Azra masih diam mengurung diri di dalam kamarnya seraya memeluk foto kedua orangtua kandungnya. Ia merasa semua ini bagaikan mimpi. Orang yang selama ini sangat menyayangi dirinya ternyata bukanlah keluarga kandungnya. Umi dan Abi nya ternyata bukan orangtua kandungnya. Satu sisi dia merasa sangat beruntung memiliki orangtua angkat sebaik mereka, namun di sisi yang lain Azra merasa bahwa semua tidak adil, "kenyataan macam apakah ini? Ya Rabb.... Hamba benar-benar tidak mengira semua ini. Apa yang hamba lewatkan sehingga hamba tak menyadari semua ini. Wajah ini....," batin Azra seraya memegang wajahnya dengan kedua tangannya, "tidak ada mirip-miripnya dengan Umi dan Abi. Tapi mengapa hamba tidak pernah mempertanyakannya?" Azra terisak.
Umi mendengar isak tangis itu tak kuasa menahan air matanya. "Maafkan Umi Azra, maafkan Umi karena selama ini Umi dan Abi menyembunyikan semua ini. Maafkan Umi," lirihnya. Diketuknya pintu kamar putri kesanyangannya itu. "Azra.... Buka sayang, ini Umi," pintanya.
"Umi,"batin Azra. Azra langsung menghapus air matanya seraya mengatur napasnya, ia tak mau Umi sampai tahu kalau dirinya sedang menangis. "Iya Umi silakan masuk," jawab Azra serak.
Umi masuk ke kamar Azra, melihat keadaan putrinya yang terlihat sangat sedih, Umi langsung menghambur memeluknya. Dielusnya punggung putri kesanyangannya itu. Ia tak mampu berkata-kata, ingin menangis rasanya. Namun ia berusaha tegar, ia tak mau sampai membuat Azra lebih sedih lagi karenanya.
"Umi....," panggil Azra.
"Iya sayang."
"Azra mau ke makam Ayah dan Ibu. Azra mau ketemu mereka," pinta Azra.
"Iya sayang, besok pagi kita bertiga pergi ke makam Ayah dan Ibumu. Sekarang Azra tidur dulu ya! Hari sudah larut, jangan lupa wudhu dan witir dulu sebelum tidur, Umi mau kembali ke kamar dulu."
"Baik Umi," jawab Azra.
"Yaudah selamat tidur putri Umi," ujarnya seraya mencium kening putrinya itu. "Assalaamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam. Selamat tidur juga Umi," ujar Azra.
Perlahan Umi menghilang dari pandangan Azra. Azra langsung menuju ke kamar mandinya untuk mengambil air wudhu. "Mungkin Umi benar aku harus shalat dulu biar jiwa ini lebih tenang. Seenggaknya mungkin bisa mendinginkan pikiranku," batin Azra.
Tiga rakaat witir ia kerjakan seperti biasanya dilanjutkan dengan tilawah qur'an beberapa halaman, perlahan hati Azra melunak, rasa kecewa dan kesalnya mulai meredah. Entah mengapa ia sangat merindukan Ibunya yang selama ini selalu ia panggil dengan sebutan Ammy, "Ammy.... Azra rindu.... Azra pengen jalan-jalan bareng Ammy, Azra pengen peluk Ammy.... Azra juga pengen curhat dengan Ammy.... Azra sayang Ammy," isaknya sambil memeluk foto masa kecilnya bersama Clara. Dipeluknya juga foto pernikahan Ayah dan Ibunya seraya berbisik lirih. "Ayah.... Walaupun Azra belum pernah bertemu Ayah, tapi Azra yakin Ayah adalah orang yang sangat baik. Azra pengen peluk Ayah.... Azra juga pengen merengek minta dibeliin es krim, kayak Azra merengek ke Abi. Azra sayang Ayah."
***
Azra duduk di samping makam Ayah dan Ibunya, ia masih tidak percaya bahwa makam yang selama ini selalu ia kunjungi bersama Abi dan Uminya adalah makam kedua orangtua kandungnya. Bagaimana tidak? Kasih sayang Abi dan Umi tidak bisa digambarkan sebagai kasih sayang orangtua angkat, mereka sangat menyayangi Azra melebihi apapun. Azra hanya diam tak mampu berkata-kata, begitupun Abi dan Uminya. Mereka sedang berada didalam renungan pikiran masing-masing. Hingga beberapa menit kemudian Abi memecahkan keheningan. "Zra, kita baca yasin buat Ayah dan Ibumu. Kita kirimkan do'a kepada mereka agar dikumpulkan dengan orang-orang yang Allah sayangi," ajak Abi.
"Iya sayang, kit abaca yasin dulu yuk! Agar Ayah dan Ibumu tenang disana," timpal Umi.
"Iya Umi," jawab Azra menurut.
Mereka bertiga membacakan yasin untuk dua insan yang telah terlebih dahulu meninggalkan mereka, dua orang yang sangat mereka sayangi. Clara dan Azka, sahabat sekaligus orangtua kandung putri mereka. Umi tak kuasa menahan tangisnya, "Clar, Anak kita udah dewasa sekarang! Dia tumbuh menjadi gadis yang cantik dan pintar, seperti dirimu. Bahkan, cara bicara dan cara jalannya sangat mirip denganmu. Tapi, satu hal yang tidak mirip denganmu Clar. Dia manja banget," bisik Umi di dekat batu nisan Clara.
"Oh, iya sekarang dia sudah menjadi Hafidzah seperti yang kalian berdua harapkan," tambah Abi. "Tinggal mikirin jodohnya lagi aja Az! Tapi.... Aku ingin Azra bisa memilih sendiri pendamping hidupnya, ya nggak Azra?" ujar Abi menggoda Azra.
"Ihhhh..... Abi, Azra kan masih kuliah masa' udah mikirin jodoh aja!" cerocos Azra. "Yah, liat Abi! Ngeselin banget, orang anaknya masih bocah udah mikir jodoh-jodoh segala," rajuknya seolah mengadu kepada Ayahnya.
"Iya tuh Abi nih emang bener-bener ya!" timpal Umi. "Pokoknya Azra selesaiin dulu gelar Bachelor of Educationnya baru deh mikirin jodoh-jodoh, ya nggak Clar?" tanyanya pada Clara.
Keluarga kecil itu berbicang seolah tak ada jarak diantara mereka, terasa sangat dekat dan hangat. Walau hati Azra masih bingung dan perasaannya campur aduk, namun dalam hatinya ia bertekad untuk mencoba mengikhlaskan apa yang telah terjadi, mencoba menerima keadaan ini dan tak merasa terganggu dengan realita yang ada, mencoba tetap menjadi Azra anak Abi dan Uminya. Dan harusnya ia bahagia karena memiliki dua Ayah dan dua Ibu yang sangat menyayanginya. "Iya, harusnya aku bahagia dan bersyukur karena Allah telah memberikanku dua Ayah yang sangat menyayangiku dan dua Ibu yang sangat mencintaiku. Aku sayang Ammy, Umi, Ayah dan Abi, Aku sayang kalian semuanya."
***
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Assalaamu'alaykum. Sebuah kata yang sangat mudah untuk diungkapkan namun sulit untuk dilaksanakan ialah "IKHLAS". sangat mudah untuk bilang "Iya gapapa aku ikhlas kok!" namun dalam hati berkata bagaimana bisa aku merelakan apa yang sudah ku perjuangkan selama ini. " Ya, begitulah kata IKHLAS!" Jadi daripada ngomong ikhlas tapi hati belum rela jangan deh buat bilang Ikhlas. OKE!.
Jangan lupa vote and comment yakkk!
KAMU SEDANG MEMBACA
Lantunan Ayat Cinta Azra
Teen FictionPerjalanan hidup seorang hafidzah yang dilema dalam menentukan pilihan hatinya. Lamaran dari dua insan terbaik dari Allah membuatnya begitu bingung. Antara Azmi Seorang hafidz yang sukses dalam berbisnis dan Zakky sepupunya yang juga merupakan seora...