B E R F I K I R

8 1 0
                                    

Setelah beberapa menit dari obrolan ku dengan Kak Dika tadi, sekarang kita sudah sampai di rumah.

"Assalamualaikum."Ucapku dan Kak Dika.
"Waalaikumsallam."jawab Mama dan juga Caka.
"Ehh ada kamu Dika, ayoo sini masuk sayang."ucap Mama ku senang.
"Wihh ada abangku yang paling ganteng nih."ucap Caka diiringi tawa recehnya.
Aku hanya mendengus kesal, bagaimana bisa Mama dan Caka begitu senang melihat Kak Dika . Sedangkan aku? Hanya di acuhkan saja.

"Yang anak kandung siapa yang keponakan siapa."gerutuku sedangkan mereka yang mendengar terkekeh geli dengan tingkahku.
"Haiss kakak ku yang cantik ini merajuk rupanya."ucap Caka merangkulku, dan kubalas dengan pukulan kecil di bahunya. "Wadohh, sakit kak. Yaelah gitu aja ngambekk kayak bebek aja sih."ucap Caka meledek. "Heh siapa yang ngambek, udah ah Reisa mau kekamar dulu."ucapku berlalu.

Aku segera membersihkan diri, terasa lengket badanku ini dan setelah 15 menit sudah aku mandi kini badanku terasa sangat segar, aku menuju balkon kamarku dan menatap langit lekat.

'Senjanya sebentar lagi digantikan dengan rembulan yang indah di padukan dengan bintang yang cantik.'Batinku tersenyum

"Apa aku bisa membuka diri buat Rey lagi? Apa bisa persahabatan kita kembali seperti dulu lagi? Sejujurnya aku merindukan masa dimana kita bisa saling cerita tentang masalah kita, kita bisa saling tukar pikiran soal musik, kita bisa melakukan hobby photography kita lagi. Aku merindukan semuanya."ucapku, tak terasa bulir² kristal telah membasahi pipiku. Entahlah, aku membencinya tapi aku juga sangat merindukannya.

Hingga suara dering ponsel ku berbunyi, menyadarkanku dari berbagai macam pikiran ku.

Aku mengernyitkan dariku,
'Nomor siapa ini? Ahh dari pada penasaran aku angkat aja.'Batinku.

"Hallo, Assalamualaikum."Jawabku menetralkan nafasku agar tak terdengar seperti habis menangis.

"Waalaikumsallam Reiss, kamu menangis? Ada apa?"tanyanya.

Nafasku tercekat, suara ini aku kenal betul siapa yang sedang bicara denganku ini.

"Reiss?? Aku mau jelasin sesuatu ke kamu."ucapnya lirih,

'Ada apa dengannya?'Batinku bertanya²

"Maaf, aku sibuk."Ucapku singkat,

"Tunggu, sebentar saja."lirihnya lagi.

Sungguh aku tak tega jika mendengar suaranya saat ini.

"Jelaskan."jawabku singkat.

"Aku tidak bermaksud merusak persahabatan kita Reiss, aku terpaksa melakukan semua ini karna Papa sama Mama ingin aku melupakan semua tentang Indonesia dan ikut dengan mereka untuk melanjutkan bisnis mereka yang ada di London. Karna itu aku mematuhi semua perintah Mama sama Papa, sehari sebelum berangkat sebenarnya aku ingin menemuimu untuk menjelaskan semuanya terlebih dahulu. Aku sudah berada di depan rumah kamu, belum sempat aku menemuimu tiba² aku dapat kabar dari Papa jika Mama collaps, aku sangat terkejut mendengarnya. Bagaimana bisa? Bukankah Mama baik² saja? Pertanyaan itu muncul dikepalaku dan aku segera bergegas pulang ke rumah dengan melupakan apa yang akan aku lakukan tadi, kenapa aku ngga pergi kerumah sakit? Karna Papa ngga ingin musuh²nya dalam dunia bisnis memanfaatkan kesempatan ini untuk menghancurkan bisnis keluargaku. Singkat cerita Mama terkena Kanker otak stadium akhir. Duniaku runtuh seketika Reiss, dan keputusan Papa untuk pergi ke London ternyata juga untuk masa berobatnya Mama, aku bodoh Reiss. Bagaimana aku bisa ngga tau tentang sakitnya Mama selama ini? Anak macam apa aku ini Reiss?? Aku merutuki betapa bodohnya aku yang tak menyadarinya sejak awal, sejak Mama mulai tiba² pingsan sampai mimisan. Sejak saat itu fokus ku hanya pada kesembuhan Mama, aku tak menghiraukan apapun lagi. Dan setelah semua pengobatan Mama, sampai kemoterapinya yang ke sekian kalinya ternyata membuahkan hasil yang baik."Jelas Rey dengan menghembuskan nafasnya sejenak.

Sambil menahan tangisku, aku menggu kelanjutan dari penjelasannya.

"Tapi hal itu tak bertahan lama Reiss, 5 hari setelah Mama pulih tiba² Mama collaps lagi Reiss. Mama bener² drop, hingga suatu hal yang ngga aku inginkan terjadi. Aku hancur Reiss, duniaku runtuh seketika, aku menjadi seseorang yang berhati dingin dan selalu menyalahkan diriku. Dan sekarang Mama sudah tenang disana Reiss, 1 tahun lalu Papa mengatakan kalau aku pengen kembali ke Jakarta boleh saja. Papa tidak melarangku lagi, dan aku memutuskan untuk kembali. Mengawasimu dari jauh hingga kabar Papa mu wafat sampai di telingaku. Aku berziarah tanpa kamu ketahui, hatiku sakit karna melihat sahabatku menangis , hatiku hancur ketika aku tau Om Agam telah tiada. Om yang sudah ku anggap seperti Papa bagiku, aku merasakan kesedihanmu Reiss karna aku juga pernah merasakan hal yang sama. Dan hingga saat ini aku selalu memperhatikanmu dan ingin memperbaiki persahabatan kita lagi."tambahnya lagi dengan sedikit isakan.

Bulir kristal kembali meluncur bebas dari mataku. Sungguh aku sangat merasa bersalah atas pikiranku selama ini tentang Rey. Aku menangis dalam diam berusaha menahannya agar tak terdengar oleh Rey. Namun nampaknya itu tak berpengaruh, pasalnya Rey selalu mengetahui bagimanapun keadaanku.

"Sudah Reis jangan menangis lagi, kita harus mengikhlaskan apa yang terjadi selama ini. Dan aku hanya ingin meminta maaf karna aku telat menjelaskannya kepadamu."ucapnya penuh pengertian.

Ohh sungguh aku sangat merasa bersalah padanya, aku merutuki betapa bodohnya aku yang dulu tidak pernah mau mencari tau apa yang sebenarnya terjadi pada Rey.

"Rey, maafkan aku yang ngga sedikitpun ngebiarin kamu buat jelasin semuanya. Dan maaf atas sikapku yang ketus padamu Rey."Sesalku.

Dan yang ku dengar Rey hanya terkekeh kecil.

"Sudah tak apa Reiss, apa sekarang aku boleh pergi kerumah mu? Untuk kembali pada Rey yang dulu lagi?"tanyanya hati²

"Tentu Rey, kamu boleh kemari kapanpun kamu mau. Dann yaa kita mulai dari awal lagi kalo kamu mau, satu lagi Rey, bukan aku atau kamu. Tapi Loe atau gue itu yang betul buat persahabatan kita ini."ucapku tersenyum tulus

"Terimakasih Reiss karna lo udah memeberi gue kesempatan lagi. Gue bersyukur bisa punya sahabat kayak loe. Gue sayang sama lo Reis."Ucap Rey

"Iya Rey , gue juga bersyukur bisa punya sahabat kayak lo."Ucapku tulus.

"Emm yaudah kalo gitu, gue udah lega sekarang. Emm besok lo ada kesibukan ngga??"tanya Rey

"Besok gue ke resto sih pagi², ya kalo lo mau ketemu gue di jam makan siang aja Rey."Ucapku

"Woke boss , besok gue ke resto aja. Yaudah sono jangan lupa ibadah nyet."Ucap Rey, aku lega karna dia bener² udah kembali seperti dulu lagi.

"Hahaha, oke oke. Lo juga nyet."ucapku tertawa

"Udah dulu yee, Assalamualaikum."Lanjutku.

"Waalaikumsallam."jawabnya.

Dan sambungan telepon terputus, aku tersenyum bahagia akhirnya persahabatanku bisa kembali seperti dulu.

"Ehemm."Ucap Mama mengagetkan ku,
"Ahh Mama ngagetin Reiss aja nih."ucapku mengerucutkan bibirku.
"Aduh² anak mama yang paling cantik, mama udah denger semuanya kok. Mama turut bahagia jika kamu sama Rey udah berbaikan sayang."Ucap Mama tersenyum tulus.
"Alhamdulillah, Orang² yang aku sayang telah kembali ma."ucapku memeluk Mama dan mama hanya tersenyum tulus melihatku kembali bahagia seperti ini.

"Wuihh lagi pada pelukan nih kak, ga ngajak² kita lagi kak."Ucap Caka yang tiba² mucul diiringi Kak Dika.
"Iya nih tante, kok nggak ngajak² kita sih."goda Kak Dika.
"Sini² pelukan biar kayak teletubbies."Ucap Mama tersenyum dan merengkuh Caka juga Kak Dika,
"Aduh² Reisa sesek napas nih."Ucapku memanyunkan bibirku seketika tawa mereka pecah melihatku merajuk seperti ini.

'Aku bahagia melihat orang² yang aku sayangi bisa bahagia seperti ini.'Batinku tersenyum.
.
.
.
.
.
.
.
.
Masih ada part lanjutan ya manteman 🙃
Happy reading 📖
Jan lupa vote dan comment juga yakk, biar author semangat bikin karya terus 😇
Terimakasih banyakk🌻

About the journeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang