D

6.9K 1K 144
                                    

Buat jadi selingan kalian biar gak galau-galau amat sama Honeymouthed ataupun Ocean Eyes yak! :"D

.

.

"Yo, Mark!"

Mark sedikit terperanjat saat mendengar seruan kawan sebangkunya, Jeno Gera Nojangka, mematahkan lamunan kegalauan yang sejenak mengganggunya pagi itu.

"Ngelamun aja pagi-pagi, Bor! Kenapa?"

"Kepo lo!" jawab Mark jutek.

Cowok itu kemudian meraih ponsel dari saku celana, lantas membuka aplikasi Instaliter, sekadar melihat komentar-komentar para cewek di posting-an feed-nya. Sambil cekikikan dan melupakan kegalauan yang sempat bersarang, Mark membalas komentar-komentar itu dengan cengiran tiada luntur di wajahnya.

Jeno yang melihat itu lantas tak bersuara. Heran juga dengan perubahan sikap Mark yang begitu kontras. Tak lama, suara pengumuman terdengar di setiap pengeras suara di sudut ruangan, memberi tahu semua murid bahwa sudah waktunya untuk apel pagi.

"Ampuuun! Males banget gue," desah Jeno, sembari menelungkupkan kepala di atas meja. Namun, berbeda dengan itu semua, Mark malah bangkit dari duduknya setelah menyembunyikan ponsel ke dalam saku. Menyadari itu, Jeno mengangkat kepala ke arahnya.

"Lo mau ikutan apel?"

"Iyalah! Lo enggak tau kalo petugas BP bakal keliling ngecek kelas?" tanggap Mark.

"Yang murid baru siapa, yang hafal ini sekolah siapa," gumam Jeno pada diri sendiri.

Tak lama kemudian, mengikuti kawannya itu, dia pun bangkit dari duduk, pun mengekor keluar kelas, menuju lapangan bersama berbondong-bondong murid lainnya.

***

Para murid sudah berkumpul di lapangan, menunggu salah satu guru untuk menempati podium dan memulai apel pagi. Chan dan Renjun menjadi bagian dari mereka. Keduanya terlihat saling bercanda, sebelum akhirnya Renjun menyikut-nyikut Chan, berusaha mengalihkan perhatian cowok itu pada Jaehyun yang berdiri beberapa meter dari mereka, tampak mencuri-curi pandang.

"Calon pacar lo ngelirik sini mulu, tuh!" ujarnya.

Chan hanya merespons dengan sebuah tawa, lalu mencubit tangan Renjun dengan gemas.

"Hati-hati kalau ngomong," ujarnya, sementara Renjun hanya mampu memberenggut.

Tepat ketika Haji Slamet menempati podium, Mark dan Jeno baru saja bergabung dalam kerumunan itu. Berdiri di barisan paling belakang, kedua cowok itu memasang tampang malas, seolah merasa terpaksa mengikuti kegiatan itu.

"Halo, halo. Tes, tes. Kedengaran enggak ini, Anak-Anak?" tanya Haji Slamet di depan mikrofon, dan murid-murid pun sontak menjawab dengan sedikit ramai.

"Udah ngomong di depan mikrofon aja masih nanya kedengaran apa kagak," gumam Mark pada Jeno.

"Bapak lo tuh, emang beda."

"Enak bae itu mulut! Bapak lo aja, gue ikhlas."

Dan keduanya sontak terkikih, geli akan ujaran masing-masing. Tanpa menyadari, bahwa Haji Slamet, yang baru saja mengucap salam pembuka, melihat ke arah keduanya. Merasa tak diperhatikan, Haji Slamet pun berdeham, sebelum akhirnya melayangkan telunjuk ke barisan paling belakang.

"Itu yang di belakang ..."

Mendengar seruan itu, sontak semua murid mengarahkan pandang ke arah tunjukkan jari Haji Slamet, mendapati sosok Mark dan Jeno yang segera menghentikan tawa dan menatap dengan pandangan terkejut ke arah depan.

[✔] Casanova [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang