Cinta Seperti Apakah Ini?

92 15 4
                                    

Sepulang dari Moskow Azra mengisi waktunya dengan mengajar di TPQ milik Abinya, dirinya begitu menikmati setiap detik bersama murid-muridnya yang begitu antusias belajar membaca Al-Qur'an. Hatinya begitu tenang setiap kali mendengar lantunan ayat suci yang dilantunkan oleh murid-muridnya, walau terkadang bacaannya tidak pas tapi itu tidak mengurangi keindahan bacaannya. "Lillah.... Aku begitu kagum akan ayat-ayat Mu tiada syair yang indah melebihi indahnya ayat-ayat Mu, tiada lagu yang merdu melebihi merdunya ayat-ayat Mu. Ya Allah.... Setiap hari rasa cintaku terhadap ayat-ayat Mu semakin bertambah dan setiap hari pula hatiku semakin merindukan ayat-ayat Mu," Ujar Azra membatin.

Seketika dirinya teringat lantunan ayat suci yang begitu merdu yang pernah menggetarkan hatinya, lantunan ayat suci yang membuatnya betah berlama-lama mendengarkannya. Lantunan ayat suci yang telah membuatnya jatuh cinta kepada orang yang membacakannya. "Ahhh.... Mengapa aku mengingatnya lagi? Rahman, tolong hapuskan perasaanku kepadanya, jangan biarkan diriku kembali mengharapkan cinta yang tak seharusnya ini. Aku sudah kapok membuat diri-Mu cemburu kepadaku. Lillah.... tiada daya upayaku yang mampu menghilangkan semua rasa ini kecuali atas bantuan dari-Mu," Batin Azra.

Air matanya tiba-tiba menetes dirinya teringat akan apa yang telah dirinya lakukan terhadap Azmi, dirinya terlalu keras terhadapnya hingga membuat hubungan mereka menjadi renggang hanya karena hal yang sepele. "Ya Allah.... Sampai kapan aku begini? Bukankah seharusnya aku memaafkan Azmi, eh aku salah Azmi tidak punya salah kepadaku malah akulah yang salah seharusnya aku tidak marah dengan Azmi apa salahnya itu semua? Bukankah dirinya bukanlah siapa-siapanya Azmi. Jadi tidak ada salahnya Azmi melakukan apa yang dirinya suka," batin Azra.

"Hmmm.... Sebaiknya nanti aku meminta maaf padanya, tapi sepertinya dia masih di Moskow," ujar Azra ketika melihat postingan di Instastory Azmi yang mengunggah fotonya bersama Sandy di Central Armed Forces Museum. Semoga Allah mempertemukanku denganmu kembali Az, aku ingin menyampaikan maafku kepadamu secara langsung. Karena ku rasa itulah yang terbaik," ujar Azra.

Ia kembali melihat Instastory teman-temannya. Dan tanpa disengaja Azra melihat unggahan Zakky, disana terlihat Zakky tengah berada di Landmark Al-Azhar University.

"Ahhh... Kak Zakky kamu selalu menjadi bintang, Al-Azhar University telah menjadi impianku selama ini. Namun Allah berkehendak lain, Dia menginginkanku menempuh pendidikan di Moskow," batin Azra.

***

Azmi membuka instagramnya membuka akun @afischaazra26 matanya tiba-tiba menangkap postingan foto Azra bersama anak-anak TPA. "Ah, ternyata kemarin aku hanya salah lihat, yang ku lihat bukanlah Azra. Sebegitu gilanya perasaanku terhadapnya? Ya Allah maafkan hati ini karena selalu memikirkan dan mencintai seseorang yang belum halal bagiku. Sepertinya sudah waktunya bagiku untuk melupakanmu Azra." Saat itu juga Azmi langsung unfollow instagram Azra dan langsung memblokir kontak whatsapp Azra.

"Hei, Az!" pekik Sandy. "Lagi ngapain hei?" tanyanya.

"Gak lagi ngapa-ngapain kok," jawab Azmi berbohong.

"Tadi aku liat kamu blokir kontak whatsapp Azra. Kenapa Az? Kamu di tolak yakkk? Haha....." Sandy tertawa lepas.

"Sembarangan kalo ngomong, lama-lama aku jahitin resleting mulut kamu biar nggak ngoceh mulu," kesal Azmi.

"Hehe.... Ya Maaf. Lagian kamu juga pake acara blokir kontak Azra. Emang dia salah apa sama kamu? Nggak ada kan! Dan untuk apa juga kamu blokir kontak dia? Nggak ada gunanya Az. Itu sama aja kamu nunjukin kalo kamu itu pengecut Az, kamu pengecut," teriak Sandy.

"Sekarang aku harus bagaimana San? Hah! Kamu tahu bagaimana rasanya saat kamu tahu orang yang kamu sayang, orang yang kamu harapkan sama sekali tak menoleh ke arahmu, mala semakin lama orang itu semakin menjauh. Di sisi lain hati ini terus menuliskan namanya, mata ini selalu melihat bayangannya dimana-mana, bahkan ia pikiran ini berhalusinasi bahwa dia selalu ada bersama kita. Apa yang harus ku perbuat? Coba kamu yang saat ini ada di posisiku apa yang akan kamu perbuat? Aku yakin kamu pasti melakukan hal yang sama sepertiku San," papar Azmi lemas.

"Maafkan aku Az, aku mengerti perasaanmu, tapii...." Belum selesai Sandy bicara Azmi sudah memotong ucapannya. "Tapi apa San? Apa? Aku harus tetap seperti ini menangisi kebodohan hati ini? Apakah aku harus tetap pura-pura baik-baik saja? Aku tidak bisa jika harus melihat dia San. Aku tidak bisa melihat dia lagi, melihatnya membuat hatiku semakin sakit," isaknya.

"Yaudah Az, apa pun keputusanmu kuharap kamu tidak menyesal. Aku akan selalu support kamu kok! Tenang gadis rusia banyak yang cantik hihi....." Sandy tertawa kecil.

***

Padahal awal semester masih lama dimulai Azmi masih betah berlama-lama di Moskow, setiap hati yang ia lakukan hanya berkeliling kota entah mengunjungi tempat-tempat wisata kadang-kadang hanya sekedar minum kopi di kedai. Tekadnya kali ini sudah benar-benar bulat, apalagi kalau bukan untuk melupakan wanita yang selama ini selalu bersarang di hatinya.

Pagi itu cuaca sangat dingin, salju tak henti-hentinya turun. Seorang lelaki dengan perawakan sedang dengan jeans dan long faded jacket berwarna Army berjalan menyusuri trotoar. Hembusan napasnya mengeluarkan uap, menunjukkan bahwa suhu saat itu sangat dingin. Namun pria itu masih tetap berjalan tanpa mempedulikan suhu saat itu, dia Azmi. Entah apa yang sedang ia pikirkan, hatinya kalang kabut antara marah, kesal dan jengkel terhadap dirinya sendiri. "Keputusasaan seperti apa ini? Sebodoh itukah aku? Aaarrrgghh...." Azmi mengacakkan rambutnya sambil berteriak kencang. "Dasar bodoh!" teriaknya, kemudian terduduk jatuh.

Sandy yang saat itu mengikuti Azmi tak kuasa melihat sahabatnya frustasi sampai segitunya. Sandy langsung berlari ke arahnya kemudian memeluk sahabarnya itu. "Istighfar Az, jangan biarkan rasa cintamu terhadap Azra melebihi rasa cintamu terhadap Rabb-Mu. Dulu kamu selalu bilang begitu kepadaku saat aku curhat tentang semua perempuan yang aku suka, tapi kenapa kamu yang malah begini Az? Sudah lupakan Azra! Atau langsung lamar dia aja! Aku benar-benar tak sanggup melihat kamu selalu begini. Bangkit Az! Bangkit!"

Azmi berdiri namun tak ada sepatah kata pun keluar dari mulutnya, perlahan ia lepaskan tangan Sandy dan langsung pergi meninggalkan sahabatnya itu.

"Az! Mau kemana?" pekik Sandy.

"Aku butuh waktu buat sendiri San," tutur Azmi lemas kemudian berlalu meninggalkan Sandy.

"Azmi.... Azmi.... Sebesar apa sih rasa cintamu ke Azra sampai kamu tidak sadar bahwa di dekatmu ada Sylla yang selalu ada untukmu. Sylla yang selalu mendengarkan apa yang kamu eluhkan. Ahhh.... Entah bagaimana kamu bisa hatimu tak bisa melihat itu semua padahal sudah jelas kalau Sylla itu suka sama dia. Mungkin benar kata orang jika cinta telah berlabuh maka dia tidak akan melihat cinta yang lain."

Sementara Azmi masih berjalan menjauh seraya memikirkan apa yang telah ia perbuat. "Ya Allah.... Perasaan ini telah benar-benar menggangguku. Aku tidak tahu apa yang telah membuat hati ini begini? Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus ku perbuat? Haruskah aku melamarnya langsung? Atau aku harus melupakannya? Aku tidak tahu harus bagaimana lagi? Perasaan ini lama-lama membuat aku tak waras, aku semakin menjauh dari-Mu! Aku semakin lupa akan panggilan-Mu. Sampai hafalanku pun jarang sekali ku muraja'ah. Pikiranku kacau, hanya ada Azra, Azra dan Azra lagi. Mengapa Engkau ciptakan perasaan ini Ya Allah? Mengapa? Dan mengapa harus kepadanya yang belum halal bagiku? Haruskah aku membencinya karena semua ini? Haruskah ku bunuh rasa ini?" Badan Azmi bergetar begitu dahsyat, cuaca yang dingin juga membuat badannya sangat kaku, semakin tak berdaya.

"Hanya ada dua langkah yang bisa aku pilih. Aku lamar Azra dengan segala kemungkinan terburuk atau ku coba lupakan Azra dengan konsekuensi menahan segala perasaan yang tak pernah bisa tersampaikan ini," batin Azmi.

***

Lantunan Ayat Cinta AzraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang