Pageeee ~ ! :3 Mari berkahi pagi Jum'at dengan update-an Casanova eaaa ~
Makasih buat teman-teman yang kemarin udah kasih doa dan nyemangatin aku buat sidang magang. Karena sidangnya berjalan luancaaarr uhuuu ~ Luv you guys! : DBtw, Casanova udah mendekati akhir, nih. Perjalanan cinta Mark Liam sama Dek Chandra bentar lagi selesai kwkwk. So, enjoy these last chapters update yo!
Ramaiin komen ya lur! :v
.
.
.
"Kak."
Taeyong menoleh, mendapati Jaehyun yang membawa dua batang jagung bakar dari arah abang-abang jualan, lalu mengambil posisi duduk di sampingnya di bangku taman. Taeyong tersenyum singkat, menerima satu batang jagung bakar dari tangan Jaehyun.
"Jazz ice-nya masih dibikinin. Bentaran, ya."
"Santai aja."
Jaehyun menyantap jagung bakarnya, tapi Taeyong enggak. Cowok itu kelihatan banyak pikiran. Itu sudah jelas, karena kalau bukan karena ada sesuatu, enggak mungkin dia bakal menghubungi Jaehyun malam-malam begini demi minta bertemu. Bersyukur karena Jaehyun mau menurut, walau bocah itu masih ada ujian besok pagi.
"Kok, enggak dimakan?" tegurnya, dan Taeyong sontak menoleh.
"Sorry, enggak nafsu aja."
Jaehyun paham, pun segera menghentikan kegiatan makannya. Dia meletakkan jagung yang baru setengah disantap itu ke samping tempat duduknya, dengan dilapisi dua lembar tisu. Tak lupa dia juga meraih jagung bakar yang masih Taeyong pegang, turut diletakkan di samping jagung miliknya. Taeyong memperhatikan perilaku si junior.
"Sekarang, cerita apa pun yang Kakak mau ke aku," ucapnya.
Taeyong mendesahkan napas. "Ini soal Chan."
"Chan kenapa, Kak?"
"Keadaannya lagi buruk dan gue khawatir. Semua ini gara-gara Mark yang mau pindah ke Seoul."
Jaehyun termenung sebab baru mendengar perihal ini.
"Jadi, keadaan Chan gimana, Kak?" tanyanya kemudian.
"Nangis tiap malam, susah senyum, susah belajar. Gue cemas, takut kalau dia tiba-tiba sakit karena ini."
Jaehyun meneguk saliva, enggak menyangka kalau seorang Sandi Chandra Handoyo bisa sampai seperti ini karena Mark.
Taeyong kembali mengembuskan napas, kali ini terdengar benar-benar berat. "Gue khawatir sama Chan, Jae."
Tanpa diduga, tangan Jaehyun bergerak mengusap bahu kiri Taeyong, sekaligus merangkulnya, berniat memberi rasa tenang bagi cowok manis itu. "Kakak tenang aja, selama Kakak ada buat Chan, dia pasti baik-baik aja. Kakak enggak perlu khawatir, di sekolah, ada aku dan Renjun yang bakal selalu ngehibur Chan. Jadi, Kakak enggak usah mikirin hal berlarut-larut."
Ucapan itu mampu membuat Taeyong tersenyum, walau samar.
"Makin lebar dong, Kak, senyumnya. Biar makin manis." Jaehyun nyengir, dan langsung dihadiahi pukulan manja oleh Taeyong di kepalanya. Jaehyun meringis, melepas rangkulan demi mengusap kepala akibat jitakan dari si senior.
"Mulut kalau ngomong enggak pernah disaring dulu emang, ya!"
"Ya kan, bener, Kak. Kakak manis kalau senyumㅡcantik deh, cantik!"
"Cantik pala lo?!" Taeyong sudah akan melayangkan pukulan lagi ke kepala cowok itu, tapi dengan cepat Jaehyun menghindar. "Gue cowok! Mestinya ganteng, lah! Gini nih, kalau es kepal milo dikasih otak. Ngelantur aja!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Casanova [Bahasa]
FanfictionChan itu paling males sama orang-orang sok, apalagi keras kepala. Bakal langsung illfeel dia. Tapi apa jadinya kalau Mark, yang notabene kakak kelasnya yang terkenal mulut besar, malah tertantang buat mendekati Chan lebih jauh? -- "Bisa enggak, eng...