok awut-awutan yang memperhatikan mereka memutar kedua bola mata dengan malas.

"Kalau gitu, aku ke kelas ya, Kak. Sekali lagi, makasih!" Dan setelahnya, Chan pun berlalu. Meninggalkan sosok Jaehyun dengan cowok tak dikenal itu.

Begitu Chan pergi, wajah tersenyum Jaehyun sontak terganti dengan raut wajah masam, sama sekali ditujukan bagi cowok berantakan di depannya.

"Ayo, ikut!"

"Emang dari tadi mau ikut. Lo-nya aja yang ngulur-ngulur waktu."

Sekali lagi, sosok kurang ajar itu berhasil membuat Jaehyun panas.

***

Chan mendesahkan napas lega berkali-kali, bersyukur guru pelajaran pertama enggak masuk ke kelasnya hari ini.

"Tumben telat. Ke mana aja, Chan?" tanya Rendi Junan Daffa alias Renjun, teman sebangku cowok itu. Chan memberi gestur kalau dia butuh bernapas terlebih dulu, sebelum akhirnya menjelaskan dengan posisi kepala yang diletakkan di atas meja.

"Macet, jadinya telat. Padahal udah lari dari lampu merah, tapi tetap telat."

"Kurang perhitungan sih, lo." Renjun tertawa. "Omong-omong, tas lo mana?"

"Di Kak Jaehyun. Katanya biar enggak ketahuan telat."

"Buset amat! Lo seriusan pacaran sama dia, Chan?"

"Pacaran apa, sih?" Chan yang kesal segera mengangkat kepala dari meja, menunjukkan wajah masam pada teman sebangkunya itu. "Lo jangan kebanyakan makan gosip, deh. Gue mana ada pacaran sama Kak Jaehyun. Temenan, sih, iya."

Renjun mendesahkan napas maklum. "Ya udah, iya. Lama-lama kasihan gue sama Kak Jaehyun, anjir! Digantungin gini."

Chan mendelik sebal. "Lo mau gue gantung juga? Di tali jemuran tapi!"

"Anjay, Nyai!"

***

"Oh, jadi dia murid baru, Bu?" Pertanyaan Jaehyun lantas membuahkan tawa dari wanita paruh baya berseragam dinas di depannya.

"Kamu terlalu lurus sih, Jae, sampai murid baru aja datang telat dimarahin," jawab wanita itu.

"Ya, kan, saya enggak tau, Bu. Mana tampilan urakan kayak gini."

"Jangan sotoy, Kak, mangkanya." Cowok urakan itu menyeletuk, tanpa menolehkan wajah sedikit pun ke arah Jaehyun.

Jaehyun dari tadi rasanya pengin uyel-uyel mulut cowok itu. Cara omong dan kata-katanya benar-benar enggak bisa dikontrol.

"Ya udah, Jae, kamu balik ke kelas aja. Biar Ibu yang urus Mark di sini."

"Ya udah, Bu. Saya permisi." Cowok itu pun berlalu dari tempatnya, menyisakan si urakanㅡyang bernama Mark ituㅡmenatap kepergiannya dengan tatapan tajam.

"Jadi, Mark ..." Panggilan itu sukses mengalihkan perhatian Mark dari sosok Jaehyun. "Kamu sudah siap mulai sekolah lagi hari ini?"[]

.

.

Jangan lupa tinggalin jejak ya ~ <3

See ya! : D

[✔] Casanova [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang