Skip
Waktu sudah menunjukkan pukul 15:30 dan aku memutuskan untuk pulang.
"Ehh Reiss, aku pulang duluan ya. Papa aku udah di depan nih." Ucap Dinda
"Ohh iya iya Din, hati-hati ya." Jawab ku dan di balas dengan anggukan oleh Dinda.
Disaat aku menelusuri lorong kampus, aku mendapati disana ada Kak Nando, Kak Aldi dan juga Kak Dika yang nampaknya sedang melakukan pembicaraan yang serius.
'Heehh Reis, jangan kepo ah. Mending aku balik aja deh.' Batinku
"Heii lo tunggu." Teriak orang itu yang tak lain adalah Kak Nando.
'Haduhh apaan lagi ini!!' Batinku
Aku memutuskan untuk berbalik arah menuju sumber suara, yaitu Kak Nando.
"Maaf kak, ada apa ya?" Tanyaku.
"Lo dari tadi ngikutin kita ya?" Selidik Kak Nando.
"Heeh, enggak kok Kak. Kebetulan aja aku tadi lewat, jadinya ya ngelihat kakak semua." Jawabku.
"Halah ngeles aja lo kek bajaj, susah amat sih buat bilang jujur." Ucap Kak Nando.
"Kak aku dari tadi juga udah jujur, lagian apa untungnya sih aku ngikutin kalian? Lagian apa jalan sini tuh milik kakak? Enggak kan, jadi jangan seenaknya nuduh orang deh." Ucapku tegas.
Ku lihat Kak Nando menghembuskan nafasnya kasar, 'Aduh nih mulut kenapa bicara kek gini sih, pasti bakalan kena semprot nih' Batinku.
"Lo tuh nyolot ya, gue bilangnya juga B aja gini. Heh untung aja lo cewek, kalau bukan pasti udah gue sumpel tuh mulut lo pake bola basket." Ucap Kak Nando sewot,
"Lo tuh Ndo, kalo punya mulut tuh di jaga!! Lagian ngapain sih ngurusin beginian ha? Nggak penting!!" Ucap Kak Aldi dingin,
Ya, belum sempat aku menjawab namun di potong oleh Kak Aldi.
"Lo tuh kenapa jadi belain nih cewek sih Al? Apa jangan-jangan lo suka ya sama nih cewek?!" Ucap Kak Nando sinis,
"Kan udah gue bilang, kalo punya mulut tuh dijaga." Ucap Kak Aldi meninggi.
"Hehh, udah-udah jangan pada berantem kenapa sih? Bisa nggak kalo sehari aja kalian berdua nggak berantem? Capek gue dengernya." Ucap Kak Dika menengahi.
"Bilang noh sama Aldi, gue bukannya mau ngajak ribut. Tapi dianya aja tuh yang terlalu over." Jawab Kak Nando ketus.
"Sorry Dik, I can't control my emotional." Ucap Kak Aldi dingin.
"Sudah-sudah kak, kalian itu sahabat. Kenapa harus berantem kayak gini? Aku minta maaf jika aku ada salah, jadi kalian ga perlu berantem kayak gini." Ucapku,
Aku sudah muak mendengarkan perdebatan mereka yang tak kunjung usai, dan aku memutuskan untuk segera bergegas pergi.
"Yaudah kak, saya permisi dulu." Ucapku.
"Iya Reis, kami yang seharusnya minta maaf karena perdebatan kami ini." Sesal Kak Dika dan aku balas dengan anggukan.
Setelah berpamitan aku langsung menuju mobil dan bergegas untuk pulang.
**
Skip"Kalian tuh kayak anak kecil aja, kerjaannya tuh berantem mulu. Udahlah gausah dipikirin lagi, toh masih ada banyak hal yang harus kalian pikirin." Ucap Dika.
"Gue biasa aja Dik." Ucap Aldi dingin.
"Hehh, gue juga biasa aja nih. Mungkin si Al aja tuh yang baper." Ucap Nando sinis
KAMU SEDANG MEMBACA
About the journey
FantasíaBukankah setiap orang Mempunyai sebuah Perjalanan Hidup? Bahkan setiap apa yang Mereka Lalui nampak Jelas di ingatannya? Seperti Berbagai Warna yang kita ketahui ...