ㅡ17

1.4K 144 17
                                    

Note: Disarankan untuk mengganti warna latar menjadi warna krem.

Note: Disarankan untuk mengganti warna latar menjadi warna krem

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Derit pintu memaksa atensi keduanya berpindah. Satu sosok kecil dengan ransel digendongan masuk dengan agak terburu-buru. Mengusap air matanya, memasang senyum palsunya Irene menatap manusia mungil yang baru saja ikut bergabung bersamanya dengan Kai.

“Tante Rene, Om Sehun belum bangun juga?”

Pertanyaan yang sama semenjak dokter mendiagnosa Sehun mengalami koma. Bocah kecil ituㅡHyunjinㅡakan selalu merasa bersalah. Jika saja waktu itu dia tidak meminta Sehun untuk mengambil koknya, Sehun pasti tidak akan menutup mata entah sampai berapa lama dan berbaring disana.

Meninggalkan tempatnya, Irene memangkas jarak antara dirinya dengan Hyunjinㅡyang pandangannya senantiasa tertuju pada sang Om tercinta. “Belum. Kita berdo'a ya supaya Om Sehun cepet bangun,” balasnya yang kini telah menyetarakan posisinya dengan bocah itu.

“Gara-gara aku Om Sehun jadi bobo nggak bangun-bangun,” sesal Hyunjin lengkap dengan raut mendungnya.

“Hyunjinㅡ eh Irene? Masih disini?”

Satu sosok bertambah. Kakak Sehun juga Ibu dari Hyunjin, Sera. Menatap kearah Irene juga Kai.

Seulas senyum tipisㅡbenar-benar teramat tipisㅡIrene tampakkan. Manusia mana yang dalam suasana hati yang buruk seperti sekarang ini bisa dengan mudah memamerkan senyum?

“Belum pulang? Apa udah pulang terus balik lagi?”

Irene bangkit. Tak mengeluarkan jawaban hanya diam dengan senyum yang perlahan memudar.

Yang saat itu juga dapat Sera terka bahwa Irene tidak pulangㅡseperti yang dia minta kemarin malam. Melihat pakaian yang belum berganti juga pucatnya raut wajah perempuan di hadapannya itu.
“Kamu pulang deh ya? Istirahat biar bisa jagain Sehun lagi nanti,” pinta Sera menggenggam satu tangan Irene yang terasa hangat.

Namun, Irene enggan untuk memenuhinya. Perempuan itu menggeleng pelan, bersikukuh untuk tetap berada di ruang rawat itu.

“Rene, kamu butuh istirahat. Tolong untuk sekarang dengerin Kakak ngomong. Kalo ntar kamu sakit karena kecapekan malah nggak bisa jagain Sehun kan?” Sera menahan dua tangan kurus itu. Menatap tepat pada bening obsidian milik Irene yang cahayanya kian meredup.

Sebetulnya Irene sudah terlalu lelah untuk menangis, juga sepertinya sumur air matanya sudah mulai mengering tapi, begitu dua maniknya terpaku pada sosok Sehun yang belum kunjung sadarkan diri lagi-lagi kristal bening itu meluncur. Yang mana semakin membuat mata itu membengkak saja.

“Pulang ya? Kamu bisa kembali nanti atau besok,” ucap Sera menggenggam dua tangan Irene erat.

Dengan diantar Kai, akhirnya Irene bersedia untuk mengistirahatkan diri dirumah. Mendo'akan yang terkasih agar lekas diberi kesembuhan. Sebesar apapun dosa dan luka yang Sehun ciptakan, Irene akan tetap pada pilihan memaafkan.

𝙋𝙧𝙚𝙩𝙩𝙮 𝙎𝙚𝙡𝙚𝙣𝙖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang