"Nak Mark akhir-akhir ini kok sering balik ke sekolah sore-sore?"
"Biasa, Pak. Ada aja barang yang ketinggalan."
.
.
Mark enggak bisa menahan rasa bahagia hari ini, cukup senang melihat Chan yang uring-uringan. Dari pukul tujuh tadi pagi, hingga nyaris kepulangan sekolah hari ini, dia mendapati adik kelasnya itu berada dalam mood yang buruk. Entah kenapa, pemandangan itu jadi kepuasan tersendiri buat dia.
Seperti saat ini contohnya, Mark yang lagi anteng-antengnya duduk di pinggir lapangan, tepatnya di bawah pohon rindang bersama Jeno, menatap ke arah Chan dengan pandangan sepenuhnya geli. Cowok manis itu terlihat keluar dari kelas, lalu mengomeli Renjun yang mengekor di belakangnya, meski cowok yang lebih pendek itu enggak melakukan apa-apa.
"Lo ngelihatin apa sih, Mark?" tanya Jeno tiba-tiba, ketika melihat Mark yang senyam-senyum sendiri. Karena posisi mereka yang berada di bawah pohon rindang di sisi lapangan, Jeno jadi takut kalau ada hal-hal gaib yang merasuki tubuh kawannya itu.
"Lihat Malaikat Lucu," jawab Mark seadanya, masih sambil mengembangkan senyuman. Penasaran, Jeno pun memandang ke arah yang sama dengan mata Mark, dan menemukan sosok Chan dan Renjun enggak jauh dari sana. Seketika, dia paham.
"Hooo ... Paham deh gue, paham."
Mark terkekeh. "Makin lucu aja dia, njir!"
"Lo jangan main-main yak, tapi."
"Ya, kan, seru sih."
"Ye, mikir juga, jangan sampai kelewatan. Kasihan, tauk."
"Tenang aja deh lo."
Dan Mark menampilkan senyuman lebar beserta wajah meyakinkan.
***
"Udah, udah. Jangan bete mulu. Sayang banget hari lo dipake buat betein hal kayak gitu," omel Renjun, setelah sepanjang hari ini Chan menunjukkan raut wajah yang terus sama.
"Ya, gimana coba? Rasanya kesel aja gitu. Enggak bisa berhenti," respons Chan sambil mengerucutkan bibir.
"Biar lo enggak bete lagi, habis ini kita ke Chatime aja, gimana?" Berusaha menghibur temannya itu, Renjun pun harus merelakan duit mingguan yang didapat dari pekerjaan membantu Bundo di Rumah Makan Padang keluarga. Demi menyenangkan Chan.
"Bener?"
Sosok yang semula menekuk wajah pada tangkupan tangan di meja, kini menatap antusias ke arah Renjun, dan yang ditatap pun mengangguk yakin, walau sedikit mendesah dalam hati.
"Sabar dah, besok mulai nabung lagi," batin Renjun.
"Oke, kalau gitu. Gue enggak bete lagi."
Dan wajah nyengir Chan seolah membuat tangan Renjun gatal.
*
Begitu bel pulang sekolah berbunyi, Renjun dan Chan dengan semangat segera berlari keluar gerbang. Sebenarnya hanya Chan sih, yang kelihatan benar-benar semangat, sedangkan Renjun hanya pasrah ditarik-tarik sama cowok itu. Keduanya berdiri di pinggir jalan, masih di depan gerbang sekolah mereka, menunggu order-an ComeCar.
Sementara menunggu, Renjun tampak mengibas-ngibaskan tangan di depan wajah, merasa kepanasan. "Sial, terik banget! ComeCar-nya masih lama lagi."
"Sabar ...." respons Chan kalem.
Tiba-tiba, suara deru motor mengalihkan perhatian mereka. Itu adalah motor Mark. Cowok itu menatap Chan dengan pandangan yang sulit diartikan, sementara Jeno yang duduk di jok belakang menampilkan senyuman enggak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Casanova [Bahasa]
Hayran KurguChan itu paling males sama orang-orang sok, apalagi keras kepala. Bakal langsung illfeel dia. Tapi apa jadinya kalau Mark, yang notabene kakak kelasnya yang terkenal mulut besar, malah tertantang buat mendekati Chan lebih jauh? -- "Bisa enggak, eng...